• Home
  • Services
  • Pages
    • About 1
    • About 2
    • About 3
    • About 4
    • Our Team
    • Contact 1
    • Contact 2
    • Service 1
    • Service 2
    • Service 3
  • Portfolio
    • Column One
      • Portfolio Classic
      • Portfolio Grid
      • Portfolio Grid Overlay
      • Portfolio 3D Overlay
      • Portfolio Contain
    • Column Two
      • Portfolio Masonry
      • Portfolio Masonry Grid
      • Portfolio Coverflow
      • Portfolio Timeline Horizon
      • Portfolio Timeline Vertical
    • Column Four
      • Single Portfolio 1
      • Single Portfolio 2
      • Single Portfolio 3
      • Single Portfolio 4
      • Single Portfolio 5
    • Column Three
      • Video Grid
      • Gallery Grid
      • Gallery Masonry
      • Gallery Justified
      • Gallery Fullscreen
  • Blog
    • Blog Grid No Space
    • Blog Grid
    • Blog Masonry
    • Blog Metro No Space
    • Blog Metro
    • Blog Classic
    • Blog List
    • Blog List Circle
  • Slider
    • Column One
      • Vertical Parallax Slider
      • Animated Frame Slider
      • 3D Room Slider
      • Velo Slider
      • Popout Slider
      • Mouse Driven Carousel
    • Column Two
      • Clip Path Slider
      • Split Slick Slider
      • Fullscreen Transition Slider
      • Flip Slider
      • Horizon Slider
      • Synchronized Carousel
    • Column Three
      • Multi Layouts Slider
      • Split Carousel Slider
      • Property Clip Slider
      • Slice Slider
      • Parallax Slider
      • Zoom Slider
    • Column Four
      • Animated Slider
      • Motion Reveal Slider
      • Fade up Slider
      • Image Carousel Slider
      • Glitch Slideshow
      • Slider with other contents
  • Shop

May 9, 2025

Journalist Network 2024
K-Wave Bisa Jadi Model Ekonomi Kreatif Indonesia

K-Wave sudah membuktikan diri jadi raksasa

Koordinator Urusan ASEAN, Intra, dan Ekstra Regional, Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri, Joannes Ekaprasetya Tandjung (kiri). (IDN Times/Satria Permana)

Jakarta, IDN Times – Ekonomi kreatif menjadi salah satu area yang paling menarik buat dibahas dan dieksplorasi dalam hubungan bilateral Indonesia dengan Korea Selatan. Harus diakui, ekonomi kreatif di Korea Selatan, jauh lebih maju dan semakin stabil perkembangannya.

Fenomena K-Wave yang dibangun sejak 1990-an dan sudah menjamur di seluruh dunia, menjadi salah satu indikatornya. Bahkan, beberapa film Korea berhasil memenangkan Piala Oscar. Salah satunya adalah Parasite yang mampu memenangkan Piala Oscar pada 2020 lalu dengan kategori Best Picture.

Parasite sebelumnya sudah memenangkan penghargaan Academy Award 92 kategori Best Original Screenplay, International Feature Film, dan Best Director.

“Apa perbedaan K-Wave denga I-Wave? Industri kreatif di Korea itu didasari atas pendidikan juga. Sejumlah universitas atau lembaga pendidikan tinggi, fokus melahirkan pekerja seni yang matang,” ujar Koordinator Urusan ASEAN, Intra, dan Ekstra Regional, Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri, Joannes Ekaprasetya Tandjung, dalam Workshop Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2024 yang diinisiasi Korea Foundation bersama Foreign Policy Community Indonesia, Selasa (10/9/2024).

1. Sejumlah kampus di Korea Selatan fokus bangun industri kretif

cuplikan film Parasite (dok. CJ Entertainment/Parasite)

Joannes menyatakan sejumlah universitas di Korea Selatan memang fokus untuk melahirkan tenaga ahli di industri kreatif. Salah satunya adalah Seoul Institute of the Arts, Ansan.

Dengan metode tersebut, dijelaskan Joannes, para pekerja seni di Korea Selatan jadi lebih matang. Mereka tak lagi bergantung pada penampilan fisik semata, tapi juga pada kecerdasan dan kreativitas.

“Jadi, mereka gak cuma modal tampang. Tapi, kreativitas, kecerdasan, dan pengetahuan. Mari runut siapa saja pekerja seni Korea Selatan yang lulus dari kampus ternama? Banyak,” ujar Joannes dalam sesi bertajuk ASEAN-Korea: Navigating the Future of Relationship under the Comprehensive Strategic Partnership tersebut.

2. Ada dua kunci pendukung

cuplikan film Parasite (dok. CJ Entertainment/Parasite)


Selain soal kecerdasan dan kematangan, Joannes menyatakan kunci keberhasilan K-Wave dalam merambah dunia adalah soal gairah serta minat. Keduanya akan menunjang kinerja dari para pekerja seni untuk terus memproduksi konten-konten berkelas.

“Susah kalau kita bekerja di sektor kreatif dan digital, tapi gak punya passion. Selain itu, strateginya harus tepat, orang-orang, dan pejabat pemerintahan harus tepat juga,” kata Joannes.

3. Kuncinya kerja sama antar institusi pendidikan

film Extreme Job (dok. CJ Entertainment/Extreme Job)

Indonesia, dijelaskan Joannes, sebenarnya sudah mulai mencoba membangun fondasi dari industri kreatif lewat pendidikan. Sejumlah kampus ternama bahkan telah bekerja sama dengan institusi pendidikan di Negeri Ginseng.

“Institut Kesenian Jakarta sudah tanda tangan MoU sama SIA. Ini yang didorong, kerja sama antara universitas ke universitas,” kata Joannes.

Sumber: https://www.idntimes.com/business/economy/satria-permana-2/k-wave-bisa-jadi-model-ekonomi-kreatif-indonesia?page=all

Journalist Network 2024
Dubes Korea Selatan Untuk ASEAN Lee Jang Keun Puji Keindahan Tempat Wisata Di Indonesia
Dubes Korsel untuk ASEAN Lee Jang Keun. (Foto: Paul Yoanda/Rakyat Merdeka/RM.ID)

RM.id  Rakya
t Merdeka – Tak cuma wisatawan Indonesia yang terus mengalami pening­katan dalam jumlah kunjungan ke Korea Selatan (Korsel). Sebaliknya, jumlah wisatawan Korsel yang berkunjung ke Indonesia maupun negara anggota Perhim­punan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) lainnya, juga mengalami kenaikan.

Dubes Korsel untuk ASEAN Lee Jang Keun mengatakan, meningkatnya jumlah kunju­ngan karena faktor kedekatan. Baik secara geografis maupun budaya. Hal itu yang menjadi alasan utama banyak warga Korsel berkunjung ke Indonesia, juga kawasan ASEAN.
Dubes Lee mengaku telah bertugas sebagai diplomat di bebe­rapa kawasan. Mulai dari Asia, Eropa, hingga Amerika. Penempatannya di Jakarta, merupakan pertama kalinya dia bertugas di kawasan Asia Tenggara.
“Saya segera menyadari, Korsel dan Asia Tenggara sa­ngat dekat, baik dalam jarak maupun budaya,” ucap Dubes Lee kepada para jurnalis peserta workshop program Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea 2024 yang diselenggarakan Korea Foun­dation dan Foreign Policy Com­munity of Indonesia (FPCI), di Jakarta, Selasa (10/9/2024).


