• Home
  • Services
  • Pages
    • About 1
    • About 2
    • About 3
    • About 4
    • Our Team
    • Contact 1
    • Contact 2
    • Service 1
    • Service 2
    • Service 3
  • Portfolio
    • Column One
      • Portfolio Classic
      • Portfolio Grid
      • Portfolio Grid Overlay
      • Portfolio 3D Overlay
      • Portfolio Contain
    • Column Two
      • Portfolio Masonry
      • Portfolio Masonry Grid
      • Portfolio Coverflow
      • Portfolio Timeline Horizon
      • Portfolio Timeline Vertical
    • Column Four
      • Single Portfolio 1
      • Single Portfolio 2
      • Single Portfolio 3
      • Single Portfolio 4
      • Single Portfolio 5
    • Column Three
      • Video Grid
      • Gallery Grid
      • Gallery Masonry
      • Gallery Justified
      • Gallery Fullscreen
  • Blog
    • Blog Grid No Space
    • Blog Grid
    • Blog Masonry
    • Blog Metro No Space
    • Blog Metro
    • Blog Classic
    • Blog List
    • Blog List Circle
  • Slider
    • Column One
      • Vertical Parallax Slider
      • Animated Frame Slider
      • 3D Room Slider
      • Velo Slider
      • Popout Slider
      • Mouse Driven Carousel
    • Column Two
      • Clip Path Slider
      • Split Slick Slider
      • Fullscreen Transition Slider
      • Flip Slider
      • Horizon Slider
      • Synchronized Carousel
    • Column Three
      • Multi Layouts Slider
      • Split Carousel Slider
      • Property Clip Slider
      • Slice Slider
      • Parallax Slider
      • Zoom Slider
    • Column Four
      • Animated Slider
      • Motion Reveal Slider
      • Fade up Slider
      • Image Carousel Slider
      • Glitch Slideshow
      • Slider with other contents
  • Shop

December 20, 2021

2021
Demi Ekonomi Sirkular, Korea Selatan Pacu Ekosistem Daur Ula

Ana Noviani – Bisnis.com


Pekerja mengemas biji plastik usai dijemur di salah satu industri pengolahan limbah plastik di Jakarta. Bisnis – Arief Hermawan P

Bisnis, JAKARTA — Kampanye ekonomi sirkular mulai didengungkan di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir. Saat Indonesia masih merintis konsep ekonomi hijau itu, Korea Selatan sudah melaju menjadi salah satu negara dengan ekosistem waste management yang unggul di Asia.

Mengutip artikel yang dipublikasikan World Economic Forum (Weforum) pada 2019, Korea Selatan telah mendaur ulang (recycling) 95% dari total sampah makanan mereka. Kesuksesan itu berawal dari langkah pemerintah Korsel melarang pembuangan sampah makanan ke tempat pembuangan sampah pada 2005. Langkah itu dilanjutkan dengan memberlakukan kewajiban mendaur ulang limbah makanan menggunakan kantong khusus yang mudah terurai atau biodegradable pada 2013.

Rata-rata keluarga dengan empat orang membayar US$6 per bulan untuk kantong tersebut. Disinsentif tersebut mendorong keluarga untuk melakukan pengomposan di rumah.

Apabila ditarik ke belakang, Korsel sudah merintis payung hukum untuk menaungi regulasi terkait dengan pengelolaan sampah sejak 1986. Saat itu, pemerintah Negeri Ginseng menerbitkan Undang-Undang Pengendalian Limbah (Waste Control Act Enact).

“Tetapi saat itu Korea masih miskin sehingga regulasi itu tidak berjalan. Baru pada 1995 kembali dimulai,” ujar Ahli Teknik Lingkungan dari Kyonggi University, Korea Selatan, Seung Whee Rhee dalam workshop “Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea” yang dilaksanakan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation Jakarta, baru-baru ini.

Merujuk data Universitas Kyonggi, pemerintah Korsel menerbitkan UU promosi untuk mendaur ulang dan mengurangi penggunaan sumber daya (act on the promotion of saving and recycling of resources) pada 1992.

Baru pada 1995, klasifikasi sampah berdasarkan sumber dan jenisnya diperinci dalam regulasi pemerintah. Limbah diklasifikasikan menjadi sampah rumah tangga dan sampah industri (sampah industri umum, sampah konstruksi, dan sampah khusus).Tak berhenti pada klasifikasi sampah secara sederhana, Korsel membuat enam digit kode untuk jenis-jenis sampah yang berbeda.

Di level rumah tangga, sampah yang wajib untuk dipilah ialah sampah makanan, kertas, plastik, kaleng, gelas, sterofoam, dan tekstil. Sampah jenis tersebut akan didaur ulang. Klasifikasinya terus berkembang dengan menerapkan sampah barang-barang elektronik, termasuk dengan mengadopsi Eco-Assurance System (Eco-AS) di Korea.

“Sangat penting untuk membuat klasifikasi jenis sampah dengan kode yang berbeda-beda,” tuturnya.

