• Home
  • Services
  • Pages
    • About 1
    • About 2
    • About 3
    • About 4
    • Our Team
    • Contact 1
    • Contact 2
    • Service 1
    • Service 2
    • Service 3
  • Portfolio
    • Column One
      • Portfolio Classic
      • Portfolio Grid
      • Portfolio Grid Overlay
      • Portfolio 3D Overlay
      • Portfolio Contain
    • Column Two
      • Portfolio Masonry
      • Portfolio Masonry Grid
      • Portfolio Coverflow
      • Portfolio Timeline Horizon
      • Portfolio Timeline Vertical
    • Column Four
      • Single Portfolio 1
      • Single Portfolio 2
      • Single Portfolio 3
      • Single Portfolio 4
      • Single Portfolio 5
    • Column Three
      • Video Grid
      • Gallery Grid
      • Gallery Masonry
      • Gallery Justified
      • Gallery Fullscreen
  • Blog
    • Blog Grid No Space
    • Blog Grid
    • Blog Masonry
    • Blog Metro No Space
    • Blog Metro
    • Blog Classic
    • Blog List
    • Blog List Circle
  • Slider
    • Column One
      • Vertical Parallax Slider
      • Animated Frame Slider
      • 3D Room Slider
      • Velo Slider
      • Popout Slider
      • Mouse Driven Carousel
    • Column Two
      • Clip Path Slider
      • Split Slick Slider
      • Fullscreen Transition Slider
      • Flip Slider
      • Horizon Slider
      • Synchronized Carousel
    • Column Three
      • Multi Layouts Slider
      • Split Carousel Slider
      • Property Clip Slider
      • Slice Slider
      • Parallax Slider
      • Zoom Slider
    • Column Four
      • Animated Slider
      • Motion Reveal Slider
      • Fade up Slider
      • Image Carousel Slider
      • Glitch Slideshow
      • Slider with other contents
  • Shop

July 5, 2025

2024  ·  Journalist Network 2024
Peneliti Korsel: RI Perlu Konsistensi Kebijakan untuk Tarik Investasi Asing

Profesor Ko Young-kyung dari Universitas Yonsei, Korea Selatan, dalam lokakarya jurnalis yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation, di Jakarta, Senin (9/12/2024). Foto: Tiara Hasna/kumparan

Indonesia memiliki potensi besar untuk menarik investasi asing, terutama dari Korea Selatan. Namun, kurangnya konsistensi kebijakan menjadi salah satu tantangan yang perlu diperbaiki.

Hal ini disampaikan Young Kyung Ko, Profesor dari Universitas Yonsei, dalam diskusi Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2024, lokakarya yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation di Hotel Le Meridien, Jakarta Pusat, Senin (9/12).

“Memastikan konsistensi kebijakan dan memberikan komunikasi yang jelas saat terjadi perubahan adalah kunci untuk membangun kepercayaan investor,” ujar Young.

Menurutnya, ketidakpastian kebijakan seringkali menjadi hambatan bagi pelaku bisnis Korea Selatan yang ingin berinvestasi di Indonesia.

Sebagai negara dengan sumber daya alam melimpah dan pasar domestik yang besar, Indonesia memiliki daya tarik tersendiri bagi investor asing.

Namun, Young menyebutkan bahwa daya tarik itu belum cukup kuat tanpa perbaikan dalam aspek lain, seperti iklim investasi dan infrastruktur.

“Vietnam telah menjadi pesaing utama Indonesia di Asia Tenggara, khususnya dalam menarik investasi Korea Selatan. Indonesia perlu menunjukkan keunggulannya secara substansial, bukan hanya mengandalkan kedekatan diplomatik,” jelas Young.

Fokus pada Teknologi dan Hilirisasi
Di sisi lain, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal, Kementerian Investasi dan Hilirisasi, Nurul Ichwan, menyoroti bahwa riset dan pengembangan menjadi salah satu kelemahan utama Indonesia.

Kurangnya inovasi berdampak pada hilirisasi berbagai komoditas unggulan, seperti rumput laut.

“Indonesia adalah produsen rumput laut terbesar kedua di dunia, tapi kita hanya mampu menghasilkan produk karagenan level rendah karena tidak memiliki teknologi pasca-panen yang memadai,” kata Ichwan.

Ia menambahkan, Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto berkomitmen untuk meningkatkan riset dan pengembangan dengan melibatkan akademisi dan industri kecil.

“Ini adalah bagian dari visi jangka panjang untuk mendorong hilirisasi dan menarik lebih banyak investasi asing,” ujarnya.

Strategi Menarik Investor
Dalam kesempatan itu, Profesor Young memberikan tiga langkah utama yang dapat diambil Indonesia untuk menarik lebih banyak investor Korea Selatan.

Pertama, memastikan konsistensi kebijakan. Perubahan kebijakan yang mendadak harus dihindari, dengan komunikasi yang jelas kepada para investor.

Langka selanjutnya memberi insentif untuk teknologi. Menurut Young, Indonesia perlu fokus pada bidang teknologi yang menjadi kekuatan Korea Selatan, termasuk menyediakan akses pasar yang luas dan rantai pasokan yang stabil.

Terakhir, menonjolkan keunggulan kompetitif. Indonesia perlu memposisikan diri sebagai pusat strategis untuk pasar Asia dan global, membedakan diri dari negara-negara lain di ASEAN, terutama Vietnam.

Investasi Korea Selatan di Indonesia
Korea Selatan telah menjadi salah satu investor terbesar di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, untuk mempertahankan dan meningkatkan investasi tersebut, Indonesia perlu mengambil langkah konkret dalam memperbaiki iklim investasi dan memastikan stabilitas kebijakan.

“Keuntungan Indonesia ada pada sumber daya alam dan pasar domestik, namun untuk menarik investasi Korea Selatan diperlukan perbaikan iklim investasi dan infrastruktur yang lebih baik,” kata Young.

Sumber: https://kumparan.com/kumparannews/peneliti-korsel-ri-perlu-konsistensi-kebijakan-untuk-tarik-investasi-asing-24DDjIlii5c/full


2024  ·  Journalist Network 2024
RI Blak-blakan Investasi yang Dibutuhkan IKN dari Korsel

Foto: Penampakan gedung Bandara Nusantara di IKN beserta interiornya. (Dok. Hutama Karya)

Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah RI buka-bukaan terkait kebutuhan investasi asing di ibu kota negara (IKN) Nusantara, terutama dari Korea Selatan (Korsel). Hal ini disampaikan oleh Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nurul Ichwan.

Ichwan menuturkan, meski saat ini pembangunan IKN masih menggunakan uang negara tetapi IKN tetap membutuhkan penanaman modal asing (FDI) sebagai investor, yang menjadi sumber pendanaan serta infrastruktur untuk pembangunan calon ibu kota Indonesia tersebut.

“Soal investasi yang kami harapkan masuk ke Indonesia… mereka adalah investor,” kata Ichwan dalam diskusi bertajuk ‘Target Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 8%: Bagaimana Menarik Lebih Banyak FDI Korea?’ yang digelar oleh Foreign Policy of Community Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation (KF) di Jakarta Pusat, dikutip Senin (30/12/2024).

Ichwan bercerita memang tidak mudah mendapatkan investor dari luar negeri. Ia kemudian mengaku kebanyakan investor yang berminat malah berujung membuat pemerintah menjadi off-taker.

“Misalnya mereka bersedia dan menyebutkan bersedia untuk datang dan berinvestasi di IKN, membangun kompleks perumahan, apartemen atau juga fasilitas pemerintah di sana. Tetapi pada akhirnya mereka menyebutkan ingin membangun ini ketika sudah sangat jelas bahwa pemerintah akan menjadi off-taker,” jelas Ichwan.

“Logikanya, ketika investor ingin berinvestasi, maka pemerintah bukanlah pihak yang akan mengambil alih proyek mereka,” tambahnya.

Meski begitu, menurut Ichwan, RI masih membuka pintu untuk investasi asing. “Hal ini sangat umum terjadi di semua bisnis. Namun, ketika mereka (investor) bersedia datang, kemungkinan mereka akan diberikan beberapa insentif investasi,” ujarnya.

Saat ini Pemerintah RI telah membuat kebijakan bahwa infrastruktur dasar ibu kota baru harus didanai oleh anggaran pemerintah. Ichwan menyebut Presiden Prabowo Subianto sempat mengatakan Indonesia akan tetap berinvestasi di IKN dengan menggunakan anggaran negara.

