• Home
  • Services
  • Pages
    • About 1
    • About 2
    • About 3
    • About 4
    • Our Team
    • Contact 1
    • Contact 2
    • Service 1
    • Service 2
    • Service 3
  • Portfolio
    • Column One
      • Portfolio Classic
      • Portfolio Grid
      • Portfolio Grid Overlay
      • Portfolio 3D Overlay
      • Portfolio Contain
    • Column Two
      • Portfolio Masonry
      • Portfolio Masonry Grid
      • Portfolio Coverflow
      • Portfolio Timeline Horizon
      • Portfolio Timeline Vertical
    • Column Four
      • Single Portfolio 1
      • Single Portfolio 2
      • Single Portfolio 3
      • Single Portfolio 4
      • Single Portfolio 5
    • Column Three
      • Video Grid
      • Gallery Grid
      • Gallery Masonry
      • Gallery Justified
      • Gallery Fullscreen
  • Blog
    • Blog Grid No Space
    • Blog Grid
    • Blog Masonry
    • Blog Metro No Space
    • Blog Metro
    • Blog Classic
    • Blog List
    • Blog List Circle
  • Slider
    • Column One
      • Vertical Parallax Slider
      • Animated Frame Slider
      • 3D Room Slider
      • Velo Slider
      • Popout Slider
      • Mouse Driven Carousel
    • Column Two
      • Clip Path Slider
      • Split Slick Slider
      • Fullscreen Transition Slider
      • Flip Slider
      • Horizon Slider
      • Synchronized Carousel
    • Column Three
      • Multi Layouts Slider
      • Split Carousel Slider
      • Property Clip Slider
      • Slice Slider
      • Parallax Slider
      • Zoom Slider
    • Column Four
      • Animated Slider
      • Motion Reveal Slider
      • Fade up Slider
      • Image Carousel Slider
      • Glitch Slideshow
      • Slider with other contents
  • Shop

May 10, 2025

Journalist Network 2024
Kompleks Pemerintah Ibu Kota Baru Korsel Punya Taman Rooftop Terluas di Dunia
Rooftop Garden Sejong City. Foto: Dok. gbmo.go.kr

Dalam proses pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Indonesia perlu belajar dari keberhasilan negara lain, termasuk Korea Selatan.

Sejong yang dibangun sebagai pusat pemerintahan baru Korea Selatan memiliki salah satu daya tarik utama yang unik—kompleks taman rooftop terluas di dunia, yang menghubungkan 15 gedung kementerian. Konsep ini diakui oleh Guinness World Records dan berhasil menarik perhatian banyak pihak.

Menurut Eks Koordinator Fungsi Ekonomi Kreatif dan Digital KBRI Seoul, Joannes Ekaprasetya Tandjung, konsep inovatif seperti ini dapat menjadi inspirasi bagi pembangunan IKN Nusantara.

Joannes menggarisbawahi pentingnya membuat IKN lebih dari sekadar pusat pemerintahan yang formal, tapi juga sebagai kota dengan daya tarik tambahan bagi penduduk dan pengunjung.

“Saya bisa bilang kalau Sejong itu punya daya tarik, bagaimana mereka mengkoneksikan gedung-gedung kementerian melalui taman rooftop yang luas,” ungkapnya dalam diskusi ‘ASEAN-Korea: Menavigasi Masa Depan Hubungan di Bawah Kemitraan Strategis Komprehensif’ yang diselenggarakan Korea Foundation bersama FPCI di The Westin Jakarta Selatan, Selasa (10/9).

Koordinator ASEAN bidang Intra dan Ekstra Regional di Pusat Kebijakan Strategis Asia Pasifik dan Afrika Kemlu RI, Joannes Ekaprasetya Tandjung, dalam Diskusi Hubungan ASEAN-Korea di The Westin, Jakarta Selatan, Selasa (10/9/2024). Foto: Tiara Hasna/kumparan

Sejong berhasil mengintegrasikan gedung-gedung kementerian dengan rooftop yang tidak hanya berfungsi sebagai penghubung antar-gedung, tetapi juga dilengkapi dengan taman dan panel surya.

Atap ini memungkinkan mobilitas yang mudah antara gedung tanpa harus turun ke lobi masing-masing gedung, menciptakan efisiensi dan kenyamanan bagi pegawai dan warga yang ingin berkunjung.

Rooftop Garden Sejong City. Foto: Dok. gbmo.go.kr

Dikutip dari situs resmi pemerintah Korea Selatan, taman atap Kompleks Pemerintah Sejong merupakan taman atap terbesar di dunia dengan total panjang sekitar 3,6 km dan luas 79 ribu meter persegi, setara dengan luas 11 lapangan sepak bola jika digabungkan.

