Bakal Didengar Soal Nuklir Dan Dialog Korsel Harap ASEAN Tegas Ke Korut

Dubes Korsel untuk ASEAN, Lee Jang Keun [Foto: aseanmineaction.org]

RM.id  Rakyat Merdeka – Meski belum bisa menuntaskan sejumlah permasalahan yang melibatkan anggotanya, organisasi Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dipandang bisa berperan besar untuk perdamaian. Salah satunya, soal isu nuklir Korea Utara.

Seperti diketahui, ASEAN tampak “tumpul” mengatasi masalah yang terjadi di Myanmar. Namun, menurut Duta Besar Korea Selatan (Korsel) untuk ASEAN, Lee Jang Keun, ASEAN bisa berperan penting menyelesaika

n masalah antara Korsel dengan Korea Utara (Korut).

Lee mengatakan, ASEAN bisa jadi perantara dialog antara kedua Korea. Khususnya terkait isu nuklir di Semenanjung Korea. Salah satu forum yang bisa dipakai adalah, Forum Regional ASEAN (ARF). Forum ini satu-satunya forum internasional, di mana Korsel dan Korut bisa bertemu.

“Apalagi, di situasi yang makin memanas, karena pernyataan Korut yang ingin meningkatkan persenjataan nuklirnya,” kata Lee, kepada para jurnalis peserta workshop program Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2024 yang diselenggarakan Korea Foundation (KF) dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (10/9/2024).

ARF dibentuk ASEAN pada 1994, sebagai wahana dialog dan konsultasi mengenai hal-hal terkait politik dan keamanan di kawasan. Forum ini kerap dihadiri negara atau organisasi internasional di luar negara-negara anggota ASEAN. Antara lain, Korsel, Korut, Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, hingga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Menurut Lee, ASEAN bisa mengirimkan pesan tegas kepada Korut. Sebuah pernyataan yang jelas dan tigak ambigu, terkait berbagai provokasi yang dilakukan negara yang dipimpin Kim Jong Un itu.

Dia menilai, suara ASEAN saat ini sangat penting. Maka, jika ASEAN meminta Korut berhenti, Lee yakin, negara itu akan memperhatikannya. Dia bahkan yakin, suara ASEAN tidak akan diabaikan Korut. Karena itu, penting bagi ASEAN untuk menyampaikan pernyataan yang kuat. “Bukan pernyataan yang lebih membuat nyaman,” katanya.

Lee juga berharap, agar dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN mendatang, pernyataan yang disampaikan kepada Korut lebih tegas. Bukan pernyataan yang umum. Karena dibanding 35 tahun lalu, sambungnya, posisi ASEAN kini jauh lebih kuat. “Sehingga pengaruhnya lebih besar dalam menyampaikan pesan pada Korut,” tegas Lee.

Selain itu, masih menurut Lee, ASEAN telah tumbuh menjadi kekuatan ekonomi besar. Karena kekuatan tersebut, maka seharusnya ada harapan. ASEAN bisa menyampaikan pada Korut, untuk berhenti melakukan hal-hal yang bisa menganggu. “Berhentilah menyalahkan dan pedulilah pada rakyat sendiri,” ucapnya.

Sebelumnya, pekan ini Pyongyang telah memberikan pandangan langka ke dalam fasilitas rahasia, untuk memproduksi uranium tingkat senjata. Kantor Berita Korut, KCNA, melaporkan hal itu, usai Kim mengunjungi fasilitas tersebut. Kim menyerukan upaya yang lebih kuat untuk “secara eksponensial” meningkatkan jumlah senjata nuklirnya.

Tidak jelas, apakah lokasi tersebut berada di kompleks nuklir utama Yongbyon milik Korut. Tapi ini adalah pengungkapan publik pertama Korut tentang fasilitas pengayaan uranium, sejak menunjukkannya di Yongbyon pada 2010.

Meski pengungkapan terbaru ini bisa jadi upaya memberikan lebih banyak tekanan pada AS dan sekutunya, gambar-gambar yang dirilis media Korut tentang daerah tersebut bisa memberikan sumber informasi berharga bagi pihak luar. Termasuk untuk memperkirakan, jumlah bahan nuklir yang telah diproduksi Korea Utara.

“Kim berulang kali menyatakan sangat puas atas kekuatan teknis luar biasa dari bidang tenaga nuklir yang dimiliki Korut,” tulis KCNA. Sejak 2022, Korut telah meningkatkan aktivitas pengujian senjata secara drastis, demi memperluas dan memodernisasi persenjataan rudal nuklirnya yang menargetkan AS dan Seoul. Terbaru, Korut melakukan uji peluncuran beberapa rudal balistik jarak pendek pada Kamis (12/9/2024). (*)

Sumber: https://rm.id/baca-berita/internasional/235418/bakal-didengar-soal-nuklir-dan-dialog-korsel-harap-asean-tegas-ke-korut/2