Dubes Lee bilang, akses warga Korsel ke negara-negara di Asia Tenggara juga semakin mudah. Dengan adanya penerbangan langsung dari Seoul ke kota-kota di berbagai negara di kawasan.

Dubes yang bertugas di Jakarta sejak 2023 itu menyoroti potensi pariwisata ASEAN. Hal tersebut juga menjadi faktor menarik minat banyak warga Korea.

“Semakin berkembangnya ASEAN, semakin banyak orang yang datang ke wilayah ini,” katanya.
Dubes Lee mengklaim tahu banyak soal destinasi wisata di sebagian besar negara ASEAN. Secara khusus, dia memuji Indonesia sebagai negara yang sangat indah dengan banyak tempat wisata. “Jarak satu dengan yang lain juga dekat,” tambahnya.

Lebih lanjut, Dubes Lee me­ngatakan, penting untuk memahami hubungan antara Korsel dan ASEAN. Untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif mengenai hubungan Korsel-Indonesia. Meski fokus utama banyak pihak, yakni hubungan bilateral Korsel-Indonesia. Kendati begitu, pemahaman mendalam tentang konteks ASEAN, menurutnya, sangat penting.

“Korea memiliki hubungan yang erat dengan Indonesia. Apalagi Indonesia juga bagian penting dari ASEAN, itu harus menjadi perhatian,” ucapnya.
Dia menegaskan pentingnya melihat hubungan bilateral Korsel dengan Indonesia dalam kerangka yang lebih luas, yaitu hubungan dengan ASEAN. 

Sumber: https://rm.id/baca-berita/internasional/235511/dubes-korea-selatan-untuk-asean-lee-jang-keun-puji-keindahan-tempat-wisata-di-indonesia
Journalist Network 2024
Bakal Didengar Soal Nuklir Dan Dialog Korsel Harap ASEAN Tegas Ke Korut
Dubes Korsel untuk ASEAN, Lee Jang Keun [Foto: aseanmineaction.org]

RM.id  Rakyat Merdeka – Meski belum bisa menuntaskan sejumlah permasalahan yang melibatkan anggotanya, organisasi Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dipandang bisa berperan besar untuk perdamaian. Salah satunya, soal isu nuklir Korea Utara.

Seperti diketahui, ASEAN tampak “tumpul” mengatasi masalah yang terjadi di Myanmar. Namun, menurut Duta Besar Korea Selatan (Korsel) untuk ASEAN, Lee Jang Keun, ASEAN bisa berperan penting menyelesaika

n masalah antara Korsel dengan Korea Utara (Korut).

Lee mengatakan, ASEAN bisa jadi perantara dialog antara kedua Korea. Khususnya terkait isu nuklir di Semenanjung Korea. Salah satu forum yang bisa dipakai adalah, Forum Regional ASEAN (ARF). Forum ini satu-satunya forum internasional, di mana Korsel dan Korut bisa bertemu.

“Apalagi, di situasi yang makin memanas, karena pernyataan Korut yang ingin meningkatkan persenjataan nuklirnya,” kata Lee, kepada para jurnalis peserta workshop program Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2024 yang diselenggarakan Korea Foundation (KF) dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (10/9/2024).

ARF dibentuk ASEAN pada 1994, sebagai wahana dialog dan konsultasi mengenai hal-hal terkait politik dan keamanan di kawasan. Forum ini kerap dihadiri negara atau organisasi internasional di luar negara-negara anggota ASEAN. Antara lain, Korsel, Korut, Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, hingga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Menurut Lee, ASEAN bisa mengirimkan pesan tegas kepada Korut. Sebuah pernyataan yang jelas dan tigak ambigu, terkait berbagai provokasi yang dilakukan negara yang dipimpin Kim Jong Un itu.

Dia menilai, suara ASEAN saat ini sangat penting. Maka, jika ASEAN meminta Korut berhenti, Lee yakin, negara itu akan memperhatikannya. Dia bahkan yakin, suara ASEAN tidak akan diabaikan Korut. Karena itu, penting bagi ASEAN untuk menyampaikan pernyataan yang kuat. “Bukan pernyataan yang lebih membuat nyaman,” katanya.

Lee juga berharap, agar dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN mendatang, pernyataan yang disampaikan kepada Korut lebih tegas. Bukan pernyataan yang umum. Karena dibanding 35 tahun lalu, sambungnya, posisi ASEAN kini jauh lebih kuat. “Sehingga pengaruhnya lebih besar dalam menyampaikan pesan pada Korut,” tegas Lee.

Selain itu, masih menurut Lee, ASEAN telah tumbuh menjadi kekuatan ekonomi besar. Karena kekuatan tersebut, maka seharusnya ada harapan. ASEAN bisa menyampaikan pada Korut, untuk berhenti melakukan hal-hal yang bisa menganggu. “Berhentilah menyalahkan dan pedulilah pada rakyat sendiri,” ucapnya.

Sebelumnya, pekan ini Pyongyang telah memberikan pandangan langka ke dalam fasilitas rahasia, untuk memproduksi uranium tingkat senjata. Kantor Berita Korut, KCNA, melaporkan hal itu, usai Kim mengunjungi fasilitas tersebut. Kim menyerukan upaya yang lebih kuat untuk “secara eksponensial” meningkatkan jumlah senjata nuklirnya.

Tidak jelas, apakah lokasi tersebut berada di kompleks nuklir utama Yongbyon milik Korut. Tapi ini adalah pengungkapan publik pertama Korut tentang fasilitas pengayaan uranium, sejak menunjukkannya di Yongbyon pada 2010.

Meski pengungkapan terbaru ini bisa jadi upaya memberikan lebih banyak tekanan pada AS dan sekutunya, gambar-gambar yang dirilis media Korut tentang daerah tersebut bisa memberikan sumber informasi berharga bagi pihak luar. Termasuk untuk memperkirakan, jumlah bahan nuklir yang telah diproduksi Korea Utara.

“Kim berulang kali menyatakan sangat puas atas kekuatan teknis luar biasa dari bidang tenaga nuklir yang dimiliki Korut,” tulis KCNA. Sejak 2022, Korut telah meningkatkan aktivitas pengujian senjata secara drastis, demi memperluas dan memodernisasi persenjataan rudal nuklirnya yang menargetkan AS dan Seoul. Terbaru, Korut melakukan uji peluncuran beberapa rudal balistik jarak pendek pada Kamis (12/9/2024). (*)

Sumber: https://rm.id/baca-berita/internasional/235418/bakal-didengar-soal-nuklir-dan-dialog-korsel-harap-asean-tegas-ke-korut/2

Journalist Network 2024
Dicapai Kemitraan Strategis Komprehensif ASEAN-Korea Selatan

Kerja sama ASEAN-Korsel kini jadi kemitraan strategis komprehensif. Presiden Korsel pun menilai ini menjadi bab baru.

Wakil Presiden Maruf Amin menghadiri KTT ASEAN-Korea Selatan di Vientiane, Laos, Kamis (10/10/2024).

