• Home
  • Services
  • Pages
    • About 1
    • About 2
    • About 3
    • About 4
    • Our Team
    • Contact 1
    • Contact 2
    • Service 1
    • Service 2
    • Service 3
  • Portfolio
    • Column One
      • Portfolio Classic
      • Portfolio Grid
      • Portfolio Grid Overlay
      • Portfolio 3D Overlay
      • Portfolio Contain
    • Column Two
      • Portfolio Masonry
      • Portfolio Masonry Grid
      • Portfolio Coverflow
      • Portfolio Timeline Horizon
      • Portfolio Timeline Vertical
    • Column Four
      • Single Portfolio 1
      • Single Portfolio 2
      • Single Portfolio 3
      • Single Portfolio 4
      • Single Portfolio 5
    • Column Three
      • Video Grid
      • Gallery Grid
      • Gallery Masonry
      • Gallery Justified
      • Gallery Fullscreen
  • Blog
    • Blog Grid No Space
    • Blog Grid
    • Blog Masonry
    • Blog Metro No Space
    • Blog Metro
    • Blog Classic
    • Blog List
    • Blog List Circle
  • Slider
    • Column One
      • Vertical Parallax Slider
      • Animated Frame Slider
      • 3D Room Slider
      • Velo Slider
      • Popout Slider
      • Mouse Driven Carousel
    • Column Two
      • Clip Path Slider
      • Split Slick Slider
      • Fullscreen Transition Slider
      • Flip Slider
      • Horizon Slider
      • Synchronized Carousel
    • Column Three
      • Multi Layouts Slider
      • Split Carousel Slider
      • Property Clip Slider
      • Slice Slider
      • Parallax Slider
      • Zoom Slider
    • Column Four
      • Animated Slider
      • Motion Reveal Slider
      • Fade up Slider
      • Image Carousel Slider
      • Glitch Slideshow
      • Slider with other contents
  • Shop

May 10, 2025

Journalist Network 2024
Dosen Korea Sorot Peran Penting RI di Tengah Konflik Korut-Korsel
Foto: Ilustrasi bendera korut sama bendera korsel

Jakarta, CNBC Indonesia – Ketegangan antara Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) belum juga mereda. Hubungan kedua negara Korea ini bahkan semakin melebar dan melibatkan negara-negara lain.

Melihat situasi tersebut, Indonesia disebut memiliki peran penting dalam menciptakan perdamaian antara kedua Korea Hal ini disampaikan oleh Sheen Seong Ho, dekan sekaligus profesor di Sekolah Pascasarjana Studi Internasional Universitas Nasional Seoul (SNU).

“Indonesia dapat memainkan peranan yang cukup penting dalam menjembatani, mungkin pembicaraan antara Korea Selatan dan Korea Utara,” katanya dalam diskusi bertajuk ‘Membayangkan Kembali Peran Indonesia: Menetapkan Jalan Baru untuk Keterlibatan Antar-Korea dan Stabilitas Regional’ yang digelar oleh FPCI dan Korea Foundation di Jakarta Pusat, dikutip Jumat (15/11/2024).

Menurut Sheen, Indonesia mempunyai hubungan kemitraan yang sangat penting baik dengan Korsel dan Korut. “Secara tradisional di masa lalu, Indonesia mempunyai diplomasi yang sangat erat dengan Korea Utara, sehingga ini menjadi merupakan aset yang sangat penting yang dimiliki Indonesia ketika menyangkut masalah Semenanjung Korea,” ujarnya.

Selain Indonesia, blok ASEAN juga memainkan peran penting bagi perdamaian kedua negara. Hal ini terlihat dari pertemuan Donald Trump dan Kim di Singapura dan Vietnam beberapa tahun lalu, ketika Trump menjabat sebagai presiden AS.

“Ini menunjukkan bahwa peran Asia Tenggara atau ASEAN bisa menjadi sangat penting. Dalam hal ini, para anggota negaranya dapat memainkan peran yang sangat penting bahkan dalam Inisiatif Semenanjung Korea, atau berbagai acara diplomatik besar lainnya,” paparnya.

Sheen menuturkan bahwa cukup sulit bagi perwakilan kedua Korea untuk bertemu atau terlibat langsung dalam masalah keamanan, sehingga peran ASEAN untuk memberikan ‘ruang’ di wilayahnya sangat membantu.

“Kami menemukan bahwa ASEAN Regional Forum (ARF) merupakan tempat yang cukup berguna untuk menyediakan kesempatan bagi kedua perwakilan dari kedua Korea untuk datang, bukan untuk pembicaraan bilateral, tetapi pembicaraan regional,” ungkapnya.

Ia menyebut biasanya perwakilan kedua Korea menggunakan sesi regional dan multilateral semacam itu di sela-sela ARF. “Ada beberapa transaksi yang terjadi sehingga fungsi ARF ini sangat unik dan penting, bahkan dalam hal keamanan Semenanjung Korea,” tambahnya.

Belum lama ini, perang antara Seoul dan Pyongyang disinyalir akan pindah ke Eropa. Pasalnya Pemimpin Korut Kim Jong Un telah membantu Presiden Rusia Vladimir Putin dengan mengirim ribuan pasukannya dalam perang dengan Ukraina.

Di sisi lain, Korsel telah bergabung dengan Amerika Serikat (AS) untuk membantu Ukraina, meski negara itu menghindari pasokan senjata langsung ke Kyiv sejalan dengan kebijakannya untuk tidak memasok senjata ke negara yang secara aktif terlibat dalam konflik.

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20241116130144-4-588748/dosen-korea-sorot-peran-penting-ri-di-tengah-konflik-korut-korsel

Journalist Network 2024
Peran Indonesia dalam perdamaian Semenanjung Korea

Jakarta (ANTARA) – Mengapa harus ada konflik jika damai bisa tercipta? Perdamaian memang hal ideal yang diharapkan seluruh dunia. Sayangnya, memunculkan perdamaian dan menghindari pertikaian antarnegara tidak sesederhana yang dipikirkan.

Konflik yang tak kunjung usai antara dua Korea jadi salah satu sorotan dalam geopolitik. Berbagai upaya dilakukan, tidak hanya oleh Korea Utara dan Korea Selatan, namun juga banyak pihak lainnya yang terlibat dan mungkin terdampak walau tak langsung.

Kita mengenal istilah reunifikasi, penyatuan kembali dua entitas negara di Semenanjung Korea itu. Namun, 2024 mencatat sejumlah pergeseran cara dari kedua negara, seperti dijelaskan Puji Basuki atau Ukky, Peneliti Doktoral Universitas Manchester di Inggris.

Korea Selatan mengumumkan doktrin baru reunifikasi, yaitu dengan memimpin proses penyatuan. Ukky, yang juga sempat menjadi Koordinator Desk Bilateral Indonesia-Korea di Kementerian Luar Negeri RI, melihat Korea Selatan bertumpu pada “pertolongan” Amerika Serikat.

