• Home
  • Services
  • Pages
    • About 1
    • About 2
    • About 3
    • About 4
    • Our Team
    • Contact 1
    • Contact 2
    • Service 1
    • Service 2
    • Service 3
  • Portfolio
    • Column One
      • Portfolio Classic
      • Portfolio Grid
      • Portfolio Grid Overlay
      • Portfolio 3D Overlay
      • Portfolio Contain
    • Column Two
      • Portfolio Masonry
      • Portfolio Masonry Grid
      • Portfolio Coverflow
      • Portfolio Timeline Horizon
      • Portfolio Timeline Vertical
    • Column Four
      • Single Portfolio 1
      • Single Portfolio 2
      • Single Portfolio 3
      • Single Portfolio 4
      • Single Portfolio 5
    • Column Three
      • Video Grid
      • Gallery Grid
      • Gallery Masonry
      • Gallery Justified
      • Gallery Fullscreen
  • Blog
    • Blog Grid No Space
    • Blog Grid
    • Blog Masonry
    • Blog Metro No Space
    • Blog Metro
    • Blog Classic
    • Blog List
    • Blog List Circle
  • Slider
    • Column One
      • Vertical Parallax Slider
      • Animated Frame Slider
      • 3D Room Slider
      • Velo Slider
      • Popout Slider
      • Mouse Driven Carousel
    • Column Two
      • Clip Path Slider
      • Split Slick Slider
      • Fullscreen Transition Slider
      • Flip Slider
      • Horizon Slider
      • Synchronized Carousel
    • Column Three
      • Multi Layouts Slider
      • Split Carousel Slider
      • Property Clip Slider
      • Slice Slider
      • Parallax Slider
      • Zoom Slider
    • Column Four
      • Animated Slider
      • Motion Reveal Slider
      • Fade up Slider
      • Image Carousel Slider
      • Glitch Slideshow
      • Slider with other contents
  • Shop

June 6, 2022

2021
Hubungan Indonesia – Korea Selatan Naik Kelas

Suci Sekarwati – Tempo.co




Hwang Yooshil, kiri, Direktur hubungan ASEAN Asia Divisi I Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, saat menerima rombongan wartawan Indonesia dalam program ‘Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea’ di Seoul, Korea Selatan pada 31 Mei 2022. Sumber: TEMPO

TEMPO.CO, Seoul – Indonesia dan Korea Selatan sepakat meningkatkan hubungan ke dua negara ke level spesial strategic partnership atau kemitraan strategi spesial. Di kalangan negara anggota ASEAN, hanya dengan Indonesia – Korea Selatan memiliki status hubungan setinggi itu.      

“Indonesia baru-baru ini telah menjadi satu-satunya negara dari ASEAN yang punya spesial strategic partnership dengan kami. Selain Indonesia, kami membangun hubungan ini dengan Uni Emirat Arab, India dan Uzbekistan,” kata Hwang Yooshil, Direktur hubungan ASEAN Asia Divisi I Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, saat menerima rombongan wartawan Indonesia dalam program ‘Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea’ di Seoul, Korea Selatan pada 31 Mei 2022.

Duta Besar RI untuk Korea Selatan Gandi Sulistyanto. Sumber: TEMPO

Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan Gandi Sulistiyanto saat ditemui terpisah menjelaskan spesial strategic partnership itu ibarat nasi goreng spesial pakai telur. Di bawah kerangka kerja sama ini, ribuan barang dari kedua negara tidak akan kena bea keluar-masuk. Walhasil, Sulis pun menargetkan nilai perdagangan kedua negara menjadi dua kali lipat dibanding 2021 yang tercatat USD 17 miliar (Rp 245 triliun).

Untuk mencapai target tersebut dan mengoptimalkan spesial strategic partnership sejak hari pertama menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan, Sulis langsung bekerja. Sulis menyerahkan credential letters ke Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol pada bulan lalu.

“Hari pertama datang, saya langsung bekerja, rapat dengan Menteri Perdagangan Korea Selatan. Saya ini Duta Besar dengan latar belakang pengusaha, lebih gampang untuk berdagang. Saya sampai dijuluki Duta Besar Salesman karena jualan dan jualan. Kita jualan batu bara, gimana manfaatkan peluang ini hingga bekerja sama dengan YouTuber untuk bantu mempromosikan Indonesia,” kata Sulis.

Menurut Sulis, status spesial strategic partnership antara Indonesia dan Korea Selatan nanti akan menjadi komulatif perdagangan Indonesia – Korea CEPA, yang tahun lalu sudah disepakati, tetapi sampai sekarang masih ada di DPR RI. Segera setelah kesepakatan kerja sama ini disahkan oleh DPR RI, maka akan ada ribuan barang-barang yang tidak kena bea keluar-masuk antara Indonesia dan Korea Selatan.