Meski bukan dari Korsel, saat ini sudah ada investor asing yang masuk ke IKN, yakni Delonix Group. Perusahaan properti asal China ini menjadi investor asing pertama yang masuk ke IKN.

Kemudian masuk investor asal Rusia yakni Magnum Estate, yang mulai membangun proyek hunian mewah bernama Magnum Resort Nusantara.

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20241230184134-4-599652/ri-blak-blakan-investasi-yang-dibutuhkan-ikn-dari-korsel

2024  ·  Journalist Network 2024
Kementerian Investasi: Tarik investasi asing perkuat riset dan inovasi

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi Nurul Ichwan (kiri) dalam lokakarya bagi jurnalis yang diselenggarakan FPCI bersama Korea Foundation, di Jakarta, Senin (9/12/2024). ANTARA/Suwanti

Jakarta (ANTARA) – Satu di antara sejumlah tantangan dalam menarik modal asing masuk ke tanah air adalah kurangnya penelitian dan pengembangan, kata Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal, Kementerian Investasi dan Hilirisasi Nurul Ichwan.

Kelemahan Indonesia dalam aspek penelitian dan pengembangan itu terkait dengan kapasitas sumber daya manusia, yang kemudian berdampak pada kualitas dan kuantitas teknologi, khususnya yang diperlukan untuk hilirisasi, katanya pula.

“Tidak cukup dengan menyebut Indonesia berlimpah sumber daya alam, namun kita harus mempertanyakan juga soal kapasitas SDM untuk memprosesnya melalui hilirisasi,” kata Ichwan dalam lokakarya jurnalis yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation, di Jakarta, awal pekan ini.

Ia mencontohkan dengan komoditas rumput laut. Indonesia adalah produsen rumput laut terbesar kedua di dunia, bahkan menjadi penghasil utama untuk jenis rumput laut tropis.

Sayangnya, negara ini baru mampu menghasilkan produk karagenan (ekstrak rumput laut) level terendah, hanya karena kita tidak memiliki teknologi pasca panen untuk rumput laut ini.

https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?client=ca-pub-1761537410694296&output=html&h=280&slotname=3266999658&adk=35703674&adf=2533926414&pi=t.ma~as.3266999658&w=730&abgtt=6&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1751813812&rafmt=1&format=730×280&url=https%3A%2F%2Fwww.antaranews.com%2Fberita%2F4523311%2Fkementerian-investasi-tarik-investasi-asing-perkuat-riset-dan-inovasi%3Futm_source%3Dantaranews%26utm_medium%3Dmobile%26utm_campaign%3Dlatest_category&fwr=0&fwrattr=true&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&uach=WyJtYWNPUyIsIjE1LjUuMCIsImFybSIsIiIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiLG51bGwsMCxudWxsLCI2NCIsW1siTm90KUE7QnJhbmQiLCI4LjAuMC4wIl0sWyJDaHJvbWl1bSIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiXSxbIkdvb2dsZSBDaHJvbWUiLCIxMzguMC43MjA0LjkzIl1dLDBd&dt=1751813800497&bpp=28&bdt=787&idt=140&shv=r20250630&mjsv=m202507010101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3Db4289e98e0fd4b3b%3AT%3D1751813800%3ART%3D1751813800%3AS%3DALNI_MYkLKoy5cQyeOoJdVmD115S54xnyA&gpic=UID%3D00001154c4b63612%3AT%3D1751813800%3ART%3D1751813800%3AS%3DALNI_Ma5tPmPrVcIX5Y-fgu2OcDNykX_SA&eo_id_str=ID%3D69ba284114a307f0%3AT%3D1751813800%3ART%3D1751813800%3AS%3DAA-AfjZHiNcu63gBoKTJVLSCMDzO&prev_fmts=0x0%2C350x280%2C1440x720&nras=2&correlator=2737502266656&frm=20&pv=1&u_tz=420&u_his=1&u_h=900&u_w=1440&u_ah=807&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&dmc=8&adx=165&ady=1722&biw=1440&bih=720&scr_x=0&scr_y=0&eid=31084128%2C95353386%2C95362656%2C95363080%2C95365225%2C95365234%2C31093299%2C95365113%2C95359266%2C95365118%2C95365798%2C31092546&oid=2&pvsid=1083690510278763&tmod=1371789074&uas=0&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&fc=1920&brdim=0%2C25%2C0%2C25%2C1440%2C25%2C1440%2C807%2C1440%2C720&vis=1&rsz=o%7C%7CpeEbr%7C&abl=CS&pfx=0&fu=128&bc=31&bz=1&td=1&tdf=2&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=2&uci=a!2&btvi=1&fsb=1&dtd=11777

“Jika kita mempunyai teknologi dan kapasitas untuk memprosesnya, kita bisa memasok produk hilirisasi rumput laut yang berguna bagi industri farmasi dan kosmetik,” Ichwan menambahkan.

Karena itulah, Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, dengan target capaian pertumbuhan ekonomi 8 persen, akan memfokuskan peningkatan riset dan pengembangan. Caranya dengan memanfaatkan penelitian yang banyak dijalankan oleh akademisi di universitas.

Hasil riset tersebut kemudian perlu dikembangkan lagi serta disesuaikan dengan kebutuhan industri. Nantinya, industri kecil dapat memanfaatkan pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan untuk ikut serta dalam proses hilirisasi berbagai komoditas unggulan.

Upaya dengan visi jangka panjang tersebut diyakini dapat menggaet lebih banyak investasi asing langsung, misalnya dari Korea Selatan yang selalu tercatat dalam 10 besar negara dengan realisasi penanaman modal terbesar di Indonesia, 2019 sampai 2024.

Ko Young-kyung, profesor peneliti dari Universitas Yonsei, Korea Selatan, menambahkan soal tantangan eksternal bagi Indonesia, antara lain persaingan dengan Vietnam dalam menarik investasi Korea Selatan.

“Apa saja keuntungan dari berinvestasi di Indonesia dibandingkan dengan Vietnam? Ini bukan urusan kedekatan diplomatik, namun lebih pada hal substansial dalam bisnis,” kata dia pula.

Sumber: https://www.antaranews.com/berita/4523311/kementerian-investasi-tarik-investasi-asing-perkuat-riset-dan-inovasi?utm_source=antaranews&utm_medium=mobile&utm_campaign=latest_category

2024  ·  Journalist Network 2024
Korea Selatan Bidik Indonesia Jadi Mitra Strategis, Kenapa?

Berkunjung ke pabrik Hyundai di Cikarang (IDN Times/Fadhliansyah)

Jakarta, IDN Times – Indonesia menjadi salah satu target favorit buat Korea Selatan untuk berinvestasi. Ada berbagai alasan mengapa Indonesia bisa menjadi mitra strategis buat Korea Selatan, baik skala nasional maupun dari pihak swasta.

Nilai investasi Korea Selatan ke Indonesia memang terbilang cukup besar. Data dari Kementerian Perdagangan di situs resminya, hanya dalam empat hari penyelenggaraan Trade Expo Indonesia ke-39, 9 hingga 12 Oktober 2024 lalu, nilai kesepakatan bisnis Korea Selatan ke Indonesia telah mencapai 296,10 juta dolar Amerika Serikat atau setara Rp4,64 triliun.

Angka ini muncul dengan proporsi beragam, seperti makanan dan minuman, rempah-rempah, jasa kesehatan, pelet kayu, produk kimia, kosmetik original equipment manufacturer (OEM), makanan laut beku, kelapa sawit, batu bara, sabun, hingga investasi dengan bentuk lain di Indonesia.

“Indonesia menjadi strategis karena alasan bisnis substansial, bukan cuma diplomasi,” ujar Profesor Riset Yonsei University, Ko Young Kyung, dalam diskusi program Indonesia-Korea Journalist Network yang diselenggarakan Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation beberapa waktu lalu.

1. Sederet alasan yang tarik Korea Selatan
Bahan mentah, energi, serta infrastruktur, menjadi aset buat Indonesia dalam kerja sama dengan Korea Selatan. Dengan melimpahnya sumber daya Indonesia dan banyak yang tak dimiliki oleh Korea Selatan, tentu bisa jadi celah.

Selain itu, jumlah tenaga kerja di Indonesia juga besar dan kompetitif. Pasar yang terus bertumbuh juga bisa dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan kerja sama dari kedua negara.