“Doktrin reunifikasi itu berfokus pada kebebasan dan kesejahteraan, di saat yang sama juga bersandar pada Amerika Serikat, khususnya kekuatan militer,” kata Ukky dalam lokakarya jurnalis yang digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia bersama Korea Foundation.

Di sisi lain, Korea Utara justru menyerah dengan tujuan penyatuan dua negara, menginginkan kedua tetap menjadi entitas yang terpisah. Kim Jong-un bahkan menegaskan soal kemampuan nuklir yang dimiliki dan mempererat kedekatan dengan Rusia secara militer.

Oktober lalu, Badan Intelijen Korea Selatan menyebut Korea Utara memutuskan untuk mengerahkan 12.000 anggota pasukannya untuk membantu Rusia dalam konflik melawan Ukraina.

Hal ini tentu saja meningkatkan ketegangan di kawasan dan posisi geopolitik negara-negara di dunia.

Indonesia sering kali menegaskan posisi sebagai pihak yang peduli terhadap perdamaian, terlebih lagi dengan peranan strategis kawasan Asia Timur. China, Jepang, dan Korea Selatan masuk dalam 10 besar mitra perdagangan dan investasi Indonesia.

Segala gangguan keamanan dan perselisihan yang muncul di kawasan ini akan membawa pengaruh terhadap jalannya pembangunan di Indonesia sendiri, di kawasan pun sudah pasti, dan di dunia secara keseluruhan.

Dialog dengan Korea Utara

Selain itu, Indonesia juga mempunyai sejarah panjang dengan masing-masing Korea Selatan dan Korea Utara.

Selama 5 dekade lebih, Indonesia dan Korea Selatan telah menjalin hubungan diplomatik. Berbagai kerja sama dan kesepakatan telah diteken kedua negara. Kian hari, relasi bilateral itu makin baik, yang ditopang oleh kemitraan ekonomi dan koneksi antarmasyarakat yang kuat.

Adapun dengan Korea Utara, Indonesia perlu memberikan upaya yang lebih. Menurut Ukky, hal itu karena diplomat Korea Utara lebih tertutup, sementara akses formal juga terbatas akibat KBRI di Pyongyang ditutup sejak pandemi lalu.

Padahal sudah ada modal besar dengan persahabatan yang dibangun oleh Bapak Bangsa kedua negara, Soekarno dan Kim Il-sung. Bunga anggrek Indonesia yang diberi nama Kimilsungia menjadi simbolnya.

Bagaimanapun, dalam rangka mencari perdamaian di Semenanjung Korea, Indonesia telah memberikan kontribusinya dengan melakukan pendekatan kolaboratif bersama negara-negara di kawasan Asia Tenggara melalui ASEAN.

Misalnya, upaya membangun dialog dengan Korea Utara dalam agenda ASEAN Regional Forum (ARF), satu-satunya forum multilateral yang diikuti oleh negara bernama resmi Republik Rakyat Demokratik Korea tersebut.

Pada pertemuan ARF 2023 di Jakarta, Retno Marsudi selaku Menteri Luar Negeri RI saat itu menekankan langkah diplomasi preventif, demi membatasi konflik yang terjadi agar tidak meningkat. Ini sekaligus menegaskan advokasi denuklirisasi.

Sejalan dengan upaya itu, menurut Ukky, pendekatan soft power diplomacy khususnya terhadap Korea Utara harus terus ditingkatkan. Secara bilateral, Indonesia perlu menjalin kerja sama sosial budaya dengan Korea Utara dalam rangka membangun kepercayaan.

Lantas, apakah modal kepercayaan menjadi jaminan atas pentingnya peran Indonesia dalam mencari perdamaian di Semenanjung Korea? Hal ini bisa terjawab dengan apa yang dilakukan Indonesia ke depan, berdasarkan kemauan politik pemerintahan.

Presiden baru

Dalam analisisnya, Sheen Seong-ho, Profesor Studi Internasional di Universitas Nasional Seoul, menyebut negara adikuasa yang memberikan pengaruh besar terhadap “nasib” Semenanjung Korea.

Terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat diharapkan bisa menyambung lagi upaya berdialog dengan Korea Utara pada masa kepemimpinannya yang pertama, sejak 2016 hingga 2020.

“Trump adalah tokoh yang memutuskan untuk berkomunikasi secara langsung dengan Kim Jong-un, dan ia pula yang pertama kali menggelar pertemuan antara Presiden AS dengan pemimpin Korea Utara,” kata Sheen dalam lokakarya FPCI dan Korea Foundation yang sama.

“Banyak pihak yang berharap Trump 2.0 tidak hanya mengurusi kebijakan domestik, namun juga mempunyai kebijakan luar negeri yang secara umum yang akan berdampak bagi dua Korea, serta kawasan pasifik, termasuk ASEAN dan Indonesia,” ujar Sheen.

Belakangan, melansir Kantor Berita Anadolu, Trump bahkan mengumumkan bahwa ia menunjuk Richard Grenell sebagai utusan untuk misi khusus, yang disebutnya “akan bekerja di beberapa wilayah panas di dunia, termasuk Venezuela dan Korea Utara.”

Presiden baru di AS, presiden baru juga di Indonesia. Baru-baru ini, Prabowo Subianto menunjukkan kemauan politik atas kontribusi Indonesia dalam geopolitik dunia, termasuk urusan Semenanjung Korea.

Dalam lawatan kenegaraan ke AS pada November lalu, Prabowo bertemu dengan Presiden

Joe Biden. Selain membahas upaya penguatan kerja sama bilateral, Indonesia dan AS sepakat mendukung penciptaan perdamaian dan denuklirisasi total di Semenanjung Korea.

“Kedua pemimpin mendesak semua pihak untuk melaksanakan kewajiban dan komitmen internasional, termasuk menghentikan aksi pelanggaran resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengancam perdamaian dan kestabilan di kawasan,” tulis Gedung Putih dalam pernyataan resmi bersama.

Kini, kita sepatutnya menunggu langkah-langkah dan kebijakan pihak-pihak terkait untuk perdamaian yang abadi. Bagaimanapun, jangan sampai konflik Semenanjung Korea mengorbankan lebih banyak lagi kepentingan bersama.

Sumber: https://m.antaranews.com/amp/berita/4553446/peran-indonesia-dalam-perdamaian-semenanjung-korea

Journalist Network 2024
Pentingnya Indonesia dalam Mediasi Korea Selatan dan Utara

Indonesia netral dan punya sejarah panjang

Jakarta, IDN Times – Indonesia dianggap sebagai salah satu mitra penting, bahkan negara paling strategis dalam proses unifikasi Korea Selatan dan Utara. Secara historis dan politis, Indonesia ternyata memiliki posisi yang begitu sentral untuk menjadi mediator demi terciptanya stabilitas di kawasan Semenanjung Korea.

Sudah bukan rahasia lagi, Indonesia dan Korea Selatan saat ini memiliki hubungan yang cukup mesra. Lewat berbagai kesempatan Indonesia selalu menekankan pentingnya kedamaian di kawasan semenanjung Korea.