Indonesia – Korea CEPA seharusnya diratifikasi pada semester pertama tahun ini, namun batas waktu tersebut sudah lewat sehingga Duta Besar Sulis berjanji akan mendorong agar diratifikasi lebih cepat.

Seorang wanita menyelesaikan pembuatan baju olahraga yang terinspirasi oleh serial Netflix “Squid Game” di sebuah pabrik pakaian di Seoul, Korea Selatan, 21 Oktober 2021. Pabrik garmen seluas 500 meter persegi di distrik Seongbuk, ibu kota Seoul, beroperasi penuh minggu ini, dengan benang hijau dan merah muda dijahit dengan mesin untuk memenuhi permintaan yang naik. REUTERS/Kim Hong-Ji

Sedangkan terkait presidensi Indonesia di G20, Duta Besar Sulis menjelaskan saat ini ada tiga prioritas utama dari Indonesia. Pertama tentang arsitektur kesehatan global.

Kedua, tentang transformasi energi terbarukan. Ketiga adalah transisi ke digital ekonomi.

“Ketiga prioritas itu, juga menjadi prioritas saya sebagai Duta Besar RI untuk Korea Selatan. Saya akan kejar ketiga hal tersebut menjadi program yang bisa tersampaikan di G20,” kata Sulis.

Bicara soal energi terbarukan, energi dari matahari merupakan andalan di Korea Selatan. Indonesia sudah memulai, namun masih terkendala peraturan. Kementerian ESDM sudah mengeluarkan peraturan, namun dari pihak pelaksana, yakni PLN masih belum sepenuhnya menerima.

“Ini adalah hambatan yang mungkin menjadi PR kita bersama. Padahal, investor di sini (Korea Selatan) sudah siap-siap membuat panel tenaga surya dengan pembatasan-pembatasan atau pun syarat tertentu yang sesuai dengan SNI atau lokal konten dan lainnya, kendati lokal konten kita sebenarnya belum siap. Isu-isu ini Insya Allah akan berusaha saya selesaikan,” kata Sulis.

Di sektor ketenagakerjaan, selain program yang ada saat ini G to G, Indonesia juga sedang merintis kerja sama P to P atau private to private. Program P to P ini, nantinya akan terbuka untuk yang tenaga kerja terampil dan tenaga kerja semi-terampil.

G to G rata-rata umumnya hanya diisi pekerja di sektor manufaktur dan perikanan. Sektor ini gajinya sangat minimum dan banyak menimbulkan masalah ilegal misalnya overstay dan muncul konflik dengan majikan karena ada hak-hak pekerja migran yang tidak dipenuhi karena dia ilegal.

Sedangkan untuk beasiswa, Sulis menyebut peluang di sektor ini masih terbuka, termasuk yang berasalnya dari dana beasiswa pemerintah RI (LPDP). Banyak pula perusahaan swasta yang beroperasi di Korea Selatan sehingga membawa peluang lebih banyak beasiswa untuk putra-putra Indonesia untuk belajar di Negeri Gingseng.




Sumber: https://dunia.tempo.co/read/1598678/hubungan-indonesia-korea-selatan-naik-kelas/full&view=ok

2021
Populasi Korea Selatan Diprediksi Turun Sepertiganya Dalam 40 tahun

Idealisa Masyrafina – Republika.id




Warga Korea Selatan berjalan di depan sebuah iklan operasi Rahang Ganda. Jumlah penduduk Korea Selatan diperkirakan akan menurun sepertiganya pada sekitar tahun 2060 menjadi sekitar 35 juta orang. Saat ini total penduduk Korsel sebesar 51,3 juta dan tingkat kematian yang tinggi serta rendahnya tingkat fertilitas negara ini menjadi faktor penurunan tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL — Jumlah penduduk Korea Selatan diperkirakan akan menurun sepertiganya pada sekitar tahun 2060 menjadi sekitar 35 juta orang. Saat ini total penduduk Korsel sebesar 51,3 juta dan tingkat kematian yang tinggi serta rendahnya tingkat fertilitas negara ini menjadi faktor penurunan tersebut.

Berdasarkan data Statistik Korea pada Maret 2022, dilansir dari kantor berita Yonhap, tingkat kesuburan total negara itu atau jumlah rata-rata anak yang dilahirkan seorang wanita dalam hidupnya, mencapai 0,86 pada periode Januari-Maret 2022.