“Korea Selatan punya keunggulan teknologi, sementara Indonesia sumber daya alam. Jadi, di sini akan menciptakan kolaborasi yang pas, saling menguntungkan,” kata Ko.

2. Awas, Vietnam saingannya
Meski begitu, menurut Ko, Indonesia memiliki kekurangan dalam urusan komunikasi. Hal inilah yang membuat Indonesia kurang cepat dalam menangkap peluang dari investasi asing. Alhasil, Indonesia masih kalah dari Vietnam dalam menggaet investor dari Korea Selatan.

“Informasi bisnis di Vietnam mudah diakses. Tapi, Indonesia belum terstruktur dengan baik informasi bisnisnya. Komunikasi harus jelas, diperbaiki. Dengan begitu akan lebih banyak pebisnis masuk ke Indonesia,” kata Ko.

3. Harus ada perbaikan
Selain itu, Vietnam yang lebih dekat dengan Korea Selatan juga menjadi faktor lain untuk diperhitungkan. Dengan fakta itu, rantai pasoknya akan lebih sederhana dan biaya menjadi kian murah. Apalagi, pemerintah Vietnam juga memberikan dukungannya.

“Tapi, Indonesia punya keunggulan sumber daya alam yang melimpah. Maka dari itu, harus ada perbaikan iklim investasi dan infrastruktur yang baik,” ujar Ko.

Sumber: https://www.idntimes.com/business/economy/korea-selatan-bidik-indonesia-jadi-mitra-strategis-kenapa-00-dtjm6-c5pb4w

2024  ·  Journalist Network 2024
RnD Bisa Jadi Alat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Analisa sentivitas ekonomi Indonesia yang dilakukan PIER Bank Permata. (IDN Times/Umi Kalsum)

Jakarta, IDN Times – Indonesia mengintip peluang dalam pengembangan riset dan pengembangan (RnD) dalam memenuhi target pertumbuhan ekonomi delapan persen. Sektor ini, diklaim menjadi salah satu unggulan dan bisa membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.

Belakangan, lewat ASEAN Investment Report 2024, sektor RnD mengalami pertumbuhan yang signifikan. Investasi di sektor ini, lewat laporan tersebut, tercatat mencapai 6.515 persen. Angka ini muncul dalam periode yang cukup singkat pula, selama setahun terhitung sejak 2022 hingga 2023.

Namun, sejauh ini konsentrasi investasi asing dalam RnD menyasar Singapura. Negara-negara lain di ASEAN belum secara merata bisa menerima manfaat tersebut, termasuk Indonesia.

1. Potensinya besar
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi & Hilirisasi (BKPM), Nurul Ichwan, menyatakan pemerintah akan memaksimalkan potensi RnD di Indonesia. Makanya, dia akan memberikan kebebasan buat kampus-kampus di Indonesia untuk melakukan sederet riset demi peningkatan kapasitas industri dan profesional.


“Peluang mempercepat paten bagi periset dibuka. Kami akan membantu memperkenalkan hasilnya ke industri, tak selalu ke korporasi besar, tapi juga UMKM,” ujar Ichwan dalam sesi diskusi Journalis on Network FPCI x Korea Foundation di Jakarta, beberapa waktu lalu.

2. Bisa digunakan UMKM
Nantinya, hasil riset yang dilakukan kampus-kampus di Indonesia tak hanya diberikan kepada industri besar. Diharapkan, pelaku usaha di level menengah, mikro, dan kecil, bisa memanfaatkannya demi perkembangan ekonomi Indonesia.

UMKM, menurut Ichwan, memang diperlukan untuk mendongkrak ekonomi dari bawah. Makanya, hasil riset dari kampus-kampus perlu disebarluaskan di level tersebut agar kapasitas produksi, pemasaran, inovasi, dan hal lainnya, bisa terbantu.

“Harapannya, mereka bisa bersaing di pasar nanti,” kata Ichwan.

3. Sudah banyak buktinya
Tantangan dari RnD sebenarnya adalah anggaran. Maka dari itu, pemerintah Indonesia harus bisa menarik investor asing demi mendongkrak dukungan dana demi area ini.

Pentingnya RnD sudah terbukti dari cara Amerika Serikat membangun industrinya. Pada 2016 silam, desain ekonomi dari Presiden Barack Obama yang tak populer, dengan basis digital, justru mampu membawa Amerika Serikat pada kejayaan ekonomi. ConnectAll Initiative, nama program tersebut, telah membuat akses internet dan teknologi di Amerika Serikat rata, karena pemerintah bekerja sama dengan pihak swasta.

Ini menghadirkan efek domino karena akses pendidikan, riset, dan lainnya, bisa berkembang. Hingga, efeknya mengarah pada akses ekonomi.

Situasi serupa juga dialami oleh Korea Selatan. Keberhasilan perusahaan Korea Selatan seperti Hyundai, Samsung, dan lainnya, dalam membangun bisnis tak lepas dari RnD.

Profesor Riset Yonsei University, Ko Young Kyung, menyatakan RnD tak cuma berbasis pada anggaran, namun keseriusan pemerintah. Makanya, Indonesia perlu lebih memerhatikan sektor RnD agar bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan memenuhi target kenaikan delapan persen.

“Anggaran nasional untuk RnD terus meningkat, tak terkecuali ketika Korea Selatan berada di krisis ekonomi. Divisi RnD menjadi hal wajib bagi setiap perusahaan besar di Korea Selatan. Mereka tahu bagaimana memanfaatkannya demi menciptakan inovasi dan menggali keuntungan,” ujar Ko.

Sumber: https://www.idntimes.com/business/economy/rnd-bisa-jadi-alat-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-00-dtjm6-wnm2vy

2024  ·  Journalist Network 2024
Siapkan Insentif dan Relaksasi, Pemerintah Harap Investasi Korsel Terus Naik

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nurul Ichwan saat menjadi narasumber workshop Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea yang digelar Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Senin (9/12/2024). (Foto: FPCI)

RM.id  Rakyat Merdeka – Indonesia tetap menjadi salah satu tujuan strategis bagi investasi global, termasuk dari Korea Selatan. Dalam dua tahun terakhir, nilai investasi Korea Selatan di Indonesia tercatat mencapai 4,9 miliar dolar AS, atau sekitar Rp77,8 triliun. Pemerintah berharap tren ini terus meningkat, dengan semakin banyak pengusaha Korea Selatan yang menanamkan modalnya di Indonesia.

https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?gdpr=0&client=ca-pub-4856760029410872&output=html&h=280&adk=3789469862&adf=1865967034&w=555&abgtt=9&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1751811859&num_ads=1&rafmt=1&armr=3&sem=mc&pwprc=1773395033&ad_type=text_image&format=555×280&url=https%3A%2F%2Frm.id%2Fbaca-berita%2Finternasional%2F247048%2Fsiapkan-insentif-dan-relaksasipemerintah-harap-investasi-korsel-terus-naik&fwr=0&pra=3&rh=139&rw=555&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&fa=27&uach=WyJtYWNPUyIsIjE1LjUuMCIsImFybSIsIiIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiLG51bGwsMCxudWxsLCI2NCIsW1siTm90KUE7QnJhbmQiLCI4LjAuMC4wIl0sWyJDaHJvbWl1bSIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiXSxbIkdvb2dsZSBDaHJvbWUiLCIxMzguMC43MjA0LjkzIl1dLDBd&dt=1751811859219&bpp=1&bdt=2172&idt=-M&shv=r20250630&mjsv=m202507010101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3Df0fe50366a065c03%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_MYofa9c3iP1Z_o2be65hmABJyz_Jg&gpic=UID%3D00001154c1c3c7b0%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_Mb4I2dP45LMC78JziIOn3CDDPcHjg&eo_id_str=ID%3D938878cbf73d0f13%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DAA-AfjazsMpA1no2zwHtazpX6ohY&prev_fmts=0x0%2C160x400%2C360x280%2C1140x280&nras=3&correlator=4417149749428&frm=20&pv=1&u_tz=420&u_his=1&u_h=900&u_w=1440&u_ah=807&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&dmc=8&adx=150&ady=1509&biw=1440&bih=720&scr_x=0&scr_y=146&eid=95353387%2C95362655%2C95365225%2C95365234%2C95365108%2C95359266%2C95365117%2C95365798%2C31092546&oid=2&pvsid=558301607718391&tmod=36601701&uas=0&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&fc=1408&brdim=0%2C25%2C0%2C25%2C1440%2C25%2C1440%2C807%2C1440%2C720&vis=1&rsz=%7C%7Cs%7C&abl=NS&fu=128&bc=31&bz=1&td=1&tdf=2&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=6&uci=a!6&btvi=3&fsb=1&dtd=206

Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nurul Ichwan saat menjadi narasumber workshop Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea yang digelar Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Senin (9/12/2024). Workshop tersebut bertajuk Indonesia 8% Economic Growth Target: How to Attract More Korean FDI?. Hadir juga sebagai narasumber Profesor Riset Yonsei University Korea Selatan Ko Young Kyung. 