Terutama, melalui ASEAN Regional Forum (ARF), Indonesia bisa memainkan peranannya dalam upaya perdamaian di semenanjung Korea. Apalagi, Korea Selatan merupakan anggota ARF dan Korea Utara sempat mengirim utusannya.

“ARF punya modal untuk menjadi media dalam membangun perdamaian ketika membahas keamanan regional agar bisa diterima semua pihak. Makanya, di sini menjadi jalan bagi Indonesia pula dalam memainkan perannya,” ujar Mantan Koordinator Bilateral Desk Indonesia-Korea di Kementerian Luar Negeri, Ukky Puji Basuki, dalam forum Indonesia-Korea Journalist Network yang diselenggarakan FPCI bersama Korea Foundation, beberapa waktu lalu.

1. Indonesia punya sejarah dengan Korut

Ditinjau dari segi historis, Indonesia sebenarnya begitu mesra dengan Korea Utara. Ada ikatan batin yang tercipta, bahkan Korea Utara sempat memanggil Indonesia sebagai “kakak”, seiring dengan persamaan dalam Gerakan Non-Blok (GNB).

Relasi antara Korea Utara dengan Indonesia terjalin ketika masa pemerintahan Presiden Soekarno. Kemudian, Korea Utara juga sempat mengirim pemimpinnya, Kim Il Sung dan Kim Jong Il. Ini menjadikan Indonesia sebagai negara satu-satunya yang dikunjungi dua pemimpin Koea bersamaan.

Tak cuma itu, relasi Indonesia dan Korea Utara juga terjalin lewat sebuah bunga. Anggrek dendrobium, yang berasal dari Indonesia, dibudidayakan di Korea Utara dan namanya diubah menjadi Kimilsungia. Munculnya bunga ini di Korea Utara juga didasari atas hadiah Presiden Soekarno kepada Kim Il Sung.

“Indonesia punya sejarah juga dengan Korea Utara. Jakarta juga tempat yang netral. Dialog bisa saja digelar di Jakarta, demi membantu dialog antara Korea Utara dengan dunia,” ujar Ukky.

2. Jadi aset dalam peran sebagai mediator

Profesor Studi Global Seoul National University, Seong Ho Sheen, mengakui posisi Indonesia dalam kajian politis dan historis memang begitu netral. Sikap Indonesia yang aktif dan bebas, dijelaskan Sheen, bisa menjadi sebuah keunggulan dalam proses negosiasi.

“Dari segi sejarah, Indonesia memang sudah punya hubungan diplomatik dengan Korea Utara. Artinya, itu aset yang cukup penting,” kata Sheen.

3. ASEAN juga penting dalam skala regional

Selain itu, Sheen melihat ASEAN, dalam skala organisasi regional, juga bisa berperan dalam mediasi. Pendapat itu dikeluarkan Sheen ketika melihat Presiden Terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, pernah menggelar pertemuan dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, di Singapura serta Vietnam.

Bagi Sheen, dengan pertemuan Trump dan Kim Jong Un, sudah menjadi bukti jika ASEAN memiliki peran yang strategis serta netral.

“ASEAN menjadi penting dan itu bisa menjadi potensi bagi Indonesia pula dalam memainkan peranannya,” ujar Sheen.

Sumber: https://www.idntimes.com/news/world/satria-permana-2/pentingnya-indonesia-dalam-mediasi-korea-selatan-dan-utara?page=all

Journalist Network 2024
Semenanjung Korea Memanas, Indonesia Siap Jadi Juru Damai
Peserta Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea mengikuti workshop di Jakarta, Jumat (8/11/2024). (Foto: FPCI)

RM.id  Rakyat Merdeka – Situasi di Semenanjung Korea yang semakin memanas menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap kawasan, termasuk Indonesia. Di tengah kondisi ini, Indonesia dinilai memiliki peluang strategis untuk berperan sebagai “juru damai” dalam menjembatani ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan.

https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?gdpr=0&client=ca-pub-4856760029410872&output=html&h=280&adk=3789469862&adf=873848573&w=555&abgtt=9&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1746870125&num_ads=1&rafmt=1&armr=3&sem=mc&pwprc=1773395033&ad_type=text_image&format=555×280&url=https%3A%2F%2Frm.id%2Fbaca-berita%2Finternasional%2F247039%2Fsemenanjung-korea-memanasindonesia-siap-jadi-juru-damai&fwr=0&pra=3&rh=139&rw=555&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&fa=27&uach=WyJtYWNPUyIsIjE1LjQuMSIsImFybSIsIiIsIjEzNS4wLjcwNDkuMTE1IixudWxsLDAsbnVsbCwiNjQiLFtbIkdvb2dsZSBDaHJvbWUiLCIxMzUuMC43MDQ5LjExNSJdLFsiTm90LUEuQnJhbmQiLCI4LjAuMC4wIl0sWyJDaHJvbWl1bSIsIjEzNS4wLjcwNDkuMTE1Il1dLDBd&dt=1746870125668&bpp=1&bdt=620&idt=-M&shv=r20250507&mjsv=m202505060101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3Db8d5566ca8d9d2aa%3AT%3D1746781976%3ART%3D1746870125%3AS%3DALNI_MYe5KxD4zpBFKmkas-tyxd-ydOVMg&gpic=UID%3D000010b9e048f648%3AT%3D1746781976%3ART%3D1746870125%3AS%3DALNI_MYj6MQeJTfr4FVIejgBf1BHqKvTkQ&eo_id_str=ID%3D0663ae7cb3d403ef%3AT%3D1746781976%3ART%3D1746870125%3AS%3DAA-AfjZduKrttoR08UhlJRnXQW_T&prev_fmts=0x0%2C555x280%2C160x400%2C360x280&nras=2&correlator=1780185853289&frm=20&pv=1&u_tz=420&u_his=1&u_h=900&u_w=1440&u_ah=807&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&dmc=8&adx=150&ady=1327&biw=1440&bih=720&scr_x=0&scr_y=0&eid=95358863%2C95358865%2C95354564%2C95359476&oid=2&pvsid=203904981043262&tmod=1468362024&uas=0&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&fc=1408&brdim=0%2C25%2C0%2C25%2C1440%2C25%2C1440%2C807%2C1440%2C720&vis=2&rsz=%7C%7Cs%7C&abl=NS&fu=128&bc=31&bz=1&td=1&tdf=2&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=5&uci=a!5&btvi=4&fsb=1&dtd=239

Hal tersebut disampaikan Koordinator Desk Bilateral Indonesia-Korea (2023-2024) di Direktorat Urusan Asia Timur Kementerian Luar Negeri, Puji Basuki, dalam workshop Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea di Jakarta, Jumat (8/11/2024). Workshop tersebut diselenggarakan oleh Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dengan tema “Reimagining Indonesia’s Role: Charting a New Path for Inter-Korean Engagement and Regional Stability”. 