VIENTIANE, KOMPAS — Para pemimpin negara menyepakati peningkatan kerja sama ASEAN-Korea Selatan menjadi kemitraan strategis komprehensif dalam KTT Ke-25 ASEAN-Korea Selatan di Vientiane, Laos, Kamis (10/10/2024). Penguatan kerja sama pun disambut semua pihak.

Perdana Menteri Laos Sonexay Siphandone saat membuka KTT ASEAN-Korea Selatan menyebutkan, peningkatan hubungan ini menunjukkan potensi besar. Selain itu, peningkatan hubungan itu juga menunjukkan aspirasi bersama dan komitmen kedua belah pihak dalam meningkatkan kontribusi pada komunitas ASEAN dalam mempromosikan perdamaian, stabilitas, dan keberlanjutan di kawasan.

”ASEAN juga sangat menghargai dukungan Korea atas sentralitas ASEAN melalui pendekatan inisiatif solidaritas ASEAN-Korea (KASI),” katanya.

Baca juga: Yoon Suk Yeol: ASEAN-Korsel, Mitra yang Saling Memerlukan dan Menguntungkan

Dokumen pernyataan bersama kemitraan strategis komprehensif ASEAN-Korea Selatan pun disepakati semua pemimpin.

Pada kesempatan itu, Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia menyambut baik peluncuran kemitraan strategis komprehensif (CSP) ASEAN-Korea Selatan ini. Menurut dia, kemitraan ini akan mendukung implementasi Pandangan ASEAN pada Indo-Pasifik (AOIP). ”Dan, (ini) mempercepat ASEAN mencapai Visi 2045,” ucap Wapres Amin.

Wakil Presiden Maruf Amin berbincang dengan para menteri yang mendampingi, seperti Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Hadi Tjahjanto di sela KTT ASEAN-Korea Selatan dan KTT ASEAN-Jepang di Vientiane, Laos, Kamis (10/10/2024).

Indonesia juga menyoroti transisi energi dan stabilitas kawasan Indo-Pasifik. Transisi energi dinilai perlu untuk menghadapi krisis energi global dan dampak perubahan iklim. ”Hingga 2050, ASEAN akan membutuhkan investasi sebesar 726 juta (dollar AS) hingga 1 miliar dolar AS bagi proyek-proyek energi terbarukan. Saya berharap bersama ASEAN, Republik Korea dapat membangun kemitraan inovatif pendanaan inklusif dan penyediaan teknologi efektif guna mencapai target penggunaan energi bersih dan terbarukan,” kata Wapres.

Terkait stabilitas kawasan Indo-Pasifik, Wapres Amin berharap ketegangan di kawasan bisa dikelola melalui dialog dan komunikasi terbuka. Dia juga menyambut baik KTT Trilateral Mei lalu yang dinilai sebagai langkah penting menuju stabilitas dan perdamaian di kawasan.

PM Malaysia Anwar Ibrahim berharap kerja sama ekonomi terkait manufaktur cerdas yang akan bermanfaat pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di ASEAN.

PM Thailand Paetongtarn Shinawatra sebagai koordinator hubungan ASEAN-Korea Selatan menyampaikan apresiasi atas dukungan Korea Selatan, termasuk pada pandangan ASEAN atas Indo-Pasifik dan mekanisme yang ada di ASEAN.

Di area politik, diusulkan pula kerja sama untuk menanggulangi kejahatan transnasional seperti kejahatan siber dan maritim.

PM Malaysia Anwar Ibrahim berharap kerja sama ekonomi terkait manufaktur cerdas yang akan bermanfaat pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di ASEAN. Transformasi digital juga dinilai penting. Oleh karena itu, kerja sama untuk peningkatan kapasitas dan diversifikasi strategis pada sumber daya manusia dinilai sangat berharga.

Personel Angkatan Laut Jepang dan Australia bersama Korea Selatan dan Amerika Serikat terlibat dalam Latihan Pelindung Pasifik di Pelabuhan Sydney, Australia, Kamis (26/9/2024). Pada saat bersamaan, Kapal perang Jepang, Australia, dan Selandia Baru juga baru saja beroperasi di Selat Taiwan dan melanjutkan latihan di Laut China Selatan.

Dinilai alami kemajuan pesat

Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol menyampaikan, ASEAN-Korea Selatan adalah saksi bahwa kerja sama politik, ekonomi, dan sosial budaya bisa mengalami kemajuan pesat. Sejak kemitraan dimulai 1989, perdagangan ASEAN-Korea Selatan sudah melompat tiga kali lipat. Adapun hubungan Korea Selatan dengan negara-negara ASEAN meningkat 37 kali lipat.

”Kemitraan komprehensif strategis ini bab baru dalam sejarah menuju masa depan bersama dan mempertahankan fokus ASEAN dalam diplomasinya dan Korea bertekad untuk bawa manfaat dari kemitraan tersebut,” katanya.

Perluasan kerja sama ekonomi dan investasi mencakup kecerdasan buatan dan sektor-sektor terkait pendidikan dan kapasitas masyarakat. Selain itu, Korea juga berharap bisa memfasilitasi suplai pertahanan militer dan kerja sama pertahanan siber di Asia Tenggara.

Kerja sama strategis bidang keamanan dinilai akan meningkatkan komunikasi otoritas dan kerja sama antarpejabat. Memanfaatkan kapabilitas dan pengalaman Korea, Presiden Yoon juga menyampaikan keinginan untuk berkontribusi pada keamanan siber, termasuk memberi pelatihan pengamanan siber serta menangkal pencurian data.

Korea juga akan mendorong peningkatan kapasitas anak muda ASEAN melalui beasiswa di beragam bidang ilmu pengetahuan.

Tentara Korea Selatan berjaga di samping kendaraan lapis baja saat menjalani latihan militer di Paju, Korsel, yang berdekatan dengan daerah perbatasan Korea Utara, 24 Januari 2024.

Unifikasi

Dalam KTT ASEAN-Korea Selatan juga muncul dukungan pada unifikasi Korea dan proliferasi nuklir di Semenanjung Korea. Terkait perkembangan teknologi nuklir di Korea, diharapkan semua negara patuh pada peraturan PBB dan regulasi internasional. ”Kami menyambut baik kerja Korea dalam mendorong unifikasi di Semenanjung Korea,” kata Anwar Ibrahim.

Presiden Yoon pun menambahkan, selama Korea Utara masih menghadirkan ancaman nuklir, sulit mencapai perdamaian abadi. Sejauh ini, pada pertengahan Agustus lalu, Presiden Yoon mengusulkan unifikasi dengan Korea Utara untuk perdamaian di Semenanjung Korea. Dia pun berharap ASEAN mendukung inisiatif ini.

Anwar Ibrahim juga mengimbau negara-negara ASEAN dan Korea untuk mendorong penghentian pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan pelaku genosida.

Soal penjajahan yang dialami Palestina, Wapres Amin juga meminta penegasan kembali atas dukungan negara-negara ASEAN dan mitra wicara untuk Palestina. ”Kita harus terus mendorong gencatan senjata permanen, distribusi bantuan kemanusiaan, dan keanggotaan penuh Palestina di PBB,” tambahnya.