Menurut Ichwan, data Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM mencatat lima negara dengan investasi terbesar di Indonesia. Posisi pertama ditempati Singapura dengan nilai investasi sebesar 14,35 miliar dolar AS (sekitar Rp228 triliun), disusul Hong Kong dengan 6,06 miliar dolar AS (Rp96,4 triliun), China sebesar 5,78 miliar dolar AS (Rp91,9 triliun), Amerika Serikat 2,82 miliar dolar AS (Rp44,8 triliun), dan Malaysia dengan 2,72 miliar dolar AS (Rp43,2 triliun).

https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?gdpr=0&client=ca-pub-4856760029410872&output=html&h=280&adk=3789469862&adf=3652440351&w=555&abgtt=9&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1751811859&num_ads=1&rafmt=1&armr=3&sem=mc&pwprc=1773395033&ad_type=text_image&format=555×280&url=https%3A%2F%2Frm.id%2Fbaca-berita%2Finternasional%2F247048%2Fsiapkan-insentif-dan-relaksasipemerintah-harap-investasi-korsel-terus-naik&fwr=0&pra=3&rh=139&rw=555&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&fa=27&uach=WyJtYWNPUyIsIjE1LjUuMCIsImFybSIsIiIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiLG51bGwsMCxudWxsLCI2NCIsW1siTm90KUE7QnJhbmQiLCI4LjAuMC4wIl0sWyJDaHJvbWl1bSIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiXSxbIkdvb2dsZSBDaHJvbWUiLCIxMzguMC43MjA0LjkzIl1dLDBd&dt=1751811859219&bpp=1&bdt=2171&idt=-M&shv=r20250630&mjsv=m202507010101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3Df0fe50366a065c03%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_MYofa9c3iP1Z_o2be65hmABJyz_Jg&gpic=UID%3D00001154c1c3c7b0%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_Mb4I2dP45LMC78JziIOn3CDDPcHjg&eo_id_str=ID%3D938878cbf73d0f13%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DAA-AfjazsMpA1no2zwHtazpX6ohY&prev_fmts=0x0%2C160x400%2C360x280%2C1140x280%2C555x280&nras=4&correlator=4417149749428&frm=20&pv=1&u_tz=420&u_his=1&u_h=900&u_w=1440&u_ah=807&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&dmc=8&adx=150&ady=2253&biw=1440&bih=720&scr_x=0&scr_y=146&eid=95353387%2C95362655%2C95365225%2C95365234%2C95365108%2C95359266%2C95365117%2C95365798%2C31092546&oid=2&pvsid=558301607718391&tmod=36601701&uas=0&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&fc=1408&brdim=0%2C25%2C0%2C25%2C1440%2C25%2C1440%2C807%2C1440%2C720&vis=1&rsz=%7C%7Cs%7C&abl=NS&fu=128&bc=31&bz=1&td=1&tdf=2&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=7&uci=a!7&btvi=4&fsb=1&dtd=207

Korea Selatan menempati posisi ketujuh sebagai negara asal investor terbesar bagi Indonesia pada 2023 dan 2024. Tahun lalu, investasi dari Korea Selatan mencapai 2,5 miliar dolar AS (sekitar Rp39,7 triliun). Sementara itu, sepanjang Januari hingga September 2024, nilai investasinya sudah mendekati 2,4 miliar dolar AS (sekitar Rp38,1 triliun).

Menurut Ichwan, peluang bagi investor Korea Selatan ada pada sembilan sektor prioritas Pemerintah saat ini. “Sembilan sektor itu adalah energi baru terbarukan, hilirisasi industri, ketahanan pangan, dan semikonduktor. Selain itu ekonomi digital dan pusat data, industri manufaktur berorientasi ekspor, kesehatan, serta pendidikan dan vokasi,” paparnya. 

https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?gdpr=0&client=ca-pub-4856760029410872&output=html&h=280&adk=3789469862&adf=3929168969&w=555&abgtt=9&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1751811859&num_ads=1&rafmt=1&armr=3&sem=mc&pwprc=1773395033&ad_type=text_image&format=555×280&url=https%3A%2F%2Frm.id%2Fbaca-berita%2Finternasional%2F247048%2Fsiapkan-insentif-dan-relaksasipemerintah-harap-investasi-korsel-terus-naik&fwr=0&pra=3&rh=139&rw=555&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&fa=27&uach=WyJtYWNPUyIsIjE1LjUuMCIsImFybSIsIiIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiLG51bGwsMCxudWxsLCI2NCIsW1siTm90KUE7QnJhbmQiLCI4LjAuMC4wIl0sWyJDaHJvbWl1bSIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiXSxbIkdvb2dsZSBDaHJvbWUiLCIxMzguMC43MjA0LjkzIl1dLDBd&dt=1751811859219&bpp=1&bdt=2172&idt=0&shv=r20250630&mjsv=m202507010101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3Df0fe50366a065c03%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_MYofa9c3iP1Z_o2be65hmABJyz_Jg&gpic=UID%3D00001154c1c3c7b0%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_Mb4I2dP45LMC78JziIOn3CDDPcHjg&eo_id_str=ID%3D938878cbf73d0f13%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DAA-AfjazsMpA1no2zwHtazpX6ohY&prev_fmts=0x0%2C160x400%2C360x280%2C1140x280%2C555x280%2C555x280&nras=5&correlator=4417149749428&frm=20&pv=1&u_tz=420&u_his=1&u_h=900&u_w=1440&u_ah=807&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&dmc=8&adx=150&ady=2889&biw=1440&bih=720&scr_x=0&scr_y=146&eid=95353387%2C95362655%2C95365225%2C95365234%2C95365108%2C95359266%2C95365117%2C95365798%2C31092546&oid=2&pvsid=558301607718391&tmod=36601701&uas=0&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&fc=1408&brdim=0%2C25%2C0%2C25%2C1440%2C25%2C1440%2C807%2C1440%2C720&vis=1&rsz=%7C%7Cs%7C&abl=NS&fu=128&bc=31&bz=1&td=1&tdf=2&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=8&uci=a!8&btvi=5&fsb=1&dtd=208

Ichwan menyebutkan, pemerintah melakukan sejumlah upaya untuk mengundang investasi langsung (FDI) dari sejumlah negara, termasuk Korsel. Misalnya membangun sumber daya manusia yang mumpuni dan penguasaan teknologi yang sesuai. Pelatihan vokasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan pun didorong. 

“Selain itu, riset dan pengembangan (R&D) harus lebih intensif serta melibatkan akademisi dan kampus untuk membuat penelitian yang lebih relevan dengan kebutuhan pelaku usaha,” jelasnya.

Untuk mendorong pelatihan vokasi dan R&D ini, Pemerintah memberikan insentif berupa pengurangan pajak atau tax deduction. Untuk perusahaan yang mengadakan pelatihan vokasi, misalnya, tersedia pengurangan pajak 200 persen dari biaya yang digunakan untuk pelatihan. Adapun perusahaan yang mengembangkan R&D-nya juga mendapatkan pengurangan pajak sampai 300 persen dari biaya R&D.

“Indonesia pun mendorong akselerasi R&D melalui dunia kampus dengan mempermudah penerbitan paten. Hasil riset akademisi pun diperkenalkan ke industri,” ujarnya. 

Dalam acara tersebut, Ichwan juga mengungkapkan soal ketidakkonsistenan kebijakan dan regulasi. Menurut dia, hal tersebut kerap terjadi di negara-negara berkembang. Sebab, kadang terjadi hal-hal baru dan belum ada aturannya.