Selanjutnya, sampah yang sudah dipilah di level rumah tangga dibuang ke proses pemilahan sampah di level rumah tangga. Khusus untuk sampah makanan, sistem pembuangan sampah pun telah diatur dengan menggunakan kantong plastik khusus yang mudah terurai, tempat sampah dengan cip atau stiker, serta mesin penampung sampah yang dilengkapi RFID (radio frequency identification).

Pada 2019, sampah rumah tangga Korsel tercatat mencapai 57.961 ton per hari. Sekitar 59,7% sudah didaur ulang, 25,7% masuk insenerator, dan 12,7% dibuang ke TPA.

Tingginya tingkat daur ulang di Korsel juga ditopang oleh ketersediaan fasilitas pengolahan sampah yang dibangun oleh pemerintah daerah. Saat ini, ada 33 fasilitas daur ulang milik pemerintah pusat dan daerah yang beroperasi.

Menurut Rhee, skema pendanaan fasilitas daur ulang publik itu berasal dari anggaran pemerintah daerah. Namun, apabila pemda tidak memiliki dana yang cukup pemerintah pusat akan turun tangan mengucurkan pendanaan dengan porsi 40% pusat dan 60% daerah.

Anggarannya, lanjut Rhee, akan lebih besar apabila proyek yang dibangun ialah integrated recycling facility yang digunakan oleh beberapa daerah sekaligus. Dalam proyek itu, sumber pendanaan didominasi oleh anggaran pemerintah pusat dengan porsi sekitar 80%-90%.

“Biayanya akan sangat tergantung pada kapasitas di public recycling facility. Kisarannya US$10.000 per ton kapasitas sampah yang didaur ulang,” imbuhnya.

Dari fasilitas daur ulang tersebut, sampah makanan diproses menjadi makanan hewan, kompos, hingga biogas.

Untuk sampah elektronik, saat ini Korea memiliki 12 pusat daur ulang yang dibangun oleh producer responsibility organization (PRO).

Rhee menuturkan pemerintah Korsel pada 2004-2006 menerbitkan beleid untuk mendorong permintaan produk daur ulang. Aturan itu salah satunya tertuang dalam UU promosi pembelian produk hijau yang terbit pada 2004.

POTENSI KOLABORASI

Indonesia dan Korea Selatan dinilai berpotensi untuk berkolaborasi untuk memacu terbentuknya ekosistem ekonomi sirkular. Menurut Rhee, area kolaborasi antara lain meningkatkan manajemen plastik melalui sistem EPR dan mengembangkan inovasi pembangkit listrik tenaga sampah (waste-to-energy) untuk mencapai target netral karbon.

“Kolaborasi e-waste management melalui komunitas ekonomi sirkular. Hal itu bisa diawali dengan membentuk sistem legal dan institusional,” ujarnya.

Dalam laporan The Economic, Social and Environmental Benefits of A Circular Economy in Indonesia yang merupakan hasil kolaborasi Kementerian PPN/Bappenas bersama UNDP Indonesia serta didukung oleh Pemerintah Kerajaan Denmark, penerapan ekonomi sirkular berpotensi meningkatkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Laporan yang diluncurkan pada awal 2021 tersebut mengungkap lima sektor di Indonesia yang memiliki potensi besar untuk mengadopsi pendekatan ekonomi sirkular. Lima sektor itu ialah makanan dan minuman, tekstil, konstruksi, perdagangan besar dan ritel, serta kelistrikan dan peralatan elektronik.

Apabila ekonomi sirkular diterapkan dengan optimal di lima sektor itu, PDB Indonesia berpotensi bertambah sekitar Rp 593 triliun hingga Rp 642 triliun. Selain itu, implementasi konsep ekonomi sirkular di kelima sektor juga diestimasi dapat menciptakan sekitar 4,4 juta lapangan kerja baru hingga 2030.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa memaparkan pentingnya ekonomi sirkular untuk pemulihan ekonomi dan reformasi sosial.

“Implementasi ekonomi sirkular diharapkan dapat menjadi salah satu kebijakan strategis dan terobosan untuk membangun kembali Indonesia yang lebih tangguh pasca Covid-19, melalui penciptaan lapangan pekerjaan hijau (green jobs) dan peningkatan efisiensi proses dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya,” ungkapnya.

Model ekonomi sirkular sekaligus membuka peluang bagi para pelaku ekonomi untuk mengurangi konsumsi bahan, produksi limbah, dan emisi sekaligus mempertahankan pertumbuhan ekonomi.

Kementerian PPN/Bappenas memproyeksikan penerapan model ekonomi sirkular ini juga dapat menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) Indonesia yang cukup signifikan.

Berdasarkan analisis Bappenas, ekonomi sirkular bisa membantu Indonesia mencapai penurunan emisi GRK sebesar 126 juta ton CO2 ekuivalen pada 2030. Hal itu didorong oleh beberapa faktor termasuk produksi limbah yang lebih rendah, penggunaan sumber daya alternatif yang lebih hemat energi, dan perpanjangan umur sumber daya.