Selain itu, inovasi ini tidak hanya bermanfaat bagi estetika atau daya tarik semata, tetapi juga untuk keberlanjutan lingkungan. Atap gedung di Sejong dilengkapi dengan panel surya yang memberikan kontribusi pada penggunaan energi terbarukan.

Taman ini diisi 187 spesies tanaman berbeda dan total 1,08 juta tanaman. Terdapat taman herba, taman obat, pohon buah dan beri, serta terowongan tanaman merambat. Spesies pohon musiman menampilkan pemandangan yang berbeda sepanjang keempat musim.

Rooftop Garden Sejong City. Foto: Dok. gbmo.go.kr

Atraksi lainnya di kompleks pemerintahan itu adalah observatorium yang menghadap ke Taman Danau Sejong dan Arsip Kepresidenan, hingga bendera Korea raksasa yang terbuat dari kembang sepatu mugunghwa.

Inovasi taman atap ini pun dapat menghemat biaya energi pendinginan dan pemanasan tahunan sebesar 1,4 miliar won.

Joannes bercerita, banyak koleganya yang bekerja di Sejong kerap pulang ke Seoul atau Busan pada akhir pekan karena keluarga mereka tinggal di sana. Jarak dari Sejong ke Seoul hanya tiga jam menggunakan kereta.

Menurutnya, hal ini perlu menjadi pertimbangan pemerintah Indonesia dalam merancang IKN, di mana fasilitas dan daya tarik kota perlu lebih diperkuat untuk mendorong penduduk betah tinggal di sana secara permanen.

Sumber: https://kumparan.com/kumparannews/kompleks-pemerintah-ibu-kota-baru-korsel-punya-taman-rooftop-terluas-di-dunia-23UvltS3isZ/full

Journalist Network 2024
Ini Alasan Mengapa Banyak Warga Hingga Idol K-pop Datang ke RI

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia

Foto: BTS Pop Up Store di Metro Gancit. (CNBC Indonesia/Rindi Salsabila)

Jakarta, CNBC Indonesia – Dalam beberapa tahun terakhir, banyak warga Korea Selatan (Korsel) yang berkunjung ke negara-negara ASEAN, termasuk RI. Tidak hanya warga biasa, idol K-pop hingga aktor-aktris Negeri Ginseng pun sering datang ke Indonesia, baik untuk bekerja atau hanya sekadar berlibur.

Duta Besar Misi Republik Korea untuk ASEAN, Lee Jang Keun, mengatakan alasan sederhana mengapa banyak warga Korsel yang berkunjung ke Indonesia dan negara ASEAN lain lantaran adanya kedekatan geografis dan budaya.

“Saya pikir jawaban yang sangat sederhana adalah kedekatan. Kedekatan geografis antara Korea dan ASEAN, dan juga kedekatan dalam budaya juga,” kata Lee dalam diskusi ‘ASEAN-Korea: Menavigasi Masa Depan Hubungan di Bawah Kemitraan Strategis Komprehensif’ yang digelar oleh Korea Foundation di Jakarta Selatan, Selasa (10/9/2024).

Lee bercerita bahwa dirinya telah berada di Eropa, Amerika Serikat, dan beberapa negara lain. Namun ia menyadari bahwa Korsel memiliki kedekatan tersendiri dengan Asia Tenggara.

“Saya menyadari bahwa Korea Selatan dan Asia Tenggara benar-benar dekat, banyak penerbangan langsung dari Seoul ke negara-negara Asia Tenggara,” jelasnya. “Kami juga berbagi banyak aspek budaya.”

Lee juga menyebut dirinya menemukan ada banyak tujuan wisata yang baik dan indah di sebagian besar negara ASEAN, termasuk di Indonesia.

“Indonesia adalah negara yang benar-benar indah. Begitu banyak atraksi dan lokasi sangat alami,” tambahnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023, pelancong asal Korea Selatan yang datang ke Indonesia ada sekitar 347.185 orang.

Sementara itu, menurut data Korea Tourism Organization (KTO), Indonesia telah menyumbang sekitar 250 ribu wisatawan ke Korea Selatan pada tahun 2023. Jumlah tersebut hampir lima kali lebih banyak dari tahun sebelumnya yang hanya sekitar 57 ribu wisatawan.