Dalam paparannya, Puji mengatakan, sebagai salah satu negara di Asia Tenggara, Indonesia dipandang mampu berkontribusi dalam mencegah konflik di kawasan tersebut agar tidak meluas. Hal ini tak terlepas dari pentingnya Asia Timur bagi Indonesia, yang merupakan wilayah strategis dengan sejumlah mitra dagang dan investasi terbesar bagi perekonomian nasional.

“Jika ada konflik di wilayah ini jelas akan mengganggu pembangunan Indonesia,” kata Puji. 

 Puji menilai, Indonesia akan mampu berkontribusi. Setidaknya untuk mendorong perdamaian di Semenanjung Korea. Kontribusi yang diberikan Indonesia, menurut pria yang karib disapa Ukky itu, bukan tanpa modal. Indonesia memiliki modal kuat sebagai negara yang netral. Sekaligus memiliki hubungan baik dengan Korea Utara ataupun Korea Selatan.

https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?gdpr=0&client=ca-pub-4856760029410872&output=html&h=280&adk=3789469862&adf=775686328&w=555&abgtt=9&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1746870125&num_ads=1&rafmt=1&armr=3&sem=mc&pwprc=1773395033&ad_type=text_image&format=555×280&url=https%3A%2F%2Frm.id%2Fbaca-berita%2Finternasional%2F247039%2Fsemenanjung-korea-memanasindonesia-siap-jadi-juru-damai&fwr=0&pra=3&rh=139&rw=555&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&fa=27&uach=WyJtYWNPUyIsIjE1LjQuMSIsImFybSIsIiIsIjEzNS4wLjcwNDkuMTE1IixudWxsLDAsbnVsbCwiNjQiLFtbIkdvb2dsZSBDaHJvbWUiLCIxMzUuMC43MDQ5LjExNSJdLFsiTm90LUEuQnJhbmQiLCI4LjAuMC4wIl0sWyJDaHJvbWl1bSIsIjEzNS4wLjcwNDkuMTE1Il1dLDBd&dt=1746870125668&bpp=1&bdt=620&idt=1&shv=r20250507&mjsv=m202505060101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3Db8d5566ca8d9d2aa%3AT%3D1746781976%3ART%3D1746870125%3AS%3DALNI_MYe5KxD4zpBFKmkas-tyxd-ydOVMg&gpic=UID%3D000010b9e048f648%3AT%3D1746781976%3ART%3D1746870125%3AS%3DALNI_MYj6MQeJTfr4FVIejgBf1BHqKvTkQ&eo_id_str=ID%3D0663ae7cb3d403ef%3AT%3D1746781976%3ART%3D1746870125%3AS%3DAA-AfjZduKrttoR08UhlJRnXQW_T&prev_fmts=0x0%2C555x280%2C160x400%2C360x280%2C555x280&nras=3&correlator=1780185853289&frm=20&pv=1&u_tz=420&u_his=1&u_h=900&u_w=1440&u_ah=807&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&dmc=8&adx=150&ady=2265&biw=1440&bih=720&scr_x=0&scr_y=0&eid=95358863%2C95358865%2C95354564%2C95359476&oid=2&pvsid=203904981043262&tmod=1468362024&uas=0&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&fc=1408&brdim=0%2C25%2C0%2C25%2C1440%2C25%2C1440%2C807%2C1440%2C720&vis=2&rsz=%7C%7Cs%7C&abl=NS&fu=128&bc=31&bz=1&td=1&tdf=2&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=6&uci=a!6&btvi=5&fsb=1&dtd=241

Indonesia dan Korea Selatan memiliki kesepakatan kemitraan strategis ekonomi. Kerja sama di banyak bidang pun terjalin. Untuk bilateral, hubungan Indonesia dan Korea Utara sudah berlangsung sejak 1961. Presiden Soekarno dan Presiden Korea Utara saat itu, Kim Il Sung bersahabat baik. Bahkan, persahabatan itu membuat bunga anggrek dendrobium yang dihadiahkan Soekarno, jadi bunga nasional Korea Utara.

“Bunga yang disebut kimilsungia itu bahkan menjadi lambang persahabatan Indonesia-Korea Utara,” ungkapnya.

Menghadapi situasi di Semenanjung Korea yang memanas, lanjutnya, Pemerintah Indonesia akan memonitor situasi secara hati-hati. Selain itu, Indonesia akan meminta semua pihak untuk menahan diri sembari mendorong dialog.

Dia memperkirakan, total diplomacy bisa dilakukan untuk mendorong perdamaian tetap terjaga di Semenanjung Korea. Langkah-langkah yang lebih memberi dampak kuat bisa dipilih. Tapi, aksi diplomasi lain tetap harus dikerjakan baik secara bilateral, regional, maupun global.

Secara bilateral, Indonesia memiliki peluang dengan memanfaatkan persahabatan yang sudah terjalin lama dengan Korea Utara. Apalagi, Indonesia memiliki kerja sama budaya seperti sekolah menengah Ryulgok di Pyongyang. Di mana sekolah itu disiapkan sebagai sekolah persahabatan Indonesia-Korea Utara. Selain itu, tim sepak bola perempuan U-17 Korea Utara juga mengikuti U-17 Asia Cup di Indonesia tahun ini.

https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?client=ca-pub-4856760029410872&output=html&h=280&slotname=7379219380&adk=3792130871&adf=775686328&pi=t.ma~as.7379219380&w=555&abgtt=9&fwrn=4&fwrnh=0&lmt=1746870125&rafmt=1&armr=3&format=555×280&url=https%3A%2F%2Frm.id%2Fbaca-berita%2Finternasional%2F247039%2Fsemenanjung-korea-memanasindonesia-siap-jadi-juru-damai&fwr=0&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&uach=WyJtYWNPUyIsIjE1LjQuMSIsImFybSIsIiIsIjEzNS4wLjcwNDkuMTE1IixudWxsLDAsbnVsbCwiNjQiLFtbIkdvb2dsZSBDaHJvbWUiLCIxMzUuMC43MDQ5LjExNSJdLFsiTm90LUEuQnJhbmQiLCI4LjAuMC4wIl0sWyJDaHJvbWl1bSIsIjEzNS4wLjcwNDkuMTE1Il1dLDBd&dt=1746870125114&bpp=12&bdt=66&idt=99&shv=r20250507&mjsv=m202505060101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3Db8d5566ca8d9d2aa%3AT%3D1746781976%3ART%3D1746863982%3AS%3DALNI_MYe5KxD4zpBFKmkas-tyxd-ydOVMg&gpic=UID%3D000010b9e048f648%3AT%3D1746781976%3ART%3D1746863982%3AS%3DALNI_MYj6MQeJTfr4FVIejgBf1BHqKvTkQ&eo_id_str=ID%3D0663ae7cb3d403ef%3AT%3D1746781976%3ART%3D1746863982%3AS%3DAA-AfjZduKrttoR08UhlJRnXQW_T&prev_fmts=0x0&nras=1&correlator=1780185853289&frm=20&pv=1&rplot=4&u_tz=420&u_his=1&u_h=900&u_w=1440&u_ah=807&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&dmc=8&adx=150&ady=2787&biw=1440&bih=720&scr_x=0&scr_y=0&eid=95358863%2C95358865%2C95354564%2C95359476&oid=2&pvsid=203904981043262&tmod=1468362024&uas=0&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&fc=1920&brdim=0%2C25%2C0%2C25%2C1440%2C25%2C1440%2C807%2C1440%2C720&vis=1&rsz=o%7C%7CpeEbr%7C&abl=CS&pfx=0&fu=128&bc=31&bz=1&td=1&tdf=2&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=2&uci=a!2&btvi=1&fsb=1&dtd=103

