• Home
  • Services
  • Pages
    • About 1
    • About 2
    • About 3
    • About 4
    • Our Team
    • Contact 1
    • Contact 2
    • Service 1
    • Service 2
    • Service 3
  • Portfolio
    • Column One
      • Portfolio Classic
      • Portfolio Grid
      • Portfolio Grid Overlay
      • Portfolio 3D Overlay
      • Portfolio Contain
    • Column Two
      • Portfolio Masonry
      • Portfolio Masonry Grid
      • Portfolio Coverflow
      • Portfolio Timeline Horizon
      • Portfolio Timeline Vertical
    • Column Four
      • Single Portfolio 1
      • Single Portfolio 2
      • Single Portfolio 3
      • Single Portfolio 4
      • Single Portfolio 5
    • Column Three
      • Video Grid
      • Gallery Grid
      • Gallery Masonry
      • Gallery Justified
      • Gallery Fullscreen
  • Blog
    • Blog Grid No Space
    • Blog Grid
    • Blog Masonry
    • Blog Metro No Space
    • Blog Metro
    • Blog Classic
    • Blog List
    • Blog List Circle
  • Slider
    • Column One
      • Vertical Parallax Slider
      • Animated Frame Slider
      • 3D Room Slider
      • Velo Slider
      • Popout Slider
      • Mouse Driven Carousel
    • Column Two
      • Clip Path Slider
      • Split Slick Slider
      • Fullscreen Transition Slider
      • Flip Slider
      • Horizon Slider
      • Synchronized Carousel
    • Column Three
      • Multi Layouts Slider
      • Split Carousel Slider
      • Property Clip Slider
      • Slice Slider
      • Parallax Slider
      • Zoom Slider
    • Column Four
      • Animated Slider
      • Motion Reveal Slider
      • Fade up Slider
      • Image Carousel Slider
      • Glitch Slideshow
      • Slider with other contents
  • Shop

2024

2024  ·  Journalist Network 2024
RnD Bisa Jadi Alat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Analisa sentivitas ekonomi Indonesia yang dilakukan PIER Bank Permata. (IDN Times/Umi Kalsum)

Jakarta, IDN Times – Indonesia mengintip peluang dalam pengembangan riset dan pengembangan (RnD) dalam memenuhi target pertumbuhan ekonomi delapan persen. Sektor ini, diklaim menjadi salah satu unggulan dan bisa membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.

Belakangan, lewat ASEAN Investment Report 2024, sektor RnD mengalami pertumbuhan yang signifikan. Investasi di sektor ini, lewat laporan tersebut, tercatat mencapai 6.515 persen. Angka ini muncul dalam periode yang cukup singkat pula, selama setahun terhitung sejak 2022 hingga 2023.

Namun, sejauh ini konsentrasi investasi asing dalam RnD menyasar Singapura. Negara-negara lain di ASEAN belum secara merata bisa menerima manfaat tersebut, termasuk Indonesia.

1. Potensinya besar
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi & Hilirisasi (BKPM), Nurul Ichwan, menyatakan pemerintah akan memaksimalkan potensi RnD di Indonesia. Makanya, dia akan memberikan kebebasan buat kampus-kampus di Indonesia untuk melakukan sederet riset demi peningkatan kapasitas industri dan profesional.


“Peluang mempercepat paten bagi periset dibuka. Kami akan membantu memperkenalkan hasilnya ke industri, tak selalu ke korporasi besar, tapi juga UMKM,” ujar Ichwan dalam sesi diskusi Journalis on Network FPCI x Korea Foundation di Jakarta, beberapa waktu lalu.

2. Bisa digunakan UMKM
Nantinya, hasil riset yang dilakukan kampus-kampus di Indonesia tak hanya diberikan kepada industri besar. Diharapkan, pelaku usaha di level menengah, mikro, dan kecil, bisa memanfaatkannya demi perkembangan ekonomi Indonesia.

UMKM, menurut Ichwan, memang diperlukan untuk mendongkrak ekonomi dari bawah. Makanya, hasil riset dari kampus-kampus perlu disebarluaskan di level tersebut agar kapasitas produksi, pemasaran, inovasi, dan hal lainnya, bisa terbantu.