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20240912162000-33-571427/ini-alasan-mengapa-banyak-warga-hingga-idol-k-pop-datang-ke-ri

Journalist Network 2024
Korsel Buka-bukaan soal Hubungan Militer Korut-Rusia, Bikin Ngeri

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia

Foto: (via REUTERS/RUSSIAN DEFENCE MINISTRY)

Jakarta, CNBC Indonesia – Hubungan Korea Utara (Korut) dan Rusia disebut semakin kuat. Duta Besar Misi Republik Korea untuk ASEAN, Lee Jang Keun, mengatakan hal ini membuat was-was Korea Selatan (Korsel).

“Soal Korea Utara dan Rusia, kami sangat khawatir dengan invasi Rusia terhadap perdagangan (dengan Korut),” kata Lee dalam diskusi ‘ASEAN-Korea: Menavigasi Masa Depan Hubungan di Bawah Kemitraan Strategis Komprehensif’ yang digelar oleh Korea Foundation di Jakarta Selatan, Selasa (10/9/2024).

Menurut Lee, hubungan Pyongyang dan Moskow bertentangan dengan prinsip-prinsip internasional. Ia menyebut Rusia telah menghasut dan mendukung apapun yang dilakukan Korut.

Melihat ke belakang, Lee menyebut dalam Perang Korea pada tahun 1950, Korut tidak melakukannya sendirian. Pyongyang mendapat dukungan negara-negara komunis lainnya, yang saat itu masih bernama Uni Soviet.

“Jadi sekarang, setelah 75 tahun, pemimpin Korea Utara (Kim Jong Un) secara terbuka berkolaborasi dengan pemimpin otoriter Rusia Vladimir Putin. Mereka melakukan kolaborasi militer secara terbuka,” paparnya.

Padahal, kata Lee, kerja sama militer dengan Korea Utara telah dilarang oleh resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

“Jadi kami sangat khawatir Rusia agak menguatkan kesetiaan Korea Utara. Keduanya telah terbuka berkolaborasi setelah kedua pemimpin bertemu di Vladivostok,” aku Lee.

“Pemimpin Korea Utara dan retorika perdamaian serta perilaku mereka menjadi jauh lebih agresif setelah pertemuan tersebut,” tambahnya.

Sebagai informasi, Kim dan Putin pertama kali bertemu di Vladivostok, Rusia pada April 2019. Pertemuan perdana keduanya digelar secara empat mata dan dilaporkan membahas banyak hal, salah satunya penanganan di Semenjung Korea hingga hubungan bilateral dan oenguatan ekonomi antara kedua negara.

Beberapa tahun kemudian, giliran Putin yang menyambangi Kim di Pyongyang pada 18 Juni 2024. Ini merupakan kunjungan pertama Putin di Korut dalam 24 tahun terakhir.

Dalam pertemuan tersebut, keduanya menyepakati untuk mengembangkan hubungan Korut-Rusia, yang telah menjadi sebuah benteng strategis untuk menjaga keadilan, perdamaian, serta keamanan internasional dan mesin untuk mempercepat pembangunan dunia multi-kutub baru.

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20240911182407-4-571129/korsel-buka-bukaan-soal-hubungan-militer-korut-rusia-bikin-ngeri

Journalist Network 2024
RI Disebut Bisa Jadi “Juru Selamat” Korsel vs Korut

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia.

Foto: Tentara Korea Selatan mengikuti latihan militer di Paju, dekat perbatasan dengan Korea Utara, Rabu, 6 Maret 2024. (AP/Ahn Young-joon)

Jakarta, CNBC Indonesia – Negara-negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia, disebut dapat menjadi jembatan yang dapat menghentikan konflik antara Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut).
Negara-negara ASEAN sendiri terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, Kamboja, dan Timor Leste yang baru bergabung pada 2022.

Duta Besar Misi Republik Korea untuk ASEAN, Lee Jang Keun mengatakan ASEAN memiliki peluang dan peran dalam denuklirisasi Pyongyang dan situasi di negara yang tertutup tersebut.

“Saya pikir ASEAN mungkin satu-satunya kawasan dan satu-satunya kelompok negara yang dapat memberikan dampak yang berarti pada Korea Utara,” kata Lee dalam diskusi ‘ASEAN-Korea: Menavigasi Masa Depan Hubungan di Bawah Kemitraan Strategis Komprehensif’ yang digelar oleh Foreign Policy of Community Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation (KF) di Jakarta Selatan dikutip Rabu (11/9/2024).

Menurut Lee, negara-negara anggota ASEAN, kecuali Malaysia, telah memiliki hubungan diplomatik dengan Korut. Selain itu, Korut juga memiliki kedutaan besar di banyak negara ASEAN.

“Jadi itu berarti negara-negara ASEAN dapat memainkan peran penting dalam menjembatani, memediasi,” ungkap Lee.