Andrew Eungi Kim, Profesor Ilmu Internasional Universitas Korea menjelaskan, angka tersebut jauh lebih rendah dari Jepang di angka 1,4 persen.

“Populasi Korea sudah beberapa tahun mengalami penurunan, tapi dua tahun terakhir pandemi semakin mendorong penurunan populasi. Pada sekitar 2060-2070 populasi penduduk diperkirakan anjlok sepertiganya ke 35 juta orang,” ujar Prof. Andrew Kim saat menyambut rombongan Indonesia Next Generation Journalist on Korea, di Seoul, pekan lalu. Program ini merupakan kerjasama Foreign Policy of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation.

Ia memaparkan, hal ini terjadi karena banyak anak muda menunda atau tidak menikah atau memiliki bayi di tengah perlambatan ekonomi yang berkepanjangan dan meroketnya harga perumahan.

“Yang paling penting bagi anak-anak muda di Korsel adalah mendapatkan pekerjaan dan tempat tinggal. Karena persaingan ketat, mereka tidak ada waktu untuk memikirkan hal lainnya,” tutur Andrew Kim.

Data juga menunjukkan jumlah kematian melonjak 33,2 persen per tahun ke rekor tertinggi 103.363 pada kuartal pertama di tengah pandemi COVID-19 dan penuaan yang cepat. Pada bulan Maret, angka tersebut melonjak 67,6 persen secara tahunan ke level tertinggi baru di 44.487. Dengan demikian, populasi negara itu turun 21.526 pada bulan Maret, mewakili penurunan ke-29 bulan berturut-turut.

Korea Selatan melaporkan penurunan alami pertama dalam populasi pada tahun 2020, karena jumlah kematian melebihi jumlah kelahiran. Total populasi negara itu menurun untuk pertama kalinya tahun lalu, karena tingkat kelahiran yang rendah, penuaan yang cepat dan penurunan orang asing yang masuk karena pandemi.

Sementara itu, laporan terbaru menyebutkan bahwa jumlah warga Korea Selatan yang tinggal di ibu kota Seoul menurun tajam, dan akan terus menurun dalam beberapa dekade mendatang, menurut data Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan Korea, Senin (6/6/22).

Dilansir di The Korea Herald, total populasi penduduk asli Korea Selatan di Seoul mencapai 9,49 juta, menunjukkan penurunan yang mengkhawatirkan. Seoul telah dikenal luas sebagai kota berpenduduk 10 juta jiwa. Populasi Seoul, termasuk penduduk asli dan asing, pertama kali melampaui 10 juta bar pada tahun 1988. Pada tahun 1992, jumlah total penduduk di Seoul mencapai 10,97 juta.

Namun, penduduk asli kota terpadat di Korea Selatan telah menurun sejak 2010, tanpa tanda-tanda rebound yang signifikan. Pada tahun 2010, populasi Korea Selatan di Seoul mencapai 10,3 juta. Namun pada tahun 2016, penduduk ibu kota Korea Selatan akhirnya turun di bawah 10 juta untuk pertama kalinya mencapai 9,99 juta. Penurunan berlanjut di tahun-tahun berikutnya, dan angkanya turun sekitar 800 ribu pada Mei tahun ini sejak 2010, data kementerian menunjukkan.

Penurunan populasi penduduk asli Korea Selatan baru-baru ini terutama disebabkan oleh penduduk yang pindah dari ibu kota ke kota-kota baru di sekitar Seoul, menurut lembaga pemikir yang dikelola pemerintah Seoul Institute. Peningkatan pasokan perumahan baru-baru ini di Provinsi Gyeonggi telah mendorong arus keluar penduduk dari Seoul yang mencari perumahan yang lebih terjangkau dan lebih besar, kata lembaga think tank tersebut. Tingkat kesuburan kota yang rendah juga berkontribusi pada penurunan tersebut, tambahnya.

Di sisi lain, populasi di sekitar Provinsi Gyeonggi meningkat pesat. Pada akhir Mei, populasi Provinsi Gyeonggi mencapai 13,58 juta, sekitar 4 juta lebih banyak dari Seoul.

Sebelumnya pada tahun 2010, kesenjangan antara populasi Seoul dan Provinsi Gyeonggi adalah 1,47 juta. Namun, populasi Provinsi Gyeonggi telah meningkat pesat mencapai 11,78 juta pada 2010. Ini melampaui 12 juta pada 2012 dan 13 juta pada 2018.

Badan statistik Korea Selatan memperkirakan bahwa populasi Seoul akan menyusut menjadi 7,2 juta pada 2050 dalam skenario terburuk, turun 25,1 persen dari 9,6 juta pada 2020, sementara total populasi negara itu akan turun menjadi 47,3 juta, turun 8,6 persen dari 51,8 juta pada tahun 2020.