Anwar Ibrahim juga mengimbau negara-negara ASEAN dan Korea untuk mendorong penghentian pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan pelaku genosida. ”Malaysia mendorong negara yang berpikiran baik untuk mendorong Palestina yang merdeka, berdaulat,” ujarnya.

Duta Besar Republik Korea untuk ASEAN Lim Sungnam (empat dari kanan) menyerahkan bantuan senilai 5 juta dollar AS untuk negara-negara anggota ASEAN, Selasa (16/6/2020).

Berlangsung 35 tahun

Kemitraan dialog ASEAN-Korea Selatan dimulai tahun 1989 dan Korea Selatan menjadi mitra wicara penuh pada 1991. Tahun 2024 ini, kemitraan memasuki tahun ke-35.

Duta Besar Korea Selatan untuk ASEAN Lee Jang-Keun pada Workshop of Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea yang diselenggarakan Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) pada 10 September 2024 di Jakarta menyebutkan perkembangan kerja sama ASEAN-Korea Selatan mulai 2004 dengan adopsi deklarasi bersama pada kerja sama kemitraan komprehensif ASEAN-Korea Selatan, deklarasi bersama pada kemitraan strategis untuk perdamaian dan kemakmuran ASEAN-Korea Selatan pada 2010, dan pengumuman Inisiatif Solidaritas Korea-ASEAN (KASI) pada 2022.

Dari kemitraan dialog ASEAN-Korea Selatan ini, terjadi beberapa peningkatan. Investasi Korea ke ASEAN meningkat 118 kali dari 92 juta dollar AS pada 1989 menjadi 10,8 miliar dollar AS pada 2022. Kehadiran turis Korea ke negara-negara ASEAN juga meningkat 100 kali dari 103.727 pada 1989 menjadi 10.463.929 pada 2019. Volume perdagangan ASEAN-Korea juga meningkat 25 kali dari 8,2 miliar dollar AS pada 1989 menjadi 207 miliar dollar AS pada 2022.

Selain itu, masih ada Korea-ASEAN Digital Cooperation Flagship (KADIF) untuk mendukung inovasi digital ASEAN dengan membangun infrastruktur yang terkait kecerdasan buatan (AI) dengan nilai 30 juta dollar AS sepanjang 2024-2028. Kerja sama ini mencakup pembangunan gedung ekosistem data bersama, membuat kompetisi start up AI, menyiapkan sekolah digital AI, serta pemanfaatan AI secara lebih luas dengan konvergensi solusi AI.

Proyek kemitraan strategis komprehensif (CSP) ASEAN-Korea Selatan yang disiapkan, menurut Lee Jang-Keun, antara lain, rencana kerja sama pertahanan ASEAN-Korea Selatan, proyek keamanan siber/ASEAN cyber shield project, pembentukan kesadaran dan kapasitas maritim, serta promosi mekanisme APT (ASEAN plus three). Di samping itu, manajemen bencana ASEAN-Korea Selatan, dan pembangunan kapasitas Timor Leste.

Sumber: https://www.kompas.id/baca/internasional/2024/10/10/kemitraan-strategis-komprehensif-asean-korea-selatan-disepakati

Journalist Network 2024
The Tale of Sejong City: Korean Experience of Capital Shifting
Government Complex in Sejong City (Wikimedia Commons)

SEAToday.com, Jakarta – Shifting capitals is not an unfamiliar phenomenon in Asia, and Indonesia’s recent move from Jakarta to Nusantara is just the latest chapter. 

Countries like Myanmar, Malaysia, Pakistan, and Kazakhstan have already made bold moves, establishing new capitals like Naypyidaw, Putrajaya, Islamabad, and Almaty—each built with a master plan to reflect the future.

South Korea’s Sejong City is another milestone in capital relocation. Founded in 2007, Sejong was created to ease congestion in Seoul and promote growth in the central region. While many government ministries have relocated to Sejong since 2012, Seoul still holds key government bodies like the National Assembly.

Sejong, now South Korea’s de facto administrative capital, symbolizes strategic development and a vision for a more region-balanced nation.

Sejong City and Its History

Sejong City, named after King Sejong the Great—the creator of the Korean alphabet Hangul—was conceived as part of a bold vision by President Roh Moo-hyun in 2003. His goal? To shift South Korea’s capital away from the sprawling metropolis of Seoul and create a new administrative hub in the country’s centre. The idea was to ease Seoul’s overwhelming influence on politics and economics while spurring growth in other regions.

Security concerns also played a key role, as Seoul sits just 30 kilometres from the Demilitarized Zone (DMZ) and within easy range of North Korean artillery. Relocating the capital would place it behind natural barriers like rivers and mountains, offering better protection in case of a sudden attack.

King Sejong Statue in Gwanghamun, Seoul (SEA Today/Alvin Qobulsyah)

However, the plan hit a major roadblock in 2004 when South Korea’s Constitutional Court ruled that Seoul must remain the capital. This led to a revised approach: Sejong would become a special administrative city, housing most government ministries but not the official capital. By 2012, ministries began moving, and by 2019, 12 were fully relocated.
 
Though some key ministries remain in Seoul, including Foreign Affairs and Defense, Sejong has thrived. Designed as a “smart city,” Sejong has become a leader in South Korea’s push for tech-driven urban development, standing as a model for future cities nationwide.


What Nusantara Can Learn from Sejong?
 
According to Joannes Ekaprasetya Tandjung, the former Coordinator of the Creative and Digital Economy Function at the Indonesian Embassy in Seoul, Sejong’s innovative and smart city concept can inspire the development of IKN Nusantara.
 
Joannes underlined the importance of making IKN more than just a formal centre of government; it should also be a city with additional attractions for residents and visitors.
 
“I can say that Sejong has an attraction, how they connect the ministry buildings through a large rooftop garden,” he said during the discussion “ASEAN-Korea: Navigating the Future of Relations under a Comprehensive Strategic Partnership” organised by the Korea Foundation and Foreign Policy Community Indonesia at The Westin South Jakarta, Tuesday (10/9).


Joannes Ekaprasetya Tandjung (left, Former Coordinator of the Creative and Digital Economy Function at the Indonesian Embassy in Seoul), H.E. Lee Jang-keun (centre, Ambassador of The Republic of Korea to ASEAN), Choi Hyun-Soo (Director of Korea Foundation Jakarta) (FPCI & Korea Foundation)

Sejong successfully integrated the ministry buildings with a rooftop that links buildings and features a garden and solar panels.

Sejong has one of its unique main attractions- the world’s largest rooftop garden complex, which connects 15 ministry buildings. The concept was recognised by Guinness World Records and attracted much attention.

The roof allows for easy mobility between buildings without having to go down to the lobby of each building, creating efficiency and convenience for employees and citizens who wish to visit.

Sejong Government Rooftop Complex (Wikimedia)

According to the South Korean government’s official website, the Sejong Government Complex roof garden is the most extensive roof garden in the world. It has a total length of about 3.6 km and an area of 79 thousand square metres, equivalent to the area of 11 football fields combined.

Moreover, this innovation benefits aesthetics, attractiveness, and environmental sustainability. The roofs of the buildings in Sejong are equipped with solar panels, which contribute to the use of renewable energy.

