Angka Kelahiran di Korea Selatan Rendah, Indonesia Bisa Dapat Untung 

Dinda Juwita/Jawa Pos

Professor and Head of Center for ASEAN-Indian Studies at the Institute of Foreign Affairs and National Security Choe Wongi saat menjadi pembicara. (FPCI untuk Indonesia)

JawaPos.com – Gemerlap industri hiburan Korea Selatan(Korsel) terus bersinar di berbagai belahan dunia. Sayangnya, di tengah gemerlap industri hiburannya, Negeri Ginseng itu tengah menghadapi tantangan krisis demografi.

Professor and Head of Center for ASEAN-Indian Studies at the Institute of Foreign Affairs and National Security Choe Wongi mengamini adanya tantangan demografi itu.
’’Angka kelahiran yang rendah ini adalah tantangan sosial bagi Korsel. Kami saat ini mengalami tantangan dengan angka kelahiran dan harus menghadapi banyaknya usia generasi tua,’’ ujarnya pada diskusi dengan media pada forum Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation (KF) baru-baru ini.

Data Badan Statistik Korsel mencatat, ada 249 ribu bayi lahir pada 2022. Jumlah itu turun 4,4 persen dari tahun sebelumnya. Kondisi itu bahkan menjadikan Korsel sebagai negara dengan angka kelahiran terendah di dunia.

Wongi menuturkan, tantangan itu adalah kondisi serius yang harus dicarikan solusinya. Pemerintah Korsel pun tengah mencari jalan keluar dari kondisi itu.

Meski begitu, Wongi menyebut ada peluang di balik tantangan krisis demografi itu. ’’Salah satu upaya solusi yang harus diperkuat yakni melalui pertukaran pekerja antara Korsel dengan kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia,’’ imbuh dia.

Wongi mencontohkan dengan banyaknya sekolah vokasi dan lembaga pendidikan/pelatihan yang dimiliki Korsel yang kesulitan ketika mencoba merekrut siswa baru.

Kondisi itu bisa dimanfaatkan Korsel untuk mempererat hubungan dengan Indonesia melalui pertukaran siswa. Hal itu tentunya akan memberikan benefit bagi kedua negara.

’’Kami punya lembaga vokasi yang terus berkembang dan banyak program beasiswa yang diberikan kepada generasi muda khususnya di Asia Tenggara. Ini sebetulnya situasi yang sifatnya win-win. Memang banyak tantangan, tapi ada juga peluang yang bisa dikembangkan,’’ jelas dia.

Hal itu juga sejalan dengan kebijakan khusus Korsel untuk Asia Tenggara yaitu Korea ASEAN Solidarity Initiative (KASI) yang dirilis pada Desember 2022. Kebijakan itu membuka peluang besar bagi Korsel untuk negara-negara di ASEAN.

Bahkan, KASI membuat banyak kebijakan komprehensif yang tidak hanya terkait ekonomi, tetapi juga soal perdagangan, investasi, diplomasi, politik, kemananan, maupun hubungan people to people.

Senada, Jurnalis Hankook Ilbo Media Group Jaeyeon Moon menambahkan, karena rendahnya angka kelahiran, Korsel kini cenderung lebih banyak mengoptimalisasi Artificial Intelegence (AI) dan tenaga mesin dalam berbagai industri seperti manufaktur.

’’Tapi masih banyak area yang sangat membutuhkan tenaga manusia. Tentu juga masih banyak industri yang perlu untuk mendorong tenaga manusia agar lebih kreatif dari sisi ide-ide. Dari sini, Indonesia dan Korsel bisa lebih meningkatkan komunikasi yang lebih erat agar saling membantu dan mendapatkan keuntungan satu sama lain,’’ jelas Moon.

Sumber: https://www.jawapos.com/nasional/013020381/angka-kelahiran-di-korea-selatan-rendah-indonesia-bisa-dapat-untung