“Harapannya, mereka bisa bersaing di pasar nanti,” kata Ichwan.

3. Sudah banyak buktinya
Tantangan dari RnD sebenarnya adalah anggaran. Maka dari itu, pemerintah Indonesia harus bisa menarik investor asing demi mendongkrak dukungan dana demi area ini.

Pentingnya RnD sudah terbukti dari cara Amerika Serikat membangun industrinya. Pada 2016 silam, desain ekonomi dari Presiden Barack Obama yang tak populer, dengan basis digital, justru mampu membawa Amerika Serikat pada kejayaan ekonomi. ConnectAll Initiative, nama program tersebut, telah membuat akses internet dan teknologi di Amerika Serikat rata, karena pemerintah bekerja sama dengan pihak swasta.

Ini menghadirkan efek domino karena akses pendidikan, riset, dan lainnya, bisa berkembang. Hingga, efeknya mengarah pada akses ekonomi.

Situasi serupa juga dialami oleh Korea Selatan. Keberhasilan perusahaan Korea Selatan seperti Hyundai, Samsung, dan lainnya, dalam membangun bisnis tak lepas dari RnD.

Profesor Riset Yonsei University, Ko Young Kyung, menyatakan RnD tak cuma berbasis pada anggaran, namun keseriusan pemerintah. Makanya, Indonesia perlu lebih memerhatikan sektor RnD agar bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan memenuhi target kenaikan delapan persen.

“Anggaran nasional untuk RnD terus meningkat, tak terkecuali ketika Korea Selatan berada di krisis ekonomi. Divisi RnD menjadi hal wajib bagi setiap perusahaan besar di Korea Selatan. Mereka tahu bagaimana memanfaatkannya demi menciptakan inovasi dan menggali keuntungan,” ujar Ko.

Sumber: https://www.idntimes.com/business/economy/rnd-bisa-jadi-alat-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-00-dtjm6-wnm2vy

2024  ·  Journalist Network 2024
Siapkan Insentif dan Relaksasi, Pemerintah Harap Investasi Korsel Terus Naik

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nurul Ichwan saat menjadi narasumber workshop Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea yang digelar Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Senin (9/12/2024). (Foto: FPCI)

RM.id  Rakyat Merdeka – Indonesia tetap menjadi salah satu tujuan strategis bagi investasi global, termasuk dari Korea Selatan. Dalam dua tahun terakhir, nilai investasi Korea Selatan di Indonesia tercatat mencapai 4,9 miliar dolar AS, atau sekitar Rp77,8 triliun. Pemerintah berharap tren ini terus meningkat, dengan semakin banyak pengusaha Korea Selatan yang menanamkan modalnya di Indonesia.

https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?gdpr=0&client=ca-pub-4856760029410872&output=html&h=280&adk=3789469862&adf=1865967034&w=555&abgtt=9&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1751811859&num_ads=1&rafmt=1&armr=3&sem=mc&pwprc=1773395033&ad_type=text_image&format=555×280&url=https%3A%2F%2Frm.id%2Fbaca-berita%2Finternasional%2F247048%2Fsiapkan-insentif-dan-relaksasipemerintah-harap-investasi-korsel-terus-naik&fwr=0&pra=3&rh=139&rw=555&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&fa=27&uach=WyJtYWNPUyIsIjE1LjUuMCIsImFybSIsIiIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiLG51bGwsMCxudWxsLCI2NCIsW1siTm90KUE7QnJhbmQiLCI4LjAuMC4wIl0sWyJDaHJvbWl1bSIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiXSxbIkdvb2dsZSBDaHJvbWUiLCIxMzguMC43MjA0LjkzIl1dLDBd&dt=1751811859219&bpp=1&bdt=2172&idt=-M&shv=r20250630&mjsv=m202507010101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3Df0fe50366a065c03%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_MYofa9c3iP1Z_o2be65hmABJyz_Jg&gpic=UID%3D00001154c1c3c7b0%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_Mb4I2dP45LMC78JziIOn3CDDPcHjg&eo_id_str=ID%3D938878cbf73d0f13%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DAA-AfjazsMpA1no2zwHtazpX6ohY&prev_fmts=0x0%2C160x400%2C360x280%2C1140x280&nras=3&correlator=4417149749428&frm=20&pv=1&u_tz=420&u_his=1&u_h=900&u_w=1440&u_ah=807&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&dmc=8&adx=150&ady=1509&biw=1440&bih=720&scr_x=0&scr_y=146&eid=95353387%2C95362655%2C95365225%2C95365234%2C95365108%2C95359266%2C95365117%2C95365798%2C31092546&oid=2&pvsid=558301607718391&tmod=36601701&uas=0&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&fc=1408&brdim=0%2C25%2C0%2C25%2C1440%2C25%2C1440%2C807%2C1440%2C720&vis=1&rsz=%7C%7Cs%7C&abl=NS&fu=128&bc=31&bz=1&td=1&tdf=2&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=6&uci=a!6&btvi=3&fsb=1&dtd=206

Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nurul Ichwan saat menjadi narasumber workshop Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea yang digelar Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Senin (9/12/2024). Workshop tersebut bertajuk Indonesia 8% Economic Growth Target: How to Attract More Korean FDI?. Hadir juga sebagai narasumber Profesor Riset Yonsei University Korea Selatan Ko Young Kyung. 

Menurut Ichwan, data Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM mencatat lima negara dengan investasi terbesar di Indonesia. Posisi pertama ditempati Singapura dengan nilai investasi sebesar 14,35 miliar dolar AS (sekitar Rp228 triliun), disusul Hong Kong dengan 6,06 miliar dolar AS (Rp96,4 triliun), China sebesar 5,78 miliar dolar AS (Rp91,9 triliun), Amerika Serikat 2,82 miliar dolar AS (Rp44,8 triliun), dan Malaysia dengan 2,72 miliar dolar AS (Rp43,2 triliun).

https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?gdpr=0&client=ca-pub-4856760029410872&output=html&h=280&adk=3789469862&adf=3652440351&w=555&abgtt=9&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1751811859&num_ads=1&rafmt=1&armr=3&sem=mc&pwprc=1773395033&ad_type=text_image&format=555×280&url=https%3A%2F%2Frm.id%2Fbaca-berita%2Finternasional%2F247048%2Fsiapkan-insentif-dan-relaksasipemerintah-harap-investasi-korsel-terus-naik&fwr=0&pra=3&rh=139&rw=555&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&fa=27&uach=WyJtYWNPUyIsIjE1LjUuMCIsImFybSIsIiIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiLG51bGwsMCxudWxsLCI2NCIsW1siTm90KUE7QnJhbmQiLCI4LjAuMC4wIl0sWyJDaHJvbWl1bSIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiXSxbIkdvb2dsZSBDaHJvbWUiLCIxMzguMC43MjA0LjkzIl1dLDBd&dt=1751811859219&bpp=1&bdt=2171&idt=-M&shv=r20250630&mjsv=m202507010101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3Df0fe50366a065c03%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_MYofa9c3iP1Z_o2be65hmABJyz_Jg&gpic=UID%3D00001154c1c3c7b0%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_Mb4I2dP45LMC78JziIOn3CDDPcHjg&eo_id_str=ID%3D938878cbf73d0f13%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DAA-AfjazsMpA1no2zwHtazpX6ohY&prev_fmts=0x0%2C160x400%2C360x280%2C1140x280%2C555x280&nras=4&correlator=4417149749428&frm=20&pv=1&u_tz=420&u_his=1&u_h=900&u_w=1440&u_ah=807&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&dmc=8&adx=150&ady=2253&biw=1440&bih=720&scr_x=0&scr_y=146&eid=95353387%2C95362655%2C95365225%2C95365234%2C95365108%2C95359266%2C95365117%2C95365798%2C31092546&oid=2&pvsid=558301607718391&tmod=36601701&uas=0&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&fc=1408&brdim=0%2C25%2C0%2C25%2C1440%2C25%2C1440%2C807%2C1440%2C720&vis=1&rsz=%7C%7Cs%7C&abl=NS&fu=128&bc=31&bz=1&td=1&tdf=2&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=7&uci=a!7&btvi=4&fsb=1&dtd=207

Korea Selatan menempati posisi ketujuh sebagai negara asal investor terbesar bagi Indonesia pada 2023 dan 2024. Tahun lalu, investasi dari Korea Selatan mencapai 2,5 miliar dolar AS (sekitar Rp39,7 triliun). Sementara itu, sepanjang Januari hingga September 2024, nilai investasinya sudah mendekati 2,4 miliar dolar AS (sekitar Rp38,1 triliun).