“Saya tetap percaya bahwa (ini akan berhasil jika negara-negara ASEAN) terus-menerus mengirim pesan kepada mereka (Korut) untuk berhenti (menggunakan nuklir) dan kembali ke dialog,” tambahnya.

Lee sendiri menyebut pemerintahan Kim Jong Un seharusnya mengurus rakyatnya terlebih dahulu, bukan malah rezimnya.

“Saya merasa sangat kasihan ketika memikirkan warga Korea Utara. Mereka tidak memiliki kebebasan seperti Anda (warga negara-negara ASEAN),” pungkasnya.

Belum lama ini Presiden Korut Kim Jong Un mengatakan negaranya tengah membangun kekuatan untuk menambah senjata nuklirnya. Hal ini dilakukannya untuk menjamin keamanan negaranya.

Rencana memperbanyak senjata nuklir juga terjadi lantaran Korut sedang menghadapi ancaman serius dari blok Barat pengguna nuklir yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS).

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20240911171542-4-571097/ri-disebut-bisa-jadi-juru-selamat-korsel-vs-korut

Journalist Network 2024
Belajar dari Korea, Indonesian-Wave perlu andalkan ekonomi kreatif
Koordinator Urusan ASEAN, Intra dan Ekstra Regional, Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri RI, Joannes Ekaprasetya Tandjung (kiri) dan Duta Besar Republik Korea untuk ASEAN Lee Jang-keun (kanan) dalam lokakarya “Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea” yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia bersama Korea Foundation di Jakarta, Selasa (10/09/2024). (ANTARA/Suwanti)

Jakarta (ANTARA) – Indonesia, dengan budaya dan tradisi yang melimpah, perlu mengandalkan ekonomi kreatif sebagai modal diplomasi lunak lewat Indonesian-Wave (I-Wave), sebagaimana Korea Selatan melakukannya melalui Korean-Wave (K-Wave/Hallyu).

Hal itu ditekankan oleh Joannes Ekaprasetya Tandjung, Koordinator Urusan ASEAN, Intra dan Ekstra Regional, Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta, Selasa.

“Untuk mencapai 2045 (satu abad usia RI), akankah kita masih bergantung pada batu bara dan bahan bakar fosil (dalam perdagangan)? Atau akan kah kita memperdalam hubungan dengan negara lain atas dasar pendidikan, kebudayaan, dan kreativitas?” kata dia.

Joannes, yang sempat menjabat Koordinator Fungsi Ekonomi Kreatif dan Digital di KBRI Seoul, optimistis bahwa Gelombang Indonesia juga mampu menjadi sebesar K-Wave.

“Asal dilakukan dengan strategi yang tepat, orang-orang dan pejabat pemerintahan yang tepat. Karena saya perlu mengakui, kita tidak akan bisa bekerja di sektor kreatif dan digital jika tidak mempunyai passion,” kata Joannes.

Mengutip laman resmi promosi kebudayaan Korea, istilah K-Wave muncul sejak akhir 1990-an, ketika siaran drama televisi Korea “What Is Love” menjadi sangat populer di tengah masyarakat China.

Awal 2000-an, gelombang drama Korea melanda negara Asia Timur lainnya, Jepang. Hingga hari ini, hampir tiga dekade berikutnya, gelombang tersebut terus menjangkau berbagai belahan di dunia, tidak terkecuali Indonesia.

Menurut Joannes, dalam lokakarya “Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea” yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia bersama Korea Foundation tersebut, karena hal itulah Indonesia harus bekerja sama dengan Korea, yang sukses menyebarkan karya kreatifnya ke dunia luar, bukan hanya drama televisi, namun juga musik, budaya, dan kuliner.

Salah satu jalan kolaborasi yang ditempuh adalah melalui pendidikan, yakni antar-universitas. Hal itu demi mencontoh praktik terbaik bahwa pekerja seni di Korea biasanya melalui proses pendidikan tinggi formal.

“Ada sejumlah universitas, atau lembaga pendidikan tinggi setara, yang fokus melahirkan pekerja seni yang matang, … salah satunya Seoul Institute of the Arts, yang terletak di Ansan. … MoU sekarang sudah ditandatangani antara Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dengan Seoul Institute of the Arts (SIA),” ungkap Joannes.