Sumber: https://kabar24.bisnis.com/read/20211220/19/1479872/demi-ekonomi-sirkular-korea-selatan-pacu-ekosistem-daur-ulang-sampah

2021
Jejak Evolusi 3.0 Hallyu, Jalan Panjang Kesuksesan Diplomasi Budaya Korea

Tanti Yulianingsih – Liputan6.com


Ilustrasi Korean Wave (Liputan6.com / Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta – Hallyu, secara harfiah berarti gelombang Korea atau lebih dikenal dengan Korean Wave, mengacu pada penyebaran dan popularitas budaya populer Korea di seluruh dunia terutama sejak awal abad ke-21.

Hallyu pertama kali didorong oleh penyebaran K-drama –yang kemudian berkembang dengan munculnya K-pop dan sebagainya — di seluruh Asia pada dekade pertama abad ke-21 tetapi telah berkembang dari tren regional menjadi fenomena global yang berpengaruh saat ini.

“Korea sekarang menjadi pengekspor budaya populer yang terdepan bersama dengan Amerika Serikat, Inggris, Jepang,” ujar Andrew Kim, Profesor International Studies di Korea University dalam workshop Indonesia Korea Journalist Network 2021 yang digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bekerjasama dengan Korea Foundation Jakarta pertengahan November lalu.

Kim mengutip politikus Amerika Joseph Nye yang menafsirkan Korean Wave atau Gelombang Korea sebagai perkembangan kepopuleran semua hal tentang Korea, mulai dari mode dan film hingga musik dan makanan.

“Contoh lain yang bisa saya rujuk adalah makanan Jepang. Jadi katakanlah Anda pergi ke kota berukuran sedang bahkan kecil di Amerika Utara, Anda akan menemukan restoran Jepang yang penuh dengan orang-orang lokal tanpa terlalu banyak etnis minoritas Jepang yang tinggal di kota-kota tersebut,” ujarnya.

“Dan alasannya adalah orang-orang ketahuan menikmati makanan Jepang karena budaya Jepang adalah sesuatu yang mereka suka, seperti menyukai film tentang samurai, ninja dan sebagainya. Saya memperhatikan bahwa hal yang sama terjadi dengan makanan Korea,” jelasnya.

Jadi, papar Kim, katakanlah 20 tahun yang lalu Anda tidak melihat terlalu banyak orang makan di restoran Korea tapi sekarang restoran Korea tengah menikmati popularitas yang saya saksikan dialami restoran Jepang 30 tahun yang lalu.

Profesor Kim mengatakan, majalah terkemuka Inggris The Economist (2014) bahkan menyebut budaya pop Korea sebagai trendsetter terkemuka di Asia.

Dampak Positif dari Popularitas Global Budaya Populer Korea, Mulai dari Peningkatan Ekonomi Nasional hingga Menjadi Kebanggaan Asia (Asian Pride)

Korean Wave telah memberikan banyak dampak positif bagi Korea khususnya di bidang ekonomi. Sebut saja peningkatan ekspor konten budaya Korea. Total ini lebih dari $6,7 miliar pada tahun 2017 lebih dari peningkatan 5 kali lipat dari tahun 2005.

Selain itu juga terjadi peningkatan pariwisata internasional ke Korea. Jumlah wisatawan mancanegara melonjak lebih dari 3 kali antara tahun 2000 dan 2016 mencapai 17,2 juta.

Tak hanya itu, Profesor Kim mengatakan dampak positif lainnya adalah pembentukan citra Korea yang lebih positif. Popularitas Hallyu meningkat dalam soft power Korea. 

Soft power adalah kemampuan untuk mendapatkan apa yang diinginkan melalui ketertarikan daripada paksaan atau pembayaran.

Jajak pendapat BBC pada tahun 2016 mengungkapkan bahwa opini publik tentang Korea Selatan telah meningkat setiap tahun sejak data dikumpulkan mulai tahun 2009.

Hallyu juga berperan besar dalam peningkatan minat studi Korea. Terbukti dari pendaftaran yang lebih banyak di kelas bahasa dan budaya Korea di universitas dan pusat budaya Korea di luar negeri.

Hallyu yang menjadi sumber kebanggaan nasional bagi banyak orang Korea, khususnya K-pop bisa dibilang menginspirasi apa yang bisa disebut dengan Asian Pride.

Dengan Hallyu, banyak orang Asia akhirnya memiliki bintang pop internasional yang dapat mereka kagumi sebagai sesama orang Asia. Di mana biasanya bintang populer merupakan orang Barat terutama dari Amerika.

“Booming-nya popularitas K-pop/K-drama di seluruh dunia, membuat orang Asia akhirnya mendapat sorotan di mata publik global. Pada akhirnya orang Asia lebih diterima di seluruh dunia. Keren menjadi menjadi orang Asia,” imbuh Profesor Kim.


Sumber: https://www.liputan6.com/global/read/4810612/jejak-evolusi-30-hallyu-jalan-panjang-kesuksesan-diplomasi-budaya-korea


Youtube
Twitter
Facebook
Instagram
Copyright 2021 - www.indonesia-koreajournalist.net