Menurut Ichwan, peluang bagi investor Korea Selatan ada pada sembilan sektor prioritas Pemerintah saat ini. “Sembilan sektor itu adalah energi baru terbarukan, hilirisasi industri, ketahanan pangan, dan semikonduktor. Selain itu ekonomi digital dan pusat data, industri manufaktur berorientasi ekspor, kesehatan, serta pendidikan dan vokasi,” paparnya. 

https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?gdpr=0&client=ca-pub-4856760029410872&output=html&h=280&adk=3789469862&adf=3929168969&w=555&abgtt=9&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1751811859&num_ads=1&rafmt=1&armr=3&sem=mc&pwprc=1773395033&ad_type=text_image&format=555×280&url=https%3A%2F%2Frm.id%2Fbaca-berita%2Finternasional%2F247048%2Fsiapkan-insentif-dan-relaksasipemerintah-harap-investasi-korsel-terus-naik&fwr=0&pra=3&rh=139&rw=555&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&fa=27&uach=WyJtYWNPUyIsIjE1LjUuMCIsImFybSIsIiIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiLG51bGwsMCxudWxsLCI2NCIsW1siTm90KUE7QnJhbmQiLCI4LjAuMC4wIl0sWyJDaHJvbWl1bSIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiXSxbIkdvb2dsZSBDaHJvbWUiLCIxMzguMC43MjA0LjkzIl1dLDBd&dt=1751811859219&bpp=1&bdt=2172&idt=0&shv=r20250630&mjsv=m202507010101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3Df0fe50366a065c03%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_MYofa9c3iP1Z_o2be65hmABJyz_Jg&gpic=UID%3D00001154c1c3c7b0%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_Mb4I2dP45LMC78JziIOn3CDDPcHjg&eo_id_str=ID%3D938878cbf73d0f13%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DAA-AfjazsMpA1no2zwHtazpX6ohY&prev_fmts=0x0%2C160x400%2C360x280%2C1140x280%2C555x280%2C555x280&nras=5&correlator=4417149749428&frm=20&pv=1&u_tz=420&u_his=1&u_h=900&u_w=1440&u_ah=807&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&dmc=8&adx=150&ady=2889&biw=1440&bih=720&scr_x=0&scr_y=146&eid=95353387%2C95362655%2C95365225%2C95365234%2C95365108%2C95359266%2C95365117%2C95365798%2C31092546&oid=2&pvsid=558301607718391&tmod=36601701&uas=0&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&fc=1408&brdim=0%2C25%2C0%2C25%2C1440%2C25%2C1440%2C807%2C1440%2C720&vis=1&rsz=%7C%7Cs%7C&abl=NS&fu=128&bc=31&bz=1&td=1&tdf=2&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=8&uci=a!8&btvi=5&fsb=1&dtd=208

Ichwan menyebutkan, pemerintah melakukan sejumlah upaya untuk mengundang investasi langsung (FDI) dari sejumlah negara, termasuk Korsel. Misalnya membangun sumber daya manusia yang mumpuni dan penguasaan teknologi yang sesuai. Pelatihan vokasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan pun didorong. 

“Selain itu, riset dan pengembangan (R&D) harus lebih intensif serta melibatkan akademisi dan kampus untuk membuat penelitian yang lebih relevan dengan kebutuhan pelaku usaha,” jelasnya.

Untuk mendorong pelatihan vokasi dan R&D ini, Pemerintah memberikan insentif berupa pengurangan pajak atau tax deduction. Untuk perusahaan yang mengadakan pelatihan vokasi, misalnya, tersedia pengurangan pajak 200 persen dari biaya yang digunakan untuk pelatihan. Adapun perusahaan yang mengembangkan R&D-nya juga mendapatkan pengurangan pajak sampai 300 persen dari biaya R&D.