The garden has 187 different plant species and 1.08 million plants in total. It includes herb gardens, medicinal gardens, fruit and berry trees, and vine tunnels. Seasonal tree species showcase different landscapes throughout the four seasons.

When will Korea’s capital completely move to Sejong?

Before his presidential election victory, Yoon Suk-yeol made a bold promise: to push forward with relocating South Korea’s capital from Seoul to Sejong. As he prepares to take office, his administration is expected to invest heavily in Sejong’s future, focusing on cultural, educational, and medical infrastructure. 

Located 125 kilometres (80 miles) south of Seoul, Sejong was designated a “special self-governing city” in 2012 after construction began in 2007. Yoon’s vision for Sejong goes beyond infrastructure—he plans to transfer key elements of the National Assembly to the city and create special economic zones to attract foreign investment.

He’s also keen on turning Sejong into a cutting-edge technology and research hub, bringing in top scientists, entrepreneurs, and media organizations.

In the long term, Yoon even envisions a second presidential office operating in Sejong, running alongside the one in Seoul until Sejong eventually becomes the full seat of government. Plans are already in motion, with the South Korean government aiming to relocate 36 ministries and agencies to the city. Government Complex Sejong, completed in 2013, marked a key milestone in this ongoing transformation.

Source: https://news.seatoday.com/alvin-qobulsyah/8727/the-tale-of-sejong-city-korean-experience-of-capital-shifting

Journalist Network 2024
Dana Kerja Sama ASEAN-Korsel Terus Ditingkatkan Perkuat Kemitraan Strategis
INDONESIA-ASEAN-SUMMIT(Photo by Bagus INDAHONO / POOL / AFP)

ASEAN merupakan mitra strategis bagi Korea Selatan (Korsel) atau Republic of Korea (ROK). Melalui Special Strategic Partnership Korea Selatan dan ASEAN terus memperkuat hubungan diplomasi tidak hanya di sektor politik, perdagangan, ekonomi. Tapi juga pendekatan sosio-kultural.

Duta Besar Korsel untuk ASEAN Lee Jang-keun menyampaikan ada sejumlah proyek kerja sama yang dapat dimanfaatkan generasi muda mengembangkan potensi mereka yakni melalui Dana Kerja Sama ASEAN-ROK (AKCF). Lee mengatakan AKCF telah diluncurkan sejak 1990. Bahkan nilainya diproyeksikan kian naik dari US$16 juta pada 2022 menjadi US$32 juta pada 2027.

“Ini memang fund (pendanaan) yang menarik karena ditujukan untuk semua anggota negara ASEAN. Sangat berguna untuk mendukung aktivitas kebudayaan,” terang Lee dalam diskusi bertajuk ‘ASEAN-Korea: Menavigasi Masa Depan Hubungan di Bawah Kemitraan Strategis Komprehensif’ yang digelar oleh Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Selasa (10/9).

Menurut Lee, salah satu proyek tersebut antara lain penyelenggaraan festival musik. Korea Selatan mengundang musisi dari negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia yang diwakili Barasuara dan Isyana Saraswati. Tidak hanya itu, di sektor perfilman, sambung Lee, Korea mendukung inkubator industri film seperti Busan Film Commission (BFC) and Busan Asian Film School (AFiS).

“Kami mengundang banyak pembuat film dari negara-negara ASEAN kami menyediakan tempat untuk berdiskusi bersama di Busan,” papar Lee.

Lee memaparkan ada sekitar 25 proyek difasilitasi menggunakan AKCF yang terkait Pendidikan, sumber daya manusia, Kesehatan, kebudayaan, seni, dan olahraga. Lalu, 49 proyek yang berkaitan dengan transformasi digital, lingkungan, dan lain-lain.

Koordinator Urusan ASEAN, Intra dan Ekstra Regional, Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri RI Joannes Ekaprasetya Tandjung menuturkan ASEAN dan Indonesia dapat belajar dari Korea Selatan yang sukses mengembangkan industri ekonomi kreatif melalui Korean Wave/ Hallyu.

“Kita melihat Korea Selatan banyak punya pengalaman dengan industri digital dan industri kreatif, ASEAN diharapkan bisa mencapai hal serupa pada 2045 (visi ASEAN),” ujarnya. (Ind)

Sumber: https://mediaindonesia.com/internasional/700321/dana-kerja-sama-asean-korsel-terus-ditingkatkan-perkuat-kemitraan-strategis

Journalist Network 2024
Korea Selatan Dorong ASEAN Suarakan Penghentian Kebijakan Nuklir Kim Jong Un
South Korea’s President Yoon Suk-yeol (2nd L) and First Lady Kim Keon Hee (L) pose with Indonesia’s President Joko Widodo (2nd R) and First Lady Iriana Widodo, before the gala dinner of the 43rd ASEAN Summit in Jakarta on September 6, 2023(Photo by Mast IRHAM / POOL / AFP)

PEMIMPIN Korea Utara Kim Jong Un mengumumkan kebijakan untuk meningkatkan produksi senjata nuklir. Pengumuman itu disampaikan, Senin (9/9) dalam pidato peringatan 76 tahun berdirinya Korea Utara. 

https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?gdpr=0&us_privacy=1—&gpp_sid=-1&client=ca-pub-8225732166813219&output=html&h=280&adk=3398382591&adf=2363781383&w=647&abgtt=6&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1746780537&num_ads=1&rafmt=1&armr=3&sem=mc&pwprc=1388167946&ad_type=text_image&format=647×280&url=https%3A%2F%2Fmediaindonesia.com%2Finternasional%2F700141%2Fkorea-selatan-dorong-asean-suarakan-penghentian-kebijakan-nuklir-kim-jong-un&fwr=0&pra=3&rh=162&rw=646&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&fa=27&uach=WyJtYWNPUyIsIjE1LjQuMSIsImFybSIsIiIsIjEzNS4wLjcwNDkuMTE1IixudWxsLDAsbnVsbCwiNjQiLFtbIkdvb2dsZSBDaHJvbWUiLCIxMzUuMC43MDQ5LjExNSJdLFsiTm90LUEuQnJhbmQiLCI4LjAuMC4wIl0sWyJDaHJvbWl1bSIsIjEzNS4wLjcwNDkuMTE1Il1dLDBd&dt=1746780539909&bpp=1&bdt=2216&idt=-M&shv=r20250507&mjsv=m202505060101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie_enabled=1&eoidce=1&prev_fmts=0x0&nras=2&correlator=7619036842429&frm=20&pv=1&u_tz=420&u_his=1&u_h=900&u_w=1440&u_ah=807&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&dmc=8&adx=208&ady=1430&biw=1440&bih=720&scr_x=0&scr_y=149&eid=95358862%2C95358864%2C31092193%2C31092196%2C31092281&oid=2&pvsid=6483981969499748&tmod=344047276&uas=3&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&fc=1408&brdim=0%2C25%2C0%2C25%2C1440%2C25%2C1440%2C807%2C1440%2C720&vis=1&rsz=%7C%7Cs%7C&abl=NS&fu=128&bc=31&bz=1&td=1&tdf=2&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=2&uci=a!2&btvi=1&fsb=1&dtd=7426

Duta Besar Korea Selatan untuk ASEAN Lee Jang-keun menyampaikan kekhawatiran atas pernyataan pimpinan Korea Utara Kim Jong Un. Ia meyakini bahwa ASEAN yang merupakan mitra strategis Korea Selatan punya pemahaman yang sama untuk menyuarakan penghentian kebijakan terkait senjata nuklir yang dilakukan Kim Jong Un. Lee juga mengungkapkan dukungan dari pemimpin Rusia Vladimir Putin terhadap Korea Utara memicu kekhawatiran negara-negara lain. Seperti diketahui, Rusia telah menginvasi Ukraina dan tengah menggelar latihan militer serta mempersiapkan pengunaan senjata nuklir taktis.