Dia mencontohkan carbon capture storage, yang awalnya belum diatur di Indonesia. Ketika regulasi dibuat, ada pengaruh pada aturan perundang-undangan lain. Seperti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas. Hal itulah yang kadang dinilai sebagai ketidakpastian kebijakan. 

https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?gdpr=0&client=ca-pub-4856760029410872&output=html&h=280&adk=3789469862&adf=2433649420&w=555&abgtt=9&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1751811865&num_ads=1&rafmt=1&armr=3&sem=mc&pwprc=1773395033&ad_type=text_image&format=555×280&url=https%3A%2F%2Frm.id%2Fbaca-berita%2Finternasional%2F247048%2Fsiapkan-insentif-dan-relaksasipemerintah-harap-investasi-korsel-terus-naik&fwr=0&pra=3&rh=139&rw=555&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&fa=27&uach=WyJtYWNPUyIsIjE1LjUuMCIsImFybSIsIiIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiLG51bGwsMCxudWxsLCI2NCIsW1siTm90KUE7QnJhbmQiLCI4LjAuMC4wIl0sWyJDaHJvbWl1bSIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiXSxbIkdvb2dsZSBDaHJvbWUiLCIxMzguMC43MjA0LjkzIl1dLDBd&dt=1751811859224&bpp=1&bdt=2176&idt=0&shv=r20250630&mjsv=m202507010101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3Df0fe50366a065c03%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_MYofa9c3iP1Z_o2be65hmABJyz_Jg&gpic=UID%3D00001154c1c3c7b0%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_Mb4I2dP45LMC78JziIOn3CDDPcHjg&eo_id_str=ID%3D938878cbf73d0f13%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DAA-AfjazsMpA1no2zwHtazpX6ohY&prev_fmts=0x0%2C160x400%2C360x280%2C1140x280%2C555x280%2C555x280%2C555x280%2C980x120%2C555x280&nras=8&correlator=4417149749428&frm=20&pv=1&u_tz=420&u_his=1&u_h=900&u_w=1440&u_ah=807&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&dmc=8&adx=150&ady=3238&biw=1440&bih=720&scr_x=0&scr_y=378&eid=95353387%2C95362655%2C95365225%2C95365234%2C95365108%2C95359266%2C95365117%2C95365798%2C31092546&oid=2&psts=AOrYGsm3MjjM6UvNuOKM99kEjEYU4sBwdBNU1ce-gfyxGYL5LGKXYiuDbXHNL2P43hu7ldlL8N8U-woYNfPoLJfAiGDQNREBgM57u0lEpGQ1&pvsid=558301607718391&tmod=36601701&uas=1&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&fc=1408&brdim=0%2C25%2C0%2C25%2C1440%2C25%2C1440%2C807%2C1440%2C720&vis=1&rsz=%7C%7Cs%7C&abl=NS&fu=128&bc=31&bz=1&td=1&tdf=2&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=10&uci=a!a&btvi=8&fsb=1&dtd=6561

“Kami pasti akan terus memperbaiki regulasi. Misalnya aturan terkait artificial intelligence (AI). Termasuk kejahatan dalam penggunaannya,” terang Ichwan

Ichwan mengatakan, Pemerintah mengejar investasi asing untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi 8 persen. Untuk tahun 2024, target investasi ditetapkan Rp 1.650 triliun. Adapun realisasi investasi sepanjang Januari-September 2024 sudah Rp 1.264 triliun atau 76,45 persen dari target.

Sejauh ini, investasi terbesar ada pada sektor industri besi baja dan produk turunannya, transportasi dan telekomunikasi, pertambangan, perumahan, dan lainnya. Adapun realisasi investasi pada hilirisasi industri sepanjang Januari-September 2024 ada pada angka Rp 272,91 triliun. 

https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?gdpr=0&client=ca-pub-4856760029410872&output=html&h=280&slotname=7379219380&adk=3792130871&adf=3652440351&pi=t.ma~as.7379219380&w=555&abgtt=9&fwrn=4&fwrnh=0&lmt=1751811866&rafmt=1&armr=3&format=555×280&url=https%3A%2F%2Frm.id%2Fbaca-berita%2Finternasional%2F247048%2Fsiapkan-insentif-dan-relaksasipemerintah-harap-investasi-korsel-terus-naik&fwr=0&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&uach=WyJtYWNPUyIsIjE1LjUuMCIsImFybSIsIiIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiLG51bGwsMCxudWxsLCI2NCIsW1siTm90KUE7QnJhbmQiLCI4LjAuMC4wIl0sWyJDaHJvbWl1bSIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiXSxbIkdvb2dsZSBDaHJvbWUiLCIxMzguMC43MjA0LjkzIl1dLDBd&dt=1751811858281&bpp=1&bdt=1234&idt=595&shv=r20250630&mjsv=m202507010101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3Df0fe50366a065c03%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_MYofa9c3iP1Z_o2be65hmABJyz_Jg&gpic=UID%3D00001154c1c3c7b0%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_Mb4I2dP45LMC78JziIOn3CDDPcHjg&eo_id_str=ID%3D938878cbf73d0f13%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DAA-AfjazsMpA1no2zwHtazpX6ohY&prev_fmts=0x0%2C160x400%2C360x280%2C1140x280%2C555x280%2C555x280%2C555x280%2C980x120%2C555x280%2C555x280&nras=8&correlator=4417149749428&frm=20&pv=1&rplot=4&u_tz=420&u_his=1&u_h=900&u_w=1440&u_ah=807&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&dmc=8&adx=150&ady=3627&biw=1440&bih=720&scr_x=0&scr_y=920&eid=95353387%2C95362655%2C95365225%2C95365234%2C95365108%2C95359266%2C95365117%2C95365798%2C31092546&oid=2&psts=AOrYGsm3MjjM6UvNuOKM99kEjEYU4sBwdBNU1ce-gfyxGYL5LGKXYiuDbXHNL2P43hu7ldlL8N8U-woYNfPoLJfAiGDQNREBgM57u0lEpGQ1&pvsid=558301607718391&tmod=36601701&uas=1&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&fc=1920&brdim=0%2C25%2C0%2C25%2C1440%2C25%2C1440%2C807%2C1440%2C720&vis=1&rsz=%7C%7CpeEbr%7C&abl=CS&pfx=0&fu=128&bc=31&bz=1&td=1&tdf=2&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=2&uci=a!2&btvi=9&fsb=1&dtd=7783

Investasi itu terdapat di industri pengolahan mineral seperti smelter nikel, tembaga, bauksit Rp 170,78 triliun; kehutanan Rp 33,72 triliun; agrikultural Rp 44,09 triliun; minyak dan gas Rp 17,46 triliun; serta ekosistem kendaraan listrik Rp 6,86 triliun.

Sementara itu, Profesor Riset Yonsei University Korea Selatan Ko Young Kyung mengungkapkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara tujuan investasi para penguasa Korsel. 

Menurut dia, perekonomian Indonesia pun terbilang baik. Produk domestik bruto (PDB) Indonesia naik 3,6 kali dalam periode 1993-2023. “Cukup mengesankan, meski masih di bawah Vietnam yang bisa melompat 8,7 kali, Singapura 4,3 kali, dan Malaysia dengan 4,1 kali di periode sama,” kata Ko. 

https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?gdpr=0&client=ca-pub-4856760029410872&output=html&h=280&adk=3789469862&adf=2025290364&w=555&abgtt=9&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1751811897&num_ads=1&rafmt=1&armr=3&sem=mc&pwprc=1773395033&ad_type=text_image&format=555×280&url=https%3A%2F%2Frm.id%2Fbaca-berita%2Finternasional%2F247048%2Fsiapkan-insentif-dan-relaksasipemerintah-harap-investasi-korsel-terus-naik&fwr=0&pra=3&rh=139&rw=555&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&fa=27&uach=WyJtYWNPUyIsIjE1LjUuMCIsImFybSIsIiIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiLG51bGwsMCxudWxsLCI2NCIsW1siTm90KUE7QnJhbmQiLCI4LjAuMC4wIl0sWyJDaHJvbWl1bSIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiXSxbIkdvb2dsZSBDaHJvbWUiLCIxMzguMC43MjA0LjkzIl1dLDBd&dt=1751811859226&bpp=1&bdt=2179&idt=0&shv=r20250630&mjsv=m202507010101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3Df0fe50366a065c03%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_MYofa9c3iP1Z_o2be65hmABJyz_Jg&gpic=UID%3D00001154c1c3c7b0%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_Mb4I2dP45LMC78JziIOn3CDDPcHjg&eo_id_str=ID%3D938878cbf73d0f13%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DAA-AfjazsMpA1no2zwHtazpX6ohY&prev_fmts=0x0%2C160x400%2C360x280%2C1140x280%2C555x280%2C555x280%2C555x280%2C980x120%2C555x280%2C555x280%2C555x280&nras=9&correlator=4417149749428&frm=20&pv=1&u_tz=420&u_his=1&u_h=900&u_w=1440&u_ah=807&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&dmc=8&adx=150&ady=4066&biw=1440&bih=720&scr_x=0&scr_y=1195&eid=95353387%2C95362655%2C95365225%2C95365234%2C95365108%2C95359266%2C95365117%2C95365798%2C31092546&oid=2&psts=AOrYGsm3MjjM6UvNuOKM99kEjEYU4sBwdBNU1ce-gfyxGYL5LGKXYiuDbXHNL2P43hu7ldlL8N8U-woYNfPoLJfAiGDQNREBgM57u0lEpGQ1&pvsid=558301607718391&tmod=36601701&uas=3&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&fc=1408&brdim=0%2C25%2C0%2C25%2C1440%2C25%2C1440%2C807%2C1440%2C720&vis=1&rsz=%7C%7Cs%7C&abl=NS&fu=128&bc=31&bz=1&td=1&tdf=2&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=11&uci=a!b&btvi=10&fsb=1&dtd=38558