Sumber: https://www.antaranews.com/berita/4323735/belajar-dari-korea-indonesian-wave-perlu-andalkan-ekonomi-kreatif?utm_source=antaranews&utm_medium=mobile&utm_campaign=latest_category

https://www.antaranews.com/berita/4323735/belajar-dari-korea-indonesian-wave-perlu-andalkan-ekonomi-kreatif?utm_source=antaranews&utm_medium=mobile&utm_campaign=latest_category
Journalist Network 2024
Middle Power ASEAN Sebagai Dorongan Denuklirisasi Korea Utara

Peran ASEAN dibutuhkan demi stabilitas regional

Duta Besar Korea Selatan untuk ASEAN, Lee Jang Keun, dalam Workshop Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2024 yang diinisiasi Korea Foundation bersama Foreign Policy Community Indonesia. (Dok FPCI)

Jakarta, IDN Times – ASEAN menjadi mitra dan aliansi Korea Selatan yang paling penting dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah urusan keamanan regional, karena masih belum stabil hingga sekarang.

Situasi di Semenanjung Korea sampai saat ini masih cukup tegang. Pernyataan Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, yang ingin memaksimalkan kekuatan dan meningkatkan produksi senjata nuklir ketika hari kenegaraan, 9 September 2024 lalu, dianggap oleh Duta Besar Korea Selatan untuk ASEAN, Lee Jang Keun, telah memunculkan ketegangan tersendiri.

ASEAN, disebutkan Lee, sudah patutnya bertindak. Sebab, jarak antara ASEAN dengan Korea Utara begitu dekat dan bukan tak mungkin stabilitas keamanan regionalnya terancam dengan pernyataan Kim Jong Un.

1. Putin sempat serukan dukungan ke Korut

Duta Besar Korea Selatan untuk ASEAN, Lee Jang Keun, dalam Workshop Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2024 yang diinisiasi Korea Foundation bersama Foreign Policy Community Indonesia. (Dok FPCI))

Tak cuma soal nuklir, tapi hubungan antara Korea Utara dengan Rusia, menurut Lee, juga jadi salah satu yang harus disorot. Keduanya dianggap menjadi mitra paling dekat untuk saat ini. Apalagi, dalam peringatan 76 tahun berdirinya Korea Utara, Presiden Rusia, Vladimir Putin, sempat menyatakan dukungannya sebagai mitra paling dekat.

“Hubungan Korea Utara dan Rusia membuat kami khawatir. Terlebih, ada rekam jejak invasi Rusia ke Ukraina. Ada protes dari negara lain saat itu. Senjata nuklir dalam skala masif dan terang-terangan belum pernah digunakan, bahkan pada masa Perang Dingin. Namun, ini membuat kita khawatir. Semua bertentangan dengan nilai-nilai tertentu,” ujar Lee dalam dalam Workshop Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2024 yang diinisiasi Korea Foundation bersama Foreign Policy Community Indonesia, Selasa (10/9/2024).

2. ASEAN bisa bersikap

Duta Besar Korea Selatan untuk ASEAN, Lee Jang Keun, dalam Workshop Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2024 yang diinisiasi Korea Foundation bersama Foreign Policy Community Indonesia. (Dok FPCI)

Secara garis besar, pernyataan dari Kim Jong Un tak sejalan dengan tiga nilai utama dari Korea-ASEAN Solidarity Initiative (KASI), yakni Kebebasan, Kedamaian, dan Kesejahteraan. Secara khusus, salah satu inti dari KASI adalah memperluas kooperasi kerja sama keamanan regional secara komprehensif.

“ASEAN bisa bersikap, diam atau menggunakan suaranya. Kami berharap ASEAN bisa memberikan pesan kepada Korea Utara,” kata Lee.

3. Berharap ASEAN bisa menggunakan kekuatannya

Duta Besar Korea Selatan untuk ASEAN, Lee Jang Keun, dalam Workshop Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2024 yang diinisiasi Korea Foundation bersama Foreign Policy Community Indonesia. (Dok FPCI)

ASEAN, termasuk Indonesia, dijelaskan Lee, pada dasarnya merupakan kawasan dengan kekuatan menengah atau Middle Power. Status inilah yang menguntungkan ASEAN untuk bisa mengajak dan menyerukan jalan dialog dalam menciptakan stabilitas di kawasan.

“ASEAN sudah berbeda dan kami berharap bisa menyampaikan pesan ke Korea Utara agar tak melakukannya. Terus menyampaikan pesan agar dialog, menjadi poin utama dalam menciptakan stabilitas,” ujar Lee.

Sumber: https://www.idntimes.com/news/world/satria-permana-2/middle-power-asean-sebagai-dorongan-denuklirisasi-korea-utara?page=all

123456
Page 6 of 6

Youtube
Twitter
Facebook
Instagram
Copyright 2021 - www.indonesia-koreajournalist.net