“Kami punya kekhawatiran terhadap hubungan Korea Utara dan Rusia. Selain itu, invasi Rusia atas Ukraina. Kita lihat banyak protes dari negara-negara lain. Saat perang dingin kita tidak pernah melihat senjata nuklir secara terang-terangan digunakan. Tapi ini (bisa saja) digunakan untuk menginvasi negara lain. Ini menentang perjanjian internasional dan piagam PBB, piagam ASEAN, dan dokumen penting ASEAN yang didalamnya menyebutkan mengenai penghormatan, tidak ada kekerasan, tidak ada ancaman, ini merupakan prinsip fundamental,” ujar Lee di sela-sela diskusi bertajuk ‘ASEAN-Korea: Menavigasi Masa Depan Hubungan di Bawah Kemitraan Strategis Komprehensif’ yang digelar oleh Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Selasa (10/9).

Seperti diberitakan Putin mengirim telegram ucapan selamat kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada ulang tahun ke-76 berdirinya Republik Rakyat Demokratik Korea sembari menekankan bahwa hubungan antara kedua negara berada pada tingkat tinggi. Merespons hal itu, Lee mengatakan saat perang Korea, Korea Utara juga didukung oleh Uni Soviet yang saat itu dipimpin oleh Stalin untuk menginvasi selatan. 

  • Home 
  • Internasional

Korea Selatan Dorong ASEAN Suarakan Penghentian Kebijakan Nuklir Kim Jong Un

Indriyania Astuti

 11/9/2024 10:30A-A+

Korea Selatan Dorong ASEAN Suarakan Penghentian Kebijakan Nuklir Kim Jong Un
South Korea’s President Yoon Suk-yeol (2nd L) and First Lady Kim Keon Hee (L) pose with Indonesia’s President Joko Widodo (2nd R) and First Lady Iriana Widodo, before the gala dinner of the 43rd ASEAN Summit in Jakarta on September 6, 2023(Photo by Mast IRHAM / POOL / AFP)

PEMIMPIN Korea Utara Kim Jong Un mengumumkan kebijakan untuk meningkatkan produksi senjata nuklir. Pengumuman itu disampaikan, Senin (9/9) dalam pidato peringatan 76 tahun berdirinya Korea Utara. 

Duta Besar Korea Selatan untuk ASEAN Lee Jang-keun menyampaikan kekhawatiran atas pernyataan pimpinan Korea Utara Kim Jong Un. Ia meyakini bahwa ASEAN yang merupakan mitra strategis Korea Selatan punya pemahaman yang sama untuk menyuarakan penghentian kebijakan terkait senjata nuklir yang dilakukan Kim Jong Un. Lee juga mengungkapkan dukungan dari pemimpin Rusia Vladimir Putin terhadap Korea Utara memicu kekhawatiran negara-negara lain. Seperti diketahui, Rusia telah menginvasi Ukraina dan tengah menggelar latihan militer serta mempersiapkan pengunaan senjata nuklir taktis.

“Kami punya kekhawatiran terhadap hubungan Korea Utara dan Rusia. Selain itu, invasi Rusia atas Ukraina. Kita lihat banyak protes dari negara-negara lain. Saat perang dingin kita tidak pernah melihat senjata nuklir secara terang-terangan digunakan. Tapi ini (bisa saja) digunakan untuk menginvasi negara lain. Ini menentang perjanjian internasional dan piagam PBB, piagam ASEAN, dan dokumen penting ASEAN yang didalamnya menyebutkan mengenai penghormatan, tidak ada kekerasan, tidak ada ancaman, ini merupakan prinsip fundamental,” ujar Lee di sela-sela diskusi bertajuk ‘ASEAN-Korea: Menavigasi Masa Depan Hubungan di Bawah Kemitraan Strategis Komprehensif’ yang digelar oleh Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Selasa (10/9).

Seperti diberitakan Putin mengirim telegram ucapan selamat kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada ulang tahun ke-76 berdirinya Republik Rakyat Demokratik Korea sembari menekankan bahwa hubungan antara kedua negara berada pada tingkat tinggi. Merespons hal itu, Lee mengatakan saat perang Korea, Korea Utara juga didukung oleh Uni Soviet yang saat itu dipimpin oleh Stalin untuk menginvasi selatan. 

“Rusia yang memberikan dukungan penuh pada Korea Utara, saat perang Korea. Korea Utara tidak sendirian melakukannya saat itu. Tapi didukung negara komunis lain seperti Uni Soviet di bawah Stalin. Setelah 75 tahun Perang Korea, pemimpin Korea Utara mendapat dukungan pemimpin otoritarian Rusia Putin,” paparnya.

Dalam merespons hal tersebut, Lee menuturkan bahwa ASEAN saat ini berbeda dengan ASEAN di masa lalu. ASEAN, terangnya, punya kekuatan sebagai middle power (kekuatan tengah). Istilah yang digunakan untuk negara yang bukan negara adikuasa atau negara besar, tetapi masih memiliki pengaruh dan memainkan peran penting dalam hubungan internasional.  Menurut Lee, ASEAN dapat menggunakan pengaruh diplomatiknya untuk mendorong dialog dalam menyuarakan perdamaian.

“ASEAN bisa tetap diam atau memilih menggunakan suaranya,” ucap Lee. 

ASEAN, ujar Lee, merupakan platform penting untuk bertemu dan berdialog mengenai ancaman dan tantangan ke depan. Sebab, ia menilai kondisi Korea Utara saat ini berbeda. Secara terang-terangan negara tersebut menurutnya telah menyampaikan akan meningkatkan kekuatan senjata nuklir tanpa batas. Oleh karena itu, aspek paling penting untuk menyuarakan penolakan atas kebijakan Korea Utara bagi negara-negara ASEAN yakni melalui ASEAN Regional Forum. Lee meyakini seruan ASEAN akan didengar. 

“Pada pertemuan ASEAN mendatang akan ada banyak joint leader statement yang kami harapkan dari ASEAN ialah mengirimkan pesan pada Korea Utara. ASEAN ingin perdamaian melalui dialog. ASEAN bukan lagi seperti dulu, ASEAN punya kekuatan ekonomi yang dipertimbangkan, itu merupakan perbedaan. Kami harap ASEAN bisa mengirimkan pesan pada Korea Utara tolong jangan lakukan itu, tolong hentikan (penggunaan senjata nuklir),” tegas Lee.