Bukan hanya itu, Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara Park Sang Gil berkunjung ke Indonesia pada 17-19 September 2024. Pilihan Indonesia sebagai tujuan pertama setelah pandemi Covid-19 menandai Indonesia adalah ‘sahabat lama’ dan penting bagi Korea Utara. Indonesia pun bisa segera membuka kembali kedutaan besar di Pyongyang yang tutup pada 2021 karena pandemi Covid-19.

Indonesia, lanjutnya, memiliki beberapa peluang untuk mengaktifkan kembali dialog antara Korea Utara dan Korea Selatan. Salah satunya adalah peringatan 75 tahun Konferensi Asia Afrika pada 2025.

Selain itu, melalui ASEAN, Indonesia bisa mendorong perdamaian terus dipupuk melalui pendekatan kolaborasi sesuai dengan prinsip-prinsip tidak mencampuri (non-interference), penyelesaian damai dan pengambilan keputusan berdasarkan konsensus, serta saling menghargai.

Sejauh ini, Indonesia dikenal netral dalam kaitan dua Korea ini. Karena itu, pertemuan Forum Kawasan ASEAN (ASEAN Regional Forum/ARF) di Jakarta pada 2023 turut dihadiri Wakil Menlu Korea Utara. ARF ini juga bisa menjadi salah satu modal untuk mendorong perdamaian di antara kedua Korea.

https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?gdpr=0&client=ca-pub-4856760029410872&output=html&h=280&adk=3789469862&adf=1785359867&w=555&abgtt=9&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1746870156&num_ads=1&rafmt=1&armr=3&sem=mc&pwprc=1773395033&ad_type=text_image&format=555×280&url=https%3A%2F%2Frm.id%2Fbaca-berita%2Finternasional%2F247039%2Fsemenanjung-korea-memanasindonesia-siap-jadi-juru-damai&fwr=0&pra=3&rh=139&rw=555&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&fa=27&uach=WyJtYWNPUyIsIjE1LjQuMSIsImFybSIsIiIsIjEzNS4wLjcwNDkuMTE1IixudWxsLDAsbnVsbCwiNjQiLFtbIkdvb2dsZSBDaHJvbWUiLCIxMzUuMC43MDQ5LjExNSJdLFsiTm90LUEuQnJhbmQiLCI4LjAuMC4wIl0sWyJDaHJvbWl1bSIsIjEzNS4wLjcwNDkuMTE1Il1dLDBd&dt=1746870125670&bpp=1&bdt=623&idt=1&shv=r20250507&mjsv=m202505060101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3Db8d5566ca8d9d2aa%3AT%3D1746781976%3ART%3D1746870125%3AS%3DALNI_MYe5KxD4zpBFKmkas-tyxd-ydOVMg&gpic=UID%3D000010b9e048f648%3AT%3D1746781976%3ART%3D1746870125%3AS%3DALNI_MYj6MQeJTfr4FVIejgBf1BHqKvTkQ&eo_id_str=ID%3D0663ae7cb3d403ef%3AT%3D1746781976%3ART%3D1746870125%3AS%3DAA-AfjZduKrttoR08UhlJRnXQW_T&prev_fmts=0x0%2C555x280%2C160x400%2C360x280%2C555x280%2C555x280&nras=4&correlator=1780185853289&frm=20&pv=1&u_tz=420&u_his=1&u_h=900&u_w=1440&u_ah=807&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&dmc=8&adx=150&ady=3391&biw=1440&bih=720&scr_x=0&scr_y=513&eid=95358863%2C95358865%2C95354564%2C95359476&oid=2&pvsid=203904981043262&tmod=1468362024&uas=1&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&fc=1408&brdim=0%2C25%2C0%2C25%2C1440%2C25%2C1440%2C807%2C1440%2C720&vis=1&rsz=%7C%7Cs%7C&abl=NS&fu=128&bc=31&bz=1&td=1&tdf=2&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=7&uci=a!7&btvi=6&fsb=1&dtd=31130

Ke depan, lanjutnya, terus membangun kerja sama sosial budaya dengan Korea Utara menjadi penting. Untuk membangun rasa saling percaya. Kehadiran Indonesia melalui pembukaan kembali Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Pyongyang juga sangat diperlukan.

Secara regional, Indonesia bisa bekerja sama dengan ASEAN ataupun dengan China, Jepang, dan Korea Selatan untuk meyakinkan Korea Utara agar melihat perdamaian sebagai prospek. Karena itu, kreativitas untuk membuat narasi yang bisa diterima semua pihak dan membawa semua pihak mau ke meja perundingan, menjadi kunci.

“Indonesia menjadi peacemaker dengan membuka semua jalur komunikasi dengan semua mitra kita, bukan hanya dengan Korea Selatan yang sudah menjadi mitra strategis, melainkan juga dengan Korea Utara,” jelasnya.

Profesor hubungan internasional dari Universitas Nasional Seoul Seong Ho Sheen juga punya pandangan serupa. Dia bilang, Indonesia memiliki sejarah diplomatik yang panjang dengan Korea Utara.

“Indonesia dan Korea Utara bisa memainkan peran yang sangat penting sebagai jembatan antara Korea Utara dan Korea Selatan,” ujar Sheen.

Sheen mengatakan, negaranya saat ini tidak punya jalur komunikasi langsung dengan Korea Utara. Namun, untuk bisa menjadi tuan rumah dan menjadi mediator atau fasilitator Indonesia perlu mengajak bicara terlebih dahulu kepemimpinan dua Korea.

Sheen menilai jika Indonesia, bisa menemukan mitra di Pyongyang dan menghubungkan dengan pihak-pihak terkait di Korsel, bukan tak mungkin dialog perdamaian itu muncul. “Bahkan Indonesia bisa menyediakan semacam tempat di Jakarta dan tempat bagi kedua belah pihak untuk bertemu tepat di lokasi pihak ketiga,” tandasnya.

Sumber: https://rm.id/baca-berita/internasional/247039/semenanjung-korea-memanasindonesia-siap-jadi-juru-damai

Journalist Network 2024
Modal “Peacemaker” Indonesia di Semenanjung Korea yang Memanas

Ketegangan di Semenanjung Korea berisiko untuk Indonesia. Melalui hubungan bilateral, regional, ataupun global, Indonesia bisa berperan aktif.