“Indonesia pun mendorong akselerasi R&D melalui dunia kampus dengan mempermudah penerbitan paten. Hasil riset akademisi pun diperkenalkan ke industri,” ujarnya. 

Dalam acara tersebut, Ichwan juga mengungkapkan soal ketidakkonsistenan kebijakan dan regulasi. Menurut dia, hal tersebut kerap terjadi di negara-negara berkembang. Sebab, kadang terjadi hal-hal baru dan belum ada aturannya.

Dia mencontohkan carbon capture storage, yang awalnya belum diatur di Indonesia. Ketika regulasi dibuat, ada pengaruh pada aturan perundang-undangan lain. Seperti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas. Hal itulah yang kadang dinilai sebagai ketidakpastian kebijakan. 

https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?gdpr=0&client=ca-pub-4856760029410872&output=html&h=280&adk=3789469862&adf=2433649420&w=555&abgtt=9&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1751811865&num_ads=1&rafmt=1&armr=3&sem=mc&pwprc=1773395033&ad_type=text_image&format=555×280&url=https%3A%2F%2Frm.id%2Fbaca-berita%2Finternasional%2F247048%2Fsiapkan-insentif-dan-relaksasipemerintah-harap-investasi-korsel-terus-naik&fwr=0&pra=3&rh=139&rw=555&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&fa=27&uach=WyJtYWNPUyIsIjE1LjUuMCIsImFybSIsIiIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiLG51bGwsMCxudWxsLCI2NCIsW1siTm90KUE7QnJhbmQiLCI4LjAuMC4wIl0sWyJDaHJvbWl1bSIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiXSxbIkdvb2dsZSBDaHJvbWUiLCIxMzguMC43MjA0LjkzIl1dLDBd&dt=1751811859224&bpp=1&bdt=2176&idt=0&shv=r20250630&mjsv=m202507010101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3Df0fe50366a065c03%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_MYofa9c3iP1Z_o2be65hmABJyz_Jg&gpic=UID%3D00001154c1c3c7b0%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_Mb4I2dP45LMC78JziIOn3CDDPcHjg&eo_id_str=ID%3D938878cbf73d0f13%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DAA-AfjazsMpA1no2zwHtazpX6ohY&prev_fmts=0x0%2C160x400%2C360x280%2C1140x280%2C555x280%2C555x280%2C555x280%2C980x120%2C555x280&nras=8&correlator=4417149749428&frm=20&pv=1&u_tz=420&u_his=1&u_h=900&u_w=1440&u_ah=807&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&dmc=8&adx=150&ady=3238&biw=1440&bih=720&scr_x=0&scr_y=378&eid=95353387%2C95362655%2C95365225%2C95365234%2C95365108%2C95359266%2C95365117%2C95365798%2C31092546&oid=2&psts=AOrYGsm3MjjM6UvNuOKM99kEjEYU4sBwdBNU1ce-gfyxGYL5LGKXYiuDbXHNL2P43hu7ldlL8N8U-woYNfPoLJfAiGDQNREBgM57u0lEpGQ1&pvsid=558301607718391&tmod=36601701&uas=1&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&fc=1408&brdim=0%2C25%2C0%2C25%2C1440%2C25%2C1440%2C807%2C1440%2C720&vis=1&rsz=%7C%7Cs%7C&abl=NS&fu=128&bc=31&bz=1&td=1&tdf=2&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=10&uci=a!a&btvi=8&fsb=1&dtd=6561

“Kami pasti akan terus memperbaiki regulasi. Misalnya aturan terkait artificial intelligence (AI). Termasuk kejahatan dalam penggunaannya,” terang Ichwan

Ichwan mengatakan, Pemerintah mengejar investasi asing untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi 8 persen. Untuk tahun 2024, target investasi ditetapkan Rp 1.650 triliun. Adapun realisasi investasi sepanjang Januari-September 2024 sudah Rp 1.264 triliun atau 76,45 persen dari target.