Ko mengatakan, Indonesia memang memiliki sejumlah kelebihan untuk menarik investor dari Korea. Beberapa kelebihan itu antara lain, Indonesia mampu mengamankan rantai pasok dengan keberadaan sumber daya alam yang kaya. “Biaya yang cukup bersaing, serta pasar yang besar,” ujarnya. 

Hanya saja, ada beberapa tantangan. Misalnya soal ketidakpastian regulasi dan kebijakan, masalah kepercayaan, serta kurangnya infrastruktur penunjang.

Menurut Ko, salah satu kebijakan yang dinilai menyulitkan para investor adalah meningkatnya kewajiban Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Dari 40 persen menjadi 60 persen.

Ia juga menilai kebijakan relaksasi pajak kendaraan listrik, lebih menguntungkan pembuat kendaraan listrik asal China dari pada perusahaan Korea yang sudah membangun pabrik di Indonesia. 

https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?gdpr=0&client=ca-pub-4856760029410872&output=html&h=280&adk=3789469862&adf=1852762202&w=555&abgtt=9&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1751811898&num_ads=1&rafmt=1&armr=3&sem=mc&pwprc=1773395033&ad_type=text_image&format=555×280&url=https%3A%2F%2Frm.id%2Fbaca-berita%2Finternasional%2F247048%2Fsiapkan-insentif-dan-relaksasipemerintah-harap-investasi-korsel-terus-naik&fwr=0&pra=3&rh=139&rw=555&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&fa=27&uach=WyJtYWNPUyIsIjE1LjUuMCIsImFybSIsIiIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiLG51bGwsMCxudWxsLCI2NCIsW1siTm90KUE7QnJhbmQiLCI4LjAuMC4wIl0sWyJDaHJvbWl1bSIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiXSxbIkdvb2dsZSBDaHJvbWUiLCIxMzguMC43MjA0LjkzIl1dLDBd&dt=1751811859228&bpp=1&bdt=2181&idt=0&shv=r20250630&mjsv=m202507010101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3Df0fe50366a065c03%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_MYofa9c3iP1Z_o2be65hmABJyz_Jg&gpic=UID%3D00001154c1c3c7b0%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_Mb4I2dP45LMC78JziIOn3CDDPcHjg&eo_id_str=ID%3D938878cbf73d0f13%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DAA-AfjazsMpA1no2zwHtazpX6ohY&prev_fmts=0x0%2C160x400%2C360x280%2C1140x280%2C555x280%2C555x280%2C555x280%2C980x120%2C555x280%2C555x280%2C555x280%2C555x280&nras=10&correlator=4417149749428&frm=20&pv=1&u_tz=420&u_his=1&u_h=900&u_w=1440&u_ah=807&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&dmc=8&adx=150&ady=4508&biw=1440&bih=720&scr_x=0&scr_y=1634&eid=95353387%2C95362655%2C95365225%2C95365234%2C95365108%2C95359266%2C95365117%2C95365798%2C31092546&oid=2&psts=AOrYGsm3MjjM6UvNuOKM99kEjEYU4sBwdBNU1ce-gfyxGYL5LGKXYiuDbXHNL2P43hu7ldlL8N8U-woYNfPoLJfAiGDQNREBgM57u0lEpGQ1&pvsid=558301607718391&tmod=36601701&uas=3&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&fc=1408&brdim=0%2C25%2C0%2C25%2C1440%2C25%2C1440%2C807%2C1440%2C720&vis=1&rsz=%7C%7Cs%7C&abl=NS&fu=128&bc=31&bz=1&td=1&tdf=2&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=12&uci=a!c&btvi=11&fsb=1&dtd=39304

“Selain itu, masalah keuangan dalam kerja sama pembangunan pesawat tempur KF-21 menimbulkan masalah kepercayaan,” ucapnya.

Karena itu, menurut Ko, Indonesia perlu mengurangi ketidakpastian dalam investasi. Saling percaya perlu dibangun, misalnya, melalui pertemuan antara presiden dan dialog tingkat tinggi. 

“Selain konsistensi kebijakan, perlu juga komunikasi yang jelas ketika terjadi perubahan kebijakan,” kata Ko.

Lebih lanjut, investasi bisa diarahkan pada industri-industri yang berbasis teknologi. Seperti kendaraan listrik dan semikonduktor. Indonesia juga perlu menampilkan daya saingnya sebagai negara tujuan investasi yang lebih menarik ketimbang negara-negara ASEAN lainnya. 

https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?gdpr=0&client=ca-pub-4856760029410872&output=html&h=280&adk=3789469862&adf=4112873355&w=555&abgtt=9&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1751811899&num_ads=1&rafmt=1&armr=3&sem=mc&pwprc=1773395033&ad_type=text_image&format=555×280&url=https%3A%2F%2Frm.id%2Fbaca-berita%2Finternasional%2F247048%2Fsiapkan-insentif-dan-relaksasipemerintah-harap-investasi-korsel-terus-naik&fwr=0&pra=3&rh=139&rw=555&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&fa=27&uach=WyJtYWNPUyIsIjE1LjUuMCIsImFybSIsIiIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiLG51bGwsMCxudWxsLCI2NCIsW1siTm90KUE7QnJhbmQiLCI4LjAuMC4wIl0sWyJDaHJvbWl1bSIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiXSxbIkdvb2dsZSBDaHJvbWUiLCIxMzguMC43MjA0LjkzIl1dLDBd&dt=1751811859229&bpp=1&bdt=2182&idt=1&shv=r20250630&mjsv=m202507010101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3Df0fe50366a065c03%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_MYofa9c3iP1Z_o2be65hmABJyz_Jg&gpic=UID%3D00001154c1c3c7b0%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_Mb4I2dP45LMC78JziIOn3CDDPcHjg&eo_id_str=ID%3D938878cbf73d0f13%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DAA-AfjazsMpA1no2zwHtazpX6ohY&prev_fmts=0x0%2C160x400%2C360x280%2C1140x280%2C555x280%2C555x280%2C555x280%2C980x120%2C555x280%2C555x280%2C555x280%2C555x280%2C555x280&nras=11&correlator=4417149749428&frm=20&pv=1&u_tz=420&u_his=1&u_h=900&u_w=1440&u_ah=807&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&dmc=8&adx=150&ady=5007&biw=1440&bih=720&scr_x=0&scr_y=2134&eid=95353387%2C95362655%2C95365225%2C95365234%2C95365108%2C95359266%2C95365117%2C95365798%2C31092546&oid=2&psts=AOrYGsm3MjjM6UvNuOKM99kEjEYU4sBwdBNU1ce-gfyxGYL5LGKXYiuDbXHNL2P43hu7ldlL8N8U-woYNfPoLJfAiGDQNREBgM57u0lEpGQ1&pvsid=558301607718391&tmod=36601701&uas=3&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&fc=1408&brdim=0%2C25%2C0%2C25%2C1440%2C25%2C1440%2C807%2C1440%2C720&vis=1&rsz=%7C%7Cs%7C&abl=NS&fu=128&bc=31&bz=1&td=1&tdf=2&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=13&uci=a!d&btvi=12&fsb=1&dtd=40086

Dalam kesempatan itu, Ko menjelaskan, investasi Korea Selatan ke sejumlah negara relatif menurun setelah 2022. Karena di tahun itu Korea menerbitkan Inflation Reduction Act, yang mendorong investasi pada energi bersih, industri hijau, serta baterai dan kendaraan listrik. Tekanan Amerika Serikat (AS) ini juga mendorong investasi lebih ke arah AS.