Konflik di Semenanjung Korea, apalagi lokasinya yang relatif dekat dengan Indonesia, jelas akan berpengaruh pada negara ini. Pembangunan Indonesia akan terganggu. Namun, Indonesia bisa berkontribusi menjaga konflik itu tidak pecah.

Tak sebatas Semenanjung Korea, Asia Timur, secara umum, merupakan wilayah yang sangat penting bagi Indonesia. Sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia, mitra dagang dan investasi terbesar Indonesia ada di wilayah itu. Negara-negara tujuan pekerja migran asal Indonesia juga banyak di kawasan tersebut.

”Konflik di wilayah ini jelas akan mengganggu pembangunan Indonesia,” tutur Koordinator Desk Bilateral Indonesia-Korea (2023-2024) di Direktorat Urusan Asia Timur Kementerian Luar Negeri Puji Basuki secara daring dalam workshop bertema ”Reimagining Indonesia’s Role: Charting a New Path for Inter-Korean Engagement and Regional Stability” di Jakarta, Jumat (8/11/2024).

Sumber: https://www.kompas.id/artikel/modal-peacemaker-indonesia-di-semenanjung-korea-yang-memanas?utm_source=link&utm_medium=shared&utm_campaign=tpd_-_android_traffic

Journalist Network 2024
Indonesia Has Potentials to Act as Mediator Amid Rising Tensions on the Korean Peninsula
Reunification Monument in Pyongyang, North Korea (Flickr/Roman Harak)

The escalating tensions on the Korean Peninsula in 2023 have sparked concerns over potential regional repercussions, including in Southeast Asia. Against this backdrop, Indonesia is emerging as a potential peace broker, leveraging its strategic position to mediate between North and South Korea.

Puji Basuki, Coordinator of the Indonesia-Korea Bilateral Desk (2023–2024), highlighted this prospect at the Ministry of Foreign Affairs Directorate of East Asian Affairs. At the Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea workshop in Jakarta in November, Puji emphasized Indonesia’s capacity to contribute to regional stability. The event, themed “Reimagining Indonesia’s Role: Charting a New Path for Inter-Korean Engagement and Regional Stability,” was co-organized by the Korea Foundation and the Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI).

“As a Southeast Asian nation, Indonesia has the potential to prevent the escalation of conflicts in East Asia, a region critical to Indonesia’s economic interests, given its significant trade and investment ties,” Puji stated, adding that instability in the Korean Peninsula would directly impact Indonesia’s development.

Puji highlighted Indonesia’s diplomatic assets, including its neutral stance and historical relationships with both North and South Korea. Indonesia and South Korea share a strategic economic partnership and collaborate across multiple sectors. Meanwhile, Indonesia’s ties with North Korea date back to 1961, anchored by the friendship between President Soekarno and North Korean leader Kim Il-sung. This camaraderie led to the creation of the national flower of North Korea, the Kimilsungia orchid, gifted by Soekarno.

Indonesia’s neutrality has allowed it to maintain diplomatic relations with North Korea, despite the latter’s isolation. Initiatives like the Ryulgok Friendship School in Pyongyang and North Korea’s U-17 women’s football team’s participation in the Asia Cup in Indonesia this year underscore this enduring relationship.

Puji noted the recent visit of North Korea’s Vice Minister of Foreign Affairs, Park Sang Gil, to Jakarta in September 2024. It was North Korea’s first overseas engagement post-pandemic, reaffirming Indonesia’s status as a trusted partner. Plans to reopen Indonesia’s embassy in Pyongyang, closed during the COVID-19 pandemic, further underline Indonesia’s commitment to strengthening ties.

Puji outlined several avenues through which Indonesia could foster dialogue between the two Koreas, including the upcoming 75th anniversary of the 1955 Bandung Conference in 2025. Leveraging Indonesia’s leadership in ASEAN, he proposed using platforms like the ASEAN Regional Forum (ARF) to advocate for peace based on principles of non-interference, consensus-building, and mutual respect.

Meanwhile, Seong Ho Sheen, a professor of international security at Seoul National University, echoed these sentiments. He recognized Indonesia’s longstanding diplomatic relations with North Korea and its potential to serve as a bridge between the two Koreas.

“Indonesia could play a pivotal role in facilitating dialogue. Establishing a venue in Jakarta for both parties to meet on neutral ground would be an ideal starting point,” Sheen suggested.

While direct communication between Seoul and Pyongyang remains elusive, Sheen emphasized the importance of Indonesia securing trusted partners in both capitals to initiate peace talks. With its history of neutrality and commitment to fostering trust, Indonesia is well-positioned to mediate and contribute to lasting peace on the Korean Peninsula.

Source: https://news.seatoday.com/alvin-qobulsyah/11413/indonesia-has-potentials-to-act-as-mediator-amid-rising-tensions-on-the-korean-peninsula

Journalist Network 2024
Peran Indonesia dalam Perdamaian di Semenanjung Korea

Indonesia memiliki sejarah panjang dengan Korea Selatan dan juga Korea Utara.

Peta ilustrasi jangkauan 700 km yang dapat dicapai oleh rudal hipersonik dari wilayah Korea Utara berdasarkan laporan kantor berita KCNA. Senjata hipersonik biasanya terbang menuju target di ketinggian yang lebih rendah daripada rudal balistik dan dapat mencapai lebih dari lima kali kecepatan suara – atau sekitar 6.200 km per jam (3.850 mph). REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta – Dalam rangka mencari perdamaian di Semenanjung Korea, Indonesia telah melakukan pendekatan kolaboratif bersama negara-negara di kawasan Asia Tenggara melalui ASEAN,” kata Peneliti Doktoral di Global Development Institute Universitas Manchester Inggris Puji Basuki dalam workshop Indonesian Next Generation Journalist Network yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation November lalu.

Ukky, sapaan Puji Basuki, mengingatkan bahwa Indonesia memiliki sejarah panjang dengan Korea Selatan dan juga Korea Utara. Dengan Korea Selatan Indonesia telah melakukan kerja sama dalam berbagai bidang. Hubungan diplomatik pun sudah dilakukan dalam 50 tahun terakhir. “Bahkan kerja sama kedua negara semakin baik karena adanya hubungan ekonomi,” kata Ukky. 

Indonesia pun memiliki catatan sejarah dengan negara Korea Utara. Bila dibandingkan dengan Korea Selatan, Ukky menjelaskan, bahwa akses formal diplomasi sangat terbatas. Apalagi saat Kedutaan Besar Republik Indonesia di Pyongyang ditutup sejak Pandemi lalu. Namun bila ditarik lebih jauh lagi, hubungan antara Indonesia dan Korea Utara ini sudah terajut sejak pertemuan kedua pemimpin bangsa masing-masing negara, Soekarno dan Kim Il Sung pad 1965. 

Kala itu, Kim Il Sung datang ke Indonesia untuk memperingati 10 tahun Konferensi Asia Afrika. Pada kesempatan itu, Sukarno mengajaknya untuk melihat koleksi tanaman di Kebun Raya Bogor. Tidak disangka Kim Il Sung terpesona dengan bunga anggrek itu. Sehingga Sukarno menghadiahkan bunga tersebut ke Kim Il Sung. Bunga hibrida anggrek itu pun merupakan simbol persahabatan antara Indonesia dan Korea Utara.