Sejauh ini, investasi terbesar ada pada sektor industri besi baja dan produk turunannya, transportasi dan telekomunikasi, pertambangan, perumahan, dan lainnya. Adapun realisasi investasi pada hilirisasi industri sepanjang Januari-September 2024 ada pada angka Rp 272,91 triliun. 

https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?gdpr=0&client=ca-pub-4856760029410872&output=html&h=280&slotname=7379219380&adk=3792130871&adf=3652440351&pi=t.ma~as.7379219380&w=555&abgtt=9&fwrn=4&fwrnh=0&lmt=1751811866&rafmt=1&armr=3&format=555×280&url=https%3A%2F%2Frm.id%2Fbaca-berita%2Finternasional%2F247048%2Fsiapkan-insentif-dan-relaksasipemerintah-harap-investasi-korsel-terus-naik&fwr=0&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&uach=WyJtYWNPUyIsIjE1LjUuMCIsImFybSIsIiIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiLG51bGwsMCxudWxsLCI2NCIsW1siTm90KUE7QnJhbmQiLCI4LjAuMC4wIl0sWyJDaHJvbWl1bSIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiXSxbIkdvb2dsZSBDaHJvbWUiLCIxMzguMC43MjA0LjkzIl1dLDBd&dt=1751811858281&bpp=1&bdt=1234&idt=595&shv=r20250630&mjsv=m202507010101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3Df0fe50366a065c03%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_MYofa9c3iP1Z_o2be65hmABJyz_Jg&gpic=UID%3D00001154c1c3c7b0%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_Mb4I2dP45LMC78JziIOn3CDDPcHjg&eo_id_str=ID%3D938878cbf73d0f13%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DAA-AfjazsMpA1no2zwHtazpX6ohY&prev_fmts=0x0%2C160x400%2C360x280%2C1140x280%2C555x280%2C555x280%2C555x280%2C980x120%2C555x280%2C555x280&nras=8&correlator=4417149749428&frm=20&pv=1&rplot=4&u_tz=420&u_his=1&u_h=900&u_w=1440&u_ah=807&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&dmc=8&adx=150&ady=3627&biw=1440&bih=720&scr_x=0&scr_y=920&eid=95353387%2C95362655%2C95365225%2C95365234%2C95365108%2C95359266%2C95365117%2C95365798%2C31092546&oid=2&psts=AOrYGsm3MjjM6UvNuOKM99kEjEYU4sBwdBNU1ce-gfyxGYL5LGKXYiuDbXHNL2P43hu7ldlL8N8U-woYNfPoLJfAiGDQNREBgM57u0lEpGQ1&pvsid=558301607718391&tmod=36601701&uas=1&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&fc=1920&brdim=0%2C25%2C0%2C25%2C1440%2C25%2C1440%2C807%2C1440%2C720&vis=1&rsz=%7C%7CpeEbr%7C&abl=CS&pfx=0&fu=128&bc=31&bz=1&td=1&tdf=2&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=2&uci=a!2&btvi=9&fsb=1&dtd=7783

Investasi itu terdapat di industri pengolahan mineral seperti smelter nikel, tembaga, bauksit Rp 170,78 triliun; kehutanan Rp 33,72 triliun; agrikultural Rp 44,09 triliun; minyak dan gas Rp 17,46 triliun; serta ekosistem kendaraan listrik Rp 6,86 triliun.

Sementara itu, Profesor Riset Yonsei University Korea Selatan Ko Young Kyung mengungkapkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara tujuan investasi para penguasa Korsel. 

Menurut dia, perekonomian Indonesia pun terbilang baik. Produk domestik bruto (PDB) Indonesia naik 3,6 kali dalam periode 1993-2023. “Cukup mengesankan, meski masih di bawah Vietnam yang bisa melompat 8,7 kali, Singapura 4,3 kali, dan Malaysia dengan 4,1 kali di periode sama,” kata Ko. 