Di saat yang sama, perusahaan Korea juga tetap perlu membuka pabrik di negara lain. Untuk menurunkan biaya produksi, melebarkan pasar serta menghindari hambatan perdagangan, dan memastikan produk bisa masuk rantai pasok.

Salah satu negara tujuan investasi sejak pertengahan 1990-an sampai 2020-an adalah Vietnam. Negara itu jadi tujuan. Karena biaya murah, kapasitas buruh, latar budaya, serta yang paling utama dukungan Pemerintah. 

“Ditambah lokasi geografis yang strategis dan kemungkinan ekspor ke AS yang lebih besar,” ujarnya.

Sumber: https://rm.id/baca-berita/internasional/247048/siapkan-insentif-dan-relaksasipemerintah-harap-investasi-korsel-terus-naik

Uncategorized
Kepastian Kebijakan Kunci Datangkan Investasi Korea ke Indonesia

Salah satu strategi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sampai 8 persen adalah mendatangkan investasi. Korea Selatan berpeluang untuk menaikkan investasinya.

Deretan mobil yang selesai diproduksi di Pabrik Hyundai, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (18/2/2023). Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia produksi kendaraan sepanjang 2022 mencapai 1,3 juta. Angka ini lebih tinggi dibanding produksi 2019 (sebelum pandemi) yang hanya 1,28 juta unit. Selain pasar dalam negeri yang besar, produksi kendaraan juga untuk pasar ekspor. Ekspor kendaraan roda empat naik cukup tajam dari tahun 2021 ke tahun 2022, naik dari 300.000 unit ke hampir 600.000 unit. KOMPAS/HERU SRI KUMORO 18-02-2023

JAKARTA, KOMPAS — Masalah ketidakpastian regulasi dan kebijakan masih menjadi masalah dalam iklim investasi di Indonesia. Selain itu, untuk mendorong investasi Korea Selatan ke Indonesia, daya saing Indonesia sebagai tujuan investasi perlu lebih kuat.

Hal ini disampaikan Profesor Riset Yonsei University Korea Ko Young Kyung dalam sesi workshop bertajuk ”Indonesia’s 8% Economic Growth Target: How to Attract More Korean FDI?” di Jakarta, Senin (9/12/2024). Acara diselenggarakan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation untuk program Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea. Hadir pula sebagai pembicara dalam sesi ini Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Nurul Ichwan.

Ko Young Kyung menjelaskan, produk domestik bruto (PDB) Indonesia naik 3,6 kali dalam periode 1993-2023. Ini dinilainya cukup mengesankan tetapi masih di bawah Vietnam yang bisa melompat 8,7 kali, Singapura 4,3 kali, dan Malaysia dengan 4,1 kali di periode sama.

2024  ·  Journalist Network 2024
Strengthening South Korean Investment in Indonesia’s Growing Economy

Workshop “Indonesia’s 8% Economic Growth Target: How to Attract More Korean FDI?” (FPCI-Korea Foundation)

Indonesia remains a prime destination for global investment, including significant contributions from South Korea. Over the past two years, South Korean investments in Indonesia have reached $4.9 billion (around IDR 77.8 trillion), with the government actively encouraging further growth.

Nurul Ichwan, Deputy for Investment Promotion at the Ministry of Investment/BKPM, highlighted this during a workshop hosted by the Korea Foundation and the Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) in Jakarta. The event, titled “Indonesia’s 8% Economic Growth Target: How to Attract More Korean FDI?”, discussed strategies to increase foreign investment, particularly from South Korea.

South Korea ranked as Indonesia’s seventh-largest investor in 2023 and 2024. Key opportunities for investment include renewable energy, digital economy, manufacturing, healthcare, education, and semiconductors. The Indonesian government offers tax incentives of up to 300% for companies engaging in research and development (R&D) and vocational training to attract more investors.

Professor Ko Young Kyung from Yonsei University praised Indonesia’s economic progress but noted challenges such as regulatory uncertainty and infrastructure gaps. He emphasized the need for consistent policies and improved trust-building measures to strengthen bilateral cooperation.

Indonesia has set a 2024 investment target of IDR 1,650 trillion, with 76% already realized by September. The country’s abundant natural resources, competitive costs, and large domestic market remain key draws for investors. However, addressing regulatory hurdles and improving investor confidence will be crucial for sustained growth.

2024  ·  Journalist Network 2024
Aturan Tidak Pasti Jadi Tantangan Masuknya Investor Korea Selatan ke Indonesia

Ada beberapa tantangan yang dialami pemerintah asing, terutama Korea Selatan ketika hendak berinvestasi di Indonesia. S

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nurul Ichwan (pegang mic) pada Workshop Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea dari Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia di Jakarta 9 Desember 2024/FPCI

TEMPO.CO, Jakarta – Peneliti dari Yonsei University, Ko YoungKyung mengatakan ada beberapa tantangan yang dialami pemerintah asing, terutama Korea Selatan ketika hendak berinvestasi di Indonesia. Salah satu yang menghambat adalah soal aturan yang tidak tentu. “Tiga hal yang menjadi tantangan. Pertama regulasi dan kebijakan yang tidak pasti, masalah kepercayaan, dan kurangnya infrastruktur penunjang,” kata Ko YoungKyung dalam Workshop Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea dari Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia di Jakarta awal Desember 2024. 

Ko YoungKyung mengatakan regulasi yang tidak pasti membuat para pengusaha Korea Selatan jadi tidak yakin untuk menanam investasi dalam jumlah besar dan jangka panjang ke tanah air. Salah satu kebijakan yang menurutnya cukup memyulitkan investor Korea dalam berinvestasi ke Indonesia adalah meningkatnya kewajiban Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dari 40 menjadi 60 persen. 

Ia pun menilai kebijakan relaksasi pajak kendaraan listrik lebih menguntungkan pembuat kendaraan listrik asal China dari pada perusahaan Korea yang sudah membangun pabrik di Indonesia. Belum lagi ketika ada tawaran untuk melakukan investasi ke Ibu Kota Nusantara (IKN). “Kurangnya infrastruktur di IKN jadi penghalang bagi investor Korea,” katanya. 

Korea Selatan, kata Ko YoungKyung, lebih banyak berinvestasi ke Vietnam. Salah satu perusahaan Korea yang cukup lama berinvestasi di Vietnam adalah Samsung Electronics, yaitu sejak 1996. Bahkan risetnya pun sudah dilakukan sejak 1980an.

Sebenarnya Indonesia, kata Ko YoungKyung memiliki beragam faktor untuk menarik minat perusahaan Korea Selatan menanamkan modalnya. Beberapa faktornya adalah masih banyaknya sumber daya alam di Indonesia, seperti nikel, batu bara, dan juga kayu. Ia pun meyakini biaya produksi di Indonesia sangat kompetitif. 

Ko YoungKyung pun melihat bahwa 275 juta penduduk Indonesia pun bisa memperluas pasar produk Korea Selatan. Masyarakat dengan pedapatan menengah ke atas pun semakin berkembang. Terakhir, jumlah generasi Z dan generasi milenial yang banyak ada di Indonesia mencari produk-produk yang sedang tren. 

Ko YoungKyung pun memberikan beberapa saran untuk menarik lebih banyak investor dari negeri ginseng. Pertama, pentingnya pemimpin tertinggi kedua negara membangun kepercayaan dalam dialog seperti di Presidential Summits. “Perlunya konsistensi kebijakan dan memberikan komunikasi yang jelas bila ada perubahan,” katanya. 

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nurul Ichwan menanggapi tentang isu ketidakpastian kebijakan itu. Menurutnya, salah satu alasan terjadinya ketidakkonsistenan kebijakan dan regulasi karena Indonesia masih menjadi negara berkembang. “Hal tersebut kerap terjadi di negara-negara berkembang. Sebab, kadang terjadi hal-hal baru dan belum ada aturannya,” katanya.