Profesor Studi Global Seoul National University Seong Ho Sheen, mengakui posisi Indonesia dalam kajian politis dan historis memang begitu netral. Sikap Indonesia yang aktif dan bebas, dijelaskan Sheen, bisa menjadi sebuah keunggulan dalam proses negosiasi.”Dari segi sejarah, Indonesia memang sudah punya hubungan diplomatik dengan Korea Utara. Artinya, itu aset yang cukup penting,” kata Sheen.

Sheen menilai ASEAN, dalam skala organisasi regional, juga bisa berperan dalam mediasi. Pendapat itu dikeluarkan Sheen ketika melihat Presiden Terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, pernah menggelar pertemuan dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, di Singapura serta Vietnam. Bagi Sheen, dengan pertemuan Trump dan Kim Jong Un, sudah menjadi bukti jika ASEAN memiliki peran yang strategis serta netral.”ASEAN menjadi penting dan itu bisa menjadi potensi bagi Indonesia pula dalam memainkan perannya.” kata Sheen.

Sumber: https://www.tempo.co/internasional/peran-indonesia-dalam-perdamaian-di-semenanjung-korea-1187541

Journalist Network 2024
Aliansi AS di Asia pun Khawatir
Presiden Terpilih AS Donald Trump saat kampanye di Minnesota, 27 Juli lalu. AFP/ALEX WROBLEWSKI

KEMENANGAN Donald Trump dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) 2024 menimbulkan kekhawatiran dan ketidakpastian bagi negara-negara aliansi mereka seperti Korea Selatan. Trump diketahui pernah menjalin komunikasi dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.

Kedekatan Trump dengan Kim dapat menambah ketegangan di Semenanjung Korea yang akan berdampak pada stabilitas kawasan Indo-Pasifik dan negara-negara terdekat, yakni ASEAN. Di sisi lain, Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, sebagai anggota kunci ASEAN, bisa mengambil inisiatif untuk mempromosikan perdamaian di Semenanjung Korea.

“Kalau ada kebutuhan untuk menjadikan Asia Timur sebagai driver ekonomi Indonesia, (kita perlu) memastikan wilayah Korea Peninsula tidak menjadi hambatan dalam mengejar pertumbuhan ekonomi melalui investasi dengan negara-negara kunci di sana,”ujar eks Koordinator Desk Korea Direktorat Asia Timur Kementer….

Sumber: https://epaper.mediaindonesia.com/detail/a-10404

Journalist Network 2024
Donald Trump Menang Pilpres AS, Bagaimana Kebijakannya Terkait Perdamaian Semenanjung Korea?

Menurut pengamat, ada dua potensi kebijakan Donald Trump terhadap isu Semenanjung Korea.

Presiden AS Donald Trump berjabat tangan dengan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un dalam pertemuan bersejarah di resor Capella, Pulau Sentosa, Selasa (12/6). Kim dan Trump hadir di depan jurnalis dengan latar belakang bendera Korut dan AS. (AP/Evan Vucci)

  • Home
  • Global
  • Internasional

Donald Trump Menang Pilpres AS, Bagaimana Kebijakannya Terkait Perdamaian Semenanjung Korea?

Menurut pengamat, ada dua potensi kebijakan Donald Trump terhadap isu Semenanjung Korea.

OlehBenedikta Miranti T.VDiperbarui 10 Nov 2024, 14:57 WIB

Diterbitkan 10 Nov 2024, 21:31 WIB

Share

Copy Link

Batalkan

Jabat Tangan Perdana Trump dan Kim Jong-un
Presiden AS Donald Trump berjabat tangan dengan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un dalam pertemuan bersejarah di resor Capella, Pulau Sentosa, Selasa (12/6). Kim dan Trump hadir di depan jurnalis dengan latar belakang bendera Korut dan AS. (AP/Evan Vucci)

Liputan6.com, Jakarta – Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) yang digelar 5 November 2024 lalu  membuat banyak pihak menanti kebijakan luar negerinya. Termasuk isu Semenanjung Korea.

Pasalnya, Donald Trump diketahui pernah menjalin hubungan baik dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Trump dan Kim telah bertemu dua kali, yakni di Singapura (Juni 2018) dan di Vietnam (Februari 2019).

Kembalinya Trump ke tampuk kekuasaan AS dipandang oleh pengamat memiliki potensi positif bagi perdamaian dua Korea.

“Jika ia memang berusaha untuk kembali berhubungan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, saya pikir itu perkembangan yang positif. Karena saat ini, Kim Jong Un terus mengembangkan program nuklirnya sejak pertemuan puncak yang gagal di pada tahun 2019,” ungkap Dekan dan Profesor di Sekolah Pascasarjana Studi Internasional Universitas Nasional Seoul, Seong-ho Sheen, dalam sesi workshop bersama jurnalis peserta Indonesia-Korea Journalist Network yang diselenggarakan oleh FPCI dan Korea Foundation (KF) di Jakarta, Jumat (8/11/2024).

Sheen menuturkan bahwa ketika Trump dan Kim kembali berhubungan, setidaknya ada negosiasi atau kesepakatan terkait denuklirisasi yang sebelumnya gagal. Meski belum tentu dapat menyelesaikan masalah nuklir Korea Utara secara menyeluruh, namun setidaknya dapat menghentikan program nuklir Korea Utara yang terus berlanjut.

Hal itu juga yang kemudian akan berdampak bagi perdamaian antara Korea Selatan dan utara.

“Jika Kim benar-benar berbincang dengan Trump, itu pasti akan membantu meredakan ketegangan di emenanjung Korea. Karena Korea Utara telah menciptakan tekanan dan ketegangan militer di semenanjung Korea, serta menyalahkan kebijakan aliansi Korea Selatan dan AS,” papar Sheen.

Potensi Perubahan Kebijakan AS Terhadap Korea Selatan

Namun jika Trump membangun komunikasi dengan Kim, ada kemungkinan perubahan kebijakan antara AS dengan Korea Selatan.

Di bawah pemerintahan Joe Biden, AS membangun aliansi trilateral dengan Korea Selatan dan Jepang. Ketiga negara telah menandatangani kesepakatan kerja sama pertahanan, keamanan, dan teknologi di Camp David pada Agustus 2023 lalu.

Sementara di bawah kesepakatan U.S.–South Korea Status of Forces Agreement (SOFA), Korea Selatan pada tahun 2023 sepakat untuk meningkatkan bantuan finansial terhadap pasukan Washington di Seoul sebesar 4 persen.

Menurut Sheen, ada kemungkinan Trump akan meminta peningkatan kesepakatan finansial sebesar lima hingga sepuluh kali lipat dari Korea Selatan.

“Saya tidak begitu yakin apakah Trump akan mempertahankan perjanjian semacam itu yang diterapkan pemerintahan Biden,” tambah Sheen.