Lee mengatakan bahwa Korea Selatan atau Republik Korea (ROK) mulai menjalin hubungan dengan ASEAN sebagai Mitra Wacana Sektoral pada 1989. Kemudian, pada Juli 1991, ROK menjadi mitra dialog penuh ASEAN pada AMM ke-24 di Kuala Lumpur. Kerja sama Korea Selatan dan ASEAN terus meningkat hingga ditandatangani Plan of Action (POA) to Implement the Joint Declaration on Comprehensive Cooperation Partnhership pada 2004. Pada 2022, Presiden Yoon Suk-yeol memperkenalkan Korea-ASEAN Solidarity Initiative (KASI) lalu pada 2024 hubungan kerja sama ASEAN dan Korea Selatan diperkuat dengan adanya Comprehensive Strategic Partnership.

Di tempat yang sama, Koordinator ASEAN bidang Intra dan Ekstra Regional di Pusat Kebijakan Strategis Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri RI Joannes Ekaprasetya Tandjung mengakui peran strategis Indonesia. Indonesia punya sumber daya alam untuk rantai pasok dunia, juga sumber daya alam yang dibutuhkan untuk mendukung transformasi energi. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia telah diakui dengan masuknya Indonesia sebagai negara G20. Mengenai kebijakan luar negeri, melalui Indo-Pasifik Strategi ASEAN mendorong pentingnya inklusivitas, terciptanya perdamaian, dan kemakmuran di kawasan termasuk mendorong denuklirisasi Korea Utara. 

“ASEAN dilihat sebagai mitra yang penting bagi Korea Selatan, kami ingin setara dalam mewujudkan perdamaian dan kemakmuran. Kami tidak juga mengecualikan Cina sebagai mitra strategis. Ini yang kami inginkan yakni inklusivitas tanpa ada pengecualian. Kekuatan tengah akan berdampak pada reposisi kekuatan utama. Memunculkan tatanan regional baru sehingga persaingan lebih strategis, baik secara ekonomi, politik, maupun militer,” tukas Joannes.

Sumber: https://mediaindonesia.com/internasional/700141/korea-selatan-dorong-asean-suarakan-penghentian-kebijakan-nuklir-kim-jong-un

Journalist Network 2024
Korsel Minta ASEAN Hentikan Program Nuklir Korut
Kantor berita resmi KCNA melalui KNS, 23 April 2024 menunjukkan artileri roket diluncurkan selama latihan serangan balik nuklir virtual, di sebuah lokasi yang dirahasiakan. AFP/STR/KCNA VIA KNS

PEMIMPIN Korut (Korut) Kim Jong-un mengumumkan kebijakan untuk meningkatkan produksi senjata nuklir. Pengumuman itu disampaikan Kim pada Senin (9/9) dalam pidato peringatan 76 tahun berdirinya Korut.

Duta Besar Korea Selatan (Korsel) untuk ASEAN Lee Jang-keun menyampaikan kekhawatirannya atas pernyataan pe

mimpin Korut itu. Ia meyakini bahwa ASEAN yang merupakan mitra strategis Korsel memiliki pemahaman yang sama untuk menyuarakan penghentian kebijakan terkait dengan senjata nuklir Korut.

Lee juga mengungkapkan dukungan dari pemimpin Rusia Vladimir Putin terhadap Korut menambah kekhawatiran Seoul dan negara-negara lain. Kini, Moskow sedang menginvasi Ukraina, menggelar latihan militer, se….

Sumber: https://epaper.mediaindonesia.com/detail/korsel-minta-asean-hentikan-program-nuklir-korut

Journalist Network 2024
Mampukah Budaya Indonesia Mendunia Ikuti Jejak K-pop?
Ilustrasi budaya Korea Selatan (Korsel). (Twitter/@charts_k)

Liputan6.com, Jakarta – Fenomena tersebarnya budaya dan industri hiburan Korea Selatan, atau dikenal K-wave, tak diragukan lagi ketenarannya. Artis, musik, film hingga drama Korea Selatan kini tak hanya dinikmati oleh masyarakat di Asia, namun telah menyebar ke seluruh dunia bahkan hingga Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Hal ini lantas membuat banyak negara ingin mengikuti jejak Korea Selatan dalam memasarkan budayanya, termasuk Indonesia. Pertanyaannya, mampukah Indonesia mengikuti jejak Korea Selatan?

Koordinator Urusan ASEAN, Intra dan Ekstra Regional, Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu RI) Joannes Ekaprasetya Tandjung menjawabnya dengan yakin, bahwa Indonesia mampu mengikuti jejak Korea Selatan.

“Asal dilakukan dengan strategi yang tepat, orang-orang dan pejabat pemerintahan yang tepat. Karena saya perlu mengakui, kita tidak akan bisa bekerja di sektor kreatif dan digital jika tidak mempunyai passion,” kata dia kepada para jurnalis peserta workshop perdana Indonesia Korea Journalist Network yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation di Jakarta, Selasa (10/9/2024).

Joannes menilai bahwa di masa depan, Indonesia harus mencari aset alternatif selain sumber daya alam yang semakin menipis.

“Untuk mencapai 2045, akan kah kita masih bergantung pada batu bara dan bahan bakar fosil (dalam perdagangan)? Atau akan kah kita memperdalam hubungan dengan negara lain atas dasar pendidikan, kebudayaan, dan kreativitas?” tuturnya.

Perlunya Landasan Pendidikan yang Kuat

Koordinator Urusan ASEAN Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu RI) Joannes Ekaprasetya Tandjung dalam workshop perdana Indonesia Korea Journalist Network yang diselenggarakan oleh FPCI dan Korea Foundation, Selasa (10/9/2024). (Liputan6.com/Benedikta Miranti)

Pria yang sebelumnya menjabat sebagai Koordinator Fungsi Ekonomi Kreatif dan Digital di KBRI Seoul itu meyakini bahwa budaya Indonesia mampu bersaing jika dilandasi dengan pendidikan yang kuat.

“Kami percaya bahwa untuk menjadi artis di Korea, untuk menjadi entertainer yang sukses, harus memiliki dasar Pendidikan yang kuat. Maka dari itu beberapa universitas atau lembaga pendidikan tinggi, setara dengan universitas, yang difokuskan untuk menciptakan entertainer sejati,” jelasnya.

“Karena di tahun 2045, generasi yang sukses berasal dari industri ekonomi kreatif. Menjadi seorang entertainer bukan lagi pekerjaan sambilan.”

Selama bertugas di Korea Selatan, Joannes memaparkan bahwa KBRI Seoul aktif menggandeng universitas Korea Selatan dan Indonesia untuk bekerja sama dan melakukan pertukaran mahasiswa.

“Dalam MoU kita pastikan di tahun pertama dilakukan perkenalan. Misalnya rektor Seoul Institute of Arts bertemu dengan rektor Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Di tahun kedua kita pastikan sudah terjadi pertukaran, mungkin antar dosen atau jika memungkinkan mahasiswanya,” kata dia.

MoU Terbaru Kerja Sama Bidang Seni Musik

nstitut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan College of Music, Seoul National University (SNU), menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) di bidang seni. (Dok. KBRI Seoul)

Terbaru, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan College of Music, Seoul National University (SNU), menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk memperkuat hubungan dan kolaborasi di bidang seni, khususnya musik.