Dia mencontohkan penyimpanan dan penangkapan karbon yang awalnya belum diatur di Indonesia. Ketika regulasi dibuat, ada pengaruh pada aturan perundang-undangan lain seperti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas. Hal itulah yang kadang dinilai sebagai ketidakpastian kebijakan. “Kami pasti akan terus memperbaiki regulasi. Misalnya aturan terkait artificial intelligence (AI). Termasuk kejahatan dalam penggunaannya,” kata Ichwan

Menurut Ichwan, data Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM mencatat lima negara dengan investasi terbesar di Indonesia. Posisi pertama ditempati Singapura dengan nilai investasi sebesar 14,35 miliar dolar AS (sekitar Rp 228 triliun), disusul Hong Kong dengan 6,06 miliar dolar AS (Rp 96,4 triliun), China sebesar 5,78 miliar dolar AS (Rp 91,9 triliun), Amerika Serikat 2,82 miliar dolar AS (Rp44,8 triliun), dan Malaysia dengan 2,72 miliar dolar AS (Rp43,2 triliun).

Korea Selatan menempati posisi ketujuh sebagai negara asal investor terbesar bagi Indonesia pada 2023 dan 2024. Tahun lalu, investasi dari Korea Selatan mencapai 2,5 miliar dolar AS (sekitar Rp39,7 triliun). Sementara itu, sepanjang Januari hingga September 2024, nilai investasinya sudah mendekati 2,4 miliar dolar AS (sekitar Rp38,1 triliun).

Menurut Ichwan, ada banyak peluang bagi investor Korea Selatan pada sembilan sektor prioritas pemerintah saat ini. “Sembilan sektor itu adalah energi baru terbarukan, hilirisasi industri, ketahanan pangan, dan semikonduktor. Selain itu ekonomi digital dan pusat data, industri manufaktur berorientasi ekspor, kesehatan, serta pendidikan dan vokasi,” katanya.

Ichwan menyebutkan, pemerintah melakukan sejumlah upaya untuk mengundang investasi langsung (FDI) dari sejumlah negara, termasuk Korsel. Misalnya membangun sumber daya manusia yang mumpuni dan penguasaan teknologi yang sesuai. Pemerintah pun terus mendorong pelatihan vokasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Sumber: https://www.tempo.co/internasional/aturan-tidak-pasti-jadi-tantangan-masuknya-investor-korea-selatan-ke-indonesia-1187402

2024  ·  Journalist Network 2024
Perang Dagang AS dan Tiongkok, Peluang Indonesia Berperan dalam Rantai Pasok Global

Dua Mobil Listrik Hyundai Sedot Perhatian Pengunjung GIIAS Surabaya 2024(Dok.MI)

PERANG dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok dinilai dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk memainkan peran penting dalam rantai pasok global. Sebab, ada pergeseran geopolitik dan ekonomi. Indonesia, dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, berada dalam posisi strategis untuk memanfaatkan pergeseran ini. Oleh karena itu, Indonesia perlu berkolaborasi serta memperkuat kerja sama dengan negara lain. Demikian hal yang mengemuka dalam diskusi bertajuk “ Indonesia 8% Economic Growth Target : How To Attract More Korean FDI?” yang diselenggarakan oleh The Korea Foundation dan Indonesian Next Generation Journalist Network, di Jakarta, beberapa waktu lalu. 

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM  Nurul Ichwan mengatakan Indonesia mempunyai target untuk mencapai petumbuhan ekonomi 8% hingga 2029 di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Salah satu peluang yang dimiliki Indonesia selain pasar yang domestik yang besar, ialah investasi yang memiliki hubungan positif dengan pendapatan nasional atau Produk Domestik Bruto (PDB). 


Berdasarkan data dari Kementerian Investasi jumlah penanaman modal asing (PMA) atau foreign direct investment (FDI) ke Indonesia sepanjang kuarta II-2024 naik 16,6% secara tahunan atau year on year  menjadi Rp 217,3 triliun rupiah (US$ 13,35 miliar).

“Nilai investasi 2018-2023 meningkat dua kali lipat terutama di bidang manufaktur, dengan data ini terlihat industrialisasi tumbuh di Indonesia.Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah seperti hilirisasi direspons oleh investor,” papar Ichwan.


Ia juga menyebut peluang tersebut perlu diperkuat untuk mempercepat industrialisasi yakni melalui transfer teknologi. Menurut Ichwan,  akselerasi industrialisasi melalui transfer teknologi dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) masih menjadi tantangan.


“SDM menjadi permasalahan. Tanpa teknologi dan kapasitas yang mumpuni akan sulit menjadikan Indonesia sebagai salah satu rantai pasok global,” ucap dia. 
Ichwan menyampaikan Indonesia terbuka bekerja sama dengan negara manapun seperti Tiongkok, Amerika Serikat, Uni Eropa, Uni Emirat Arab dan Korea Selatan. Korea Selatan, menjadi negara investor terbesar ketujuh bagi Indonesia. Selain itu, kedua negara juga telah menjalin berbagai kerja sama strategis di sektor ekonomi.

“Korea Selatan punya sejarah dalam hal pengembangan teknologi. Kami bisa bekerja sama dengan kapasitas Indonesia dalam hal sumber daya alam, dikombinasikan dengan keuntungan kompetitif yang dimiliki Korea seperti teknologi, pasar global, investasi dan juga rantai pasok yang sudah dibangun secara global,” paparnya.


Apalagi, sambung Ichwan, produk dari Cina dilarang masuk ke Amerika Serikat. Hal ini  jadi berkah bagi Korea dan Indonesia untuk bekerja sama dengan tujuan menyediakan rantai pasok yang tidak disediakan Cina. 


“Indonesia dan Korea bisa memproduksi barang dan jasa untuk menyuplai pasar Amerika Serikat,” tukas dia. 

Kepastian kebijakan
Profesor Riset dari Yonsei University Young-kyung Ko menuturkan untuk mencapai ambisi ini Indonesia harus berkompetisi dengan Vietnam. Proyeksi pertumbuhan GDP Vietnam pada 2024-2025 di atas 6% sementara Indonesia 5%.

“Untuk melakukan transformasi ekonomi perlu ada peningkatan teknologi, modal, dan talent termasuk pendidikan,” ucapnya.


Menurut analisisnya, investasi luar negeri yang masuk ke Vietnam meningkat sangat tinggi, karena pemerintah Vietnam mendukung masuknya investasi dengan memberikan kepastian kebijakan bagi investor. Selain itu, sambung dia, letak geografis Vietnam  yang dekat dengan Cina dan Rusia menjadikan negara itu lebih mudah untuk mengamankan rantai pasok.


Sementara itu, Korea Selatan, terang Ko, memutuskan berinvestasi ke Indonesia untuk mengamankan bahan baku dalam mendorong rantai pasok global misalnya nikel, kayu, batu bara, dan pasar yang besar. Ia menjelaskan perusahaan Korea Selatan masih punya kekhawatiran berinvestasi di Indonesia karena ada beberapa tantangan seperti kehilangan kepercayaan, kurangnya infrastruktur dan kepastian kebijakan.


“Tidak hanya infrastruktur teknis seperti persetujuan pemerintah, lisensi, dan lain-lain. Tantangan-tangan ini harus diatasi,” tegasnya.

Bagaimana cara meningkatkan investasi Korea Selatan di Indonesia?

Ko menuturkan dengan mengurangi ketidakpastian seperti memperkuat kepercayaan antarpemerintah melalui dialog misalnya Summit Forum, guna memastikan kebijakan itu konsisten dilakukan.

“Hal yang terpenting Indonesia perlu memastikan, adanya komunikasi yang jelas mengurangi ketidakpastian,” imbuh dia.

Lalu, ia menilai Indonesia dan Korea perlu bersama-sama meningkatkan kapasitas teknologi untuk industri dalam menghadapi kompetisi global, seperti mengamankan rantai pasok untuk  kendaraan listrik dan semikonduktor. Indonesia dan Korea bisa saling melengkapi untuk menjadi rantai pasok global baterai .Korea punya kapasitas untuk membantu Indonesia dalam hal teknologi untuk transisi energi.

“Apa kelebihan Indonesia dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya? misalnya potensi mineral,” terang Ko. (H-3)

Sumber: https://mediaindonesia.com/ekonomi/727178/perang-dagang-as-dan-tiongkok-peluang-indonesia-berperan-dalam-rantai-pasok-global


Youtube
Twitter
Facebook
Instagram
Copyright 2021 - www.indonesia-koreajournalist.net