“Jika Korea Selatan tidak mau menerima pelanggaran perjanjian semacam itu, untuk meningkatkan kontribusi militer, Trump dapat menggunakannya sebagai kesempatan menarik pasukan atau memaksa Korea Selatan menerima peningkatan semacam itu.”

Sumber: https://www.liputan6.com/global/read/5780568/donald-trump-menang-pilpres-as-bagaimana-kebijakannya-terkait-perdamaian-semenanjung-korea?page=2

Journalist Network 2024
Menakar Potensi Indonesia Jadi Mediator Perdamaian Korea Utara dan Korea Selatan

Indonesia memiliki modalitas secara bilateral, regional hingga global dalam mendorong dialog perdamaian antara dua Korea.

Bendera Korea Utara dan Korea Selatan berkibar berdampingan – AFP

Liputan6.com, Jakarta – Ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Aksi saling kirim balon sampah hingga drone propaganda hanyalah segelintir kasus yang memperkeruh ketegangan antara dua Korea.

Panasnya hubungan itu mendorong pentingnya peran pihak ketiga untuk mendorong perdamaian antara kedua pihak, termasuk Indonesia yang dinilai potensial untuk menjadi mediator.

Indonesia, negara yang menjalin hubungan diplomatik dengan Pyongyang dan Seoul, memiliki kapasitas untuk mendorong dialog antara keduanya.

“Karena ini adalah kawasan yang penting, Indonesia selalu memantau dengan saksama eskalasi terkini di Semenanjung Korea dan menyerukan agar semua pihak menahan diri,” tutur Mantan Koordinator Bilateral Desk Indonesia-Korea di Kementerian Luar Negeri Ukky Puji Basuki dalam sesi workshop bersama jurnalis peserta Indonesia-Korea Journalist Network yang diselenggarakan oleh FPCI dan Korea Foundation (KF) di Jakarta, Jumat (8/11/2024).

“Dalam berbagai forum multilateral, termasuk ASEAN atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Indonesia selalu menekankan perlunya semua pihak untuk tidak meningkatkan ketegangan tetapi mengejar denuklirisasi, serta menekankan juga pentingnya prinsip non-intervensi.”

Ukky melanjutkan, peringatan 70 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun depan, dapat menjadi momen yang tepat bagi Indonesia untuk melakukan dialog dengan Korea Utara.

“Karena Indonesia dan Korea Utara sama-sama anggota gerakan non-blok, kita memiliki semangat yang sama untuk mendekolonisasi dan berusaha membangun ketahanan untuk menjadi negara yang merdeka dan makmur,” lanjut dia.

Jakarta, sebut Ukky, juga memiliki potensi sebagai lokasi dilakukannya dialog dengan Korea Utara.

“Jakarta juga merupakan tempat yang netral. Jika semuanya berjalan dengan baik dan dialog dapat diaktifkan kembali antara Korea Utara dan dunia, mungkin Jakarta juga dapat dipilih sebagai salah satu tempat untuk membantu dialog tersebut,” jelasnya.

Indonesia juga dapat memainkan perannya lewat ASEAN, organisasi kawasan Asia Tenggara yang memiliki pandangan yang sama soal pentingnya perdamaian di Asia Timur.

“Itulah sebabnya ASEAN mendorong pembangunan perdamaian, dan ini merupakan salah satu jalan bagi Indonesia untuk memainkan peran diplomatiknya,” papar Ukky.

Sebelumnya, Indonesia mulai melakukan advokasi pendekatan lewat ASEAN Regional Forum (ARF), di mana Korea adalah salah satu anggotanya. Dalam kepemimpinan Indonesia di ASEAN pada tahun 2023, ARF dihadiri oleh utusan Korea Utara.

“Melihat keterlibatan sebelumnya, disarankan bahwa ARF masih memiliki modalitas untuk digunakan sebagai platform untuk pembangunan perdamaian, terutama dalam membahas arsitektur keamanan regional yang dapat diterima secara umum atau dibahas secara umum oleh semua pihak terkait,” tutur Ukky.

Indonesia juga dapat bekerja sama dengan ASEAN untuk kembali mengajak Korea Utara terlibat dalam dialog perdamaian.

“Kerja sama multilateral ini penting untuk memperkuat upaya perdamaian berkelanjutan di Semenanjung Korea,” tambah dia.

Pentingnya Peran Indonesia dan ASEAN

Hal senada turut diungkapkan oleh Dekan dan Profesor di Sekolah Pascasarjana Studi Internasional Universitas Nasional Seoul, Seong-ho Sheen.

Ia menuturkan bahwa Indonesia memiliki modalitas yang baik untuk menjadi mediator, dan kawasan Asia Tenggara juga memiliki peran penting bagi perdamaian kedua Korea.

“Indonesia telah menjalin hubungan diplomatik yang erat dengan Korea Utara, ini menjadi aset yang sangat penting yang dimiliki Indonesia dalam hal Semenanjung Korea,” kata Sheen.

“Kedua, pertemuan mantan presiden AS Donald Trump dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dalam beberapa tahun terakhir dilakukan di Asia Tenggara, satu di Singapura dan kedua di Vietnam. Ini memembuktikan bahwa Asia Tenggara dapat menjadi sangat penting, atau ASEAN dalam hal ini,” lanjutnya.

“Jadi, menurut saya, jika menyangkut isu Semenanjung Korea atau sudut pandang Korea Utara, ada potensi bagi Indonesia atau ASEAN untuk memainkan peran penting,” tegas dia.

Mengapa Stabilitas Semenanjung Korea Penting?

Stabilitas di Semenanjung Korea penting bagi dunia, termasuk Indonesia, karena kawasan Asia Timur saat ini merupakan salah satu pusat kekuatan ekonomi global dan stabilitasnya sangat penting bagi perdagangan dan pembangunan.

Hal tersebut berkaitan dengan pembangunan ekonomi Indonesia.

“Semua pelaku utama di kawasan Asia Timur merupakan mitra dagang dan investasi penting atau menampung sejumlah besar migran Indonesia. Misalnya, di Hong Kong atau bahkan Taiwan dan Korea Selatan, kami memiliki sejumlah besar pekerja migran,” jelas Ukky.

“Itulah sebabnya ketidakstabilan jelas akan mengurangi kemampuan Indonesia untuk mencapai tujuan pembangunan.”

Menurut Ukky, Indonesia dapat mengerahkan upaya bilateral, regional, multilateral hingga global dalam mendorong terciptanya stabilitas di kawasan Asia Timur dan Semenanjung Korea, yang tidak hanya menguntungkan dua Korea namun dunia secara keseluruhan.

Sumber: https://www.liputan6.com/global/read/5780532/menakar-potensi-indonesia-jadi-mediator-perdamaian-korea-utara-dan-korea-selatan?page=4

123456
Page 1 of 6

Youtube
Twitter
Facebook
Instagram
Copyright 2021 - www.indonesia-koreajournalist.net