Sumber: https://www.republika.co.id/berita/rd2bnq349/populasi-korea-selatan-diprediksi-turun-sepertiganya-dalam-40-tahun

2021
Korea Selatan dan Indonesia Sepakat Tingkatkan Kemitraan Strategis Spesial

Idealisa Masyrafina – Republika.id




Direktur Perencana Kebijakan Kementrian Luar Negeri Korea Selatan, Park Chiyoung dan Direktur Hubungan ASEAN dan Asia Tenggara Kementerian Luar Negeri Korea Selatan Hwang Yoosil di Kementrian Luar Negeri Korea Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL — Korea Selatan akan semakin meningkatkan hubungan bilateral dengan negara-negara di Asia di bawah kepemimpinan Presiden Yoon Seokyoul. Salah satu negara Asia tersebut adalah Indonesia yang saat ini sudah memiliki kemitraan strategis spesial (special strategic partnership) dengan Korea Selatan.

Direktur Hubungan ASEAN dan Asia Tenggara Kementerian Luar Negeri Korea Hwang Yoosil menjelaskan, kemitraan strategis spesial memiliki status tertinggi dalam hubungan bilateral. Di ASEAN, hanya Indonesia yang memiliki status tertinggi tersebut.

“Indonesia telah menjadi satu-satunya negara dari ASEAN yang memiliki kemitraan strategis spesial dengan kami. Selain Indonesia, kami membangun hubungan ini dengan India, Uzbekistan, dan UEA,” ujar Hwang Yoosil saat menerima rombongan jurnalis Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea, di Kantor Kementerian Luar Negeri Korea, Selasa (31/5/22), lalu.

Menurut Hwang, kebijakan luar negeri di bawah Pemerintahan Presiden Yoon tidak akan mengalami banyak perubahan, terutama dalam hubungan bilateral dengan negara-negara di Asia Tenggara. Korea berencana akan lebih meningkatkan hubungan bilateral nya dengan negara-negara Asia yang menjadi kemitraan strategis nasional.

Dalam kesempatan terpisah, Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan Gandi Sulistiyanto mengatakan bahwa ia telah mengingatkan langsung kepada presiden Korsel yang baru terpilih mengenai hubungan spesial kedua negara yang sudah terjalin sejak 2017.

“Saya mengingatkan kembali, bahwa pada 2017 sudah ditandatangani special strategic partnership. Satu-satunya negara yang punya hubungan spesial ini di ASEAN baru Indonesia,” kata Sulis di KBRI Seoul.

Sebagai Dubes yang baru ditempatkan di Korea Selatan, Sulis menargetkan untuk meningkatkan nilai perdagangan kedua negara menjadi dua kali lipat dari USD 17 miliar (Rp 245,78 triliun) pada 2021.

Hal ini akan dapat dicapai apabila kesepakatan Indonesia Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) segara disahkan regulasinya oleh Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Melalui CEPA, ribuan barang dari kedua negara akan bebas bea keluar-masuk.

“Harusnya semester pertama sudah disahkan, lebih cepat lebih baik. Saya akan dorong, target baru dua bulan lagi,” ujar Dubes yang sebelumnya merupakan CEO Sinarmas.

Selain itu, Sulis tengah mendorong komoditas Indonesia untuk mensubstitusi komoditas dari negara-negara yang sedang terlibat perang seperti batu bara. Karena Korea Selatan mengimpor batu bara dari Rusia.

Kendati begitu, saat ini belum banyak batu bara produksi Indonesia yang bisa diekspor ke Korsel. Sebabnya, menurut Sulis, batu bara yang dibutuhkan oleh Korsel memiliki kalori yang lebih tinggi, seperti yang diproduksi Rusia dan Australia.

“Memang Korsel ambil batu bara dari Indonesia, tapi tidak banyak. Yang pasti, usaha ke sana sedang dilakukan, saya sudah bilang ke Kementerian Perdagangan Korsel bahwa Indonesia siap mensubstitusi kekurangan pasokan batu bara dari negara yang sedang berperang,” tutur Sulis.

Selain meningkatkan hubungan perdagangan, Sulis juga akan mendorong lebih banyak pertukaran pelajar Indonesia ke Korea.




Sumber: https://www.republika.co.id/berita/rd20wt457/korea-selatan-dan-indonesia-sepakat-tingkatkan-kemitraan-strategis-spesial


Youtube
Twitter
Facebook
Instagram
Copyright 2021 - www.indonesia-koreajournalist.net