Mengutip siaran pers KBRI Seoul, penandatanganan MoU ini menjadi tonggak baru dalam upaya kedua institusi untuk mengembangkan potensi akademik dan kebudayaan melalui berbagai program inovatif dan berkelanjutan.

Kerjasama ini mencakup beberapa program utama, termasuk pertukaran mahasiswa antara kedua institusi.

Melalui program pertukaran ini, mahasiswa dari ISI Surakarta dapat memperluas wawasan mereka dengan belajar langsung di SNU, salah satu universitas terkemuka di Korea Selatan.

INFOGRAFIS: Deretan Prestasi Mendunia Artis Korea (Liputan6.com / Abdillah)

Sumber: https://www.liputan6.com/global/read/5699279/mampukah-budaya-indonesia-mendunia-ikuti-jejak-k-pop?page=3

Journalist Network 2024
Korea Selatan Nantikan Peran Aktif ASEAN Bagi Perdamaian Semenanjung Korea
Duta Besar Korea Selatan untuk ASEAN Lee Jang-keun dalam workshop bersama jurnalis peserta Indonesia Korea Journalist Network yang diselenggarakan FPCI dan Korea Foundation, Jakarta, Selasa (10/9/2024). (Liputan6.com/Benedikta Miranti)

Liputan6.com, Jakarta – Hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara belakangan kembali memanas.

Selain aksi Korea Utara mengirim balon sampah yang dibalas siaran propaganda oleh Korea Selatan, uji coba nuklir yang digencarkan Pyongyang turut memperparah ketegangan.

Pemimpin tertinggi Kim Jong-un mengatakan dalam pidatonya di HUT Korea Utara, bahwa negaranya tengah menyiapkan kekuatan untuk menambah jumlah senjata nuklir.
Hal ini tentu menambah kekhawatiran di kawasan, terutama bagi Seoul.

Kendati demikian, pihaknya meyakini bahwa ASEAN mampu memainkan perannya untuk membantu meredam ketegangan di wilayah tersebut.

“Saya pikir yang perlu kita lakukan bersama dengan ASEAN adalah mengirim pesan yang tepat ke Korea Utara, untuk menghentikan provokasi, kata-kata kasar dan persenjataan nuklir. Kemudian, kita dapat kembali berdialog,” ujar Duta Besar Korea Selatan untuk ASEAN Lee Jang-keun kepada para jurnalis peserta workshop perdana Indonesia Korea Journalist Network yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation di Jakarta, Selasa (10/9/2024).

Dubes Lee mengatakan bahwa Korea Selatan telah menjalin kemitraan dengan ASEAN sejak tahun 1989, ketika Korea Utara masih belum aktif mengirim ancaman nuklirnya.

Kala itu, lewat ASEAN Regional Forum, ASEAN menyediakan wadah pertemuan bagi perwakilan Korea Utara dan Korea Selatan.

“Forum ARF (ASEAN Regional Forum) masih merupakan satu-satunya forum internasional di mana menteri luar negeri Korea Selatan dan Korea Utara datang dan berpartisipasi. Forum ini menjadi platform yang sangat penting bagi kedua negara,” lanjut Lee.

Adapun Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN juga diketahui secara rutin menghasilkan deklarasi yang menyatakan komitmen kawasan terhadap denuklirisasi. Isu ketegangan di Semenanjung Korea pun sudah menjadi agenda utama dalam KTT ASEAN dari tahun ke tahun, mulai dari KTT tahun 2017 di Filipina hingga KTT tahun 2023 di Indonesia.

“Bagi saya, bobot suara ASEAN penting. Jadi, kalau ASEAN mendesak Korea Utara untuk berhenti maka mereka akan mempertimbangkannya dengan serius. Karena mereka (Korea Utara) tidak bisa meninggalkan dan harus mendekatkan diri dengan ASEAN,” jelas Lee.

ASEAN Masih Dibayangi Isu Myanmar

Bendera Negara Myanmar yang baru berkibar di luar balai kota Kamis, 21 Oktober 2010, di Yangon, Myanmar. Myanmar yang diperintah militer telah meluncurkan bendera nasional baru – dengan tiga garis horizontal berwarna kuning, hijau dan merah dengan bintang putih besar di tengahnya. (AP/Khin Maung Win)


Dubes Lee juga meyakini peran penting dan kontribusi ASEAN dalam perdamaian di Semenanjung Korea, meskipun isu Myanmar masih menjadi momok tersendiri bagi kawasan Asia Tenggara itu.

“Menurut saya, ASEAN masih mampu memberikan dampak besar bagi Korea Utara. Ini karena banyak negara anggota ASEAN yang memiliki hubungan langsung dengan Korea Utara, banyak negara Asia Tenggara yang memiliki kedutaan di sana. Maka dari itu, ASEAN mampu memainkan peran penting dalam hubungan kawasan dan internasional,” jelas Lee.

ASEAN, sebagai kawasan dengan ekonomi terbesar kelima di dunia, diyakini mampu membawa pengaruh.

“ASEAN yang sekarang sudah berbeda dengan 35 tahun lalu. Jadi apa yang akan dikatakan ASEAN akan sangat berbeda dan dan kami berharap ASEAN mengatakan kata yang tepat,” tambah dia.

“Tolong katakan kepada pemimpin Korea Utara, jangan lakukan ini. Berhentilah menyalahkan dan pedulilah pada rakyat sendiri. Tidak ada yang akan mengancam mereka, ini hanya diri mereka sendiri karena fondasi kepemimpinan mereka sendiri yang sangat lemah.”

Sejarah Uji Coba Nuklir Korea Utara

Korea Utara menindaklanjuti peluncuran tersebut dengan pernyataan berapi-api yang mengecam AS karena mengatur apa yang disebutnya pratinjau perang nuklir, termasuk dengan mendatangkan kapal selam bertenaga nuklir di Korea Selatan pada Minggu. (AP Photo/Ahn Young-joon)

Mengutip laman resmi pemerintah Korea Selatan, masalah nuklir Korea Utara disebutkan menarik perhatian internasional ketika Korea Utara mengumumkan akan menarik diri dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) pada tahun 1993. Sejak saat itu, masalah nuklir Korea Utara telah mengalami siklus kemunduran.

Kerangka Kerja yang Disepakati (Perjanjian Jenewa) tahun 1994 antara Amerika Serikat dan Korea Utara mengakibatkan pembekuan fasilitas nuklir plutonium Korea Utara selama beberapa tahun.

Namun, muncul kecurigaan tentang pengembangan nuklir Korea Utara yang melibatkan uranium yang diperkaya, yang menyebabkan runtuhnya perjanjian tersebut delapan tahun setelah kesimpulannya.

Pada tahun 2002, Korea Utara melanjutkan operasi fasilitas nuklir plutoniumnya.

Respon AS hadapi program senjata nuklir korea utara (abdillah/liputan6.com)


Sumber: https://www.liputan6.com/global/read/5699252/korea-selatan-nantikan-peran-aktif-asean-bagi-perdamaian-semenanjung-korea?page=3

12
Page 1 of 2

Youtube
Twitter
Facebook
Instagram
Copyright 2021 - www.indonesia-koreajournalist.net