https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?gdpr=0&client=ca-pub-4856760029410872&output=html&h=280&adk=3789469862&adf=2025290364&w=555&abgtt=9&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1751811897&num_ads=1&rafmt=1&armr=3&sem=mc&pwprc=1773395033&ad_type=text_image&format=555×280&url=https%3A%2F%2Frm.id%2Fbaca-berita%2Finternasional%2F247048%2Fsiapkan-insentif-dan-relaksasipemerintah-harap-investasi-korsel-terus-naik&fwr=0&pra=3&rh=139&rw=555&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&fa=27&uach=WyJtYWNPUyIsIjE1LjUuMCIsImFybSIsIiIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiLG51bGwsMCxudWxsLCI2NCIsW1siTm90KUE7QnJhbmQiLCI4LjAuMC4wIl0sWyJDaHJvbWl1bSIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiXSxbIkdvb2dsZSBDaHJvbWUiLCIxMzguMC43MjA0LjkzIl1dLDBd&dt=1751811859226&bpp=1&bdt=2179&idt=0&shv=r20250630&mjsv=m202507010101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3Df0fe50366a065c03%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_MYofa9c3iP1Z_o2be65hmABJyz_Jg&gpic=UID%3D00001154c1c3c7b0%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_Mb4I2dP45LMC78JziIOn3CDDPcHjg&eo_id_str=ID%3D938878cbf73d0f13%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DAA-AfjazsMpA1no2zwHtazpX6ohY&prev_fmts=0x0%2C160x400%2C360x280%2C1140x280%2C555x280%2C555x280%2C555x280%2C980x120%2C555x280%2C555x280%2C555x280&nras=9&correlator=4417149749428&frm=20&pv=1&u_tz=420&u_his=1&u_h=900&u_w=1440&u_ah=807&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&dmc=8&adx=150&ady=4066&biw=1440&bih=720&scr_x=0&scr_y=1195&eid=95353387%2C95362655%2C95365225%2C95365234%2C95365108%2C95359266%2C95365117%2C95365798%2C31092546&oid=2&psts=AOrYGsm3MjjM6UvNuOKM99kEjEYU4sBwdBNU1ce-gfyxGYL5LGKXYiuDbXHNL2P43hu7ldlL8N8U-woYNfPoLJfAiGDQNREBgM57u0lEpGQ1&pvsid=558301607718391&tmod=36601701&uas=3&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&fc=1408&brdim=0%2C25%2C0%2C25%2C1440%2C25%2C1440%2C807%2C1440%2C720&vis=1&rsz=%7C%7Cs%7C&abl=NS&fu=128&bc=31&bz=1&td=1&tdf=2&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=11&uci=a!b&btvi=10&fsb=1&dtd=38558

Ko mengatakan, Indonesia memang memiliki sejumlah kelebihan untuk menarik investor dari Korea. Beberapa kelebihan itu antara lain, Indonesia mampu mengamankan rantai pasok dengan keberadaan sumber daya alam yang kaya. “Biaya yang cukup bersaing, serta pasar yang besar,” ujarnya. 

Hanya saja, ada beberapa tantangan. Misalnya soal ketidakpastian regulasi dan kebijakan, masalah kepercayaan, serta kurangnya infrastruktur penunjang.

Menurut Ko, salah satu kebijakan yang dinilai menyulitkan para investor adalah meningkatnya kewajiban Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Dari 40 persen menjadi 60 persen.

Ia juga menilai kebijakan relaksasi pajak kendaraan listrik, lebih menguntungkan pembuat kendaraan listrik asal China dari pada perusahaan Korea yang sudah membangun pabrik di Indonesia. 

https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?gdpr=0&client=ca-pub-4856760029410872&output=html&h=280&adk=3789469862&adf=1852762202&w=555&abgtt=9&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1751811898&num_ads=1&rafmt=1&armr=3&sem=mc&pwprc=1773395033&ad_type=text_image&format=555×280&url=https%3A%2F%2Frm.id%2Fbaca-berita%2Finternasional%2F247048%2Fsiapkan-insentif-dan-relaksasipemerintah-harap-investasi-korsel-terus-naik&fwr=0&pra=3&rh=139&rw=555&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&fa=27&uach=WyJtYWNPUyIsIjE1LjUuMCIsImFybSIsIiIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiLG51bGwsMCxudWxsLCI2NCIsW1siTm90KUE7QnJhbmQiLCI4LjAuMC4wIl0sWyJDaHJvbWl1bSIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiXSxbIkdvb2dsZSBDaHJvbWUiLCIxMzguMC43MjA0LjkzIl1dLDBd&dt=1751811859228&bpp=1&bdt=2181&idt=0&shv=r20250630&mjsv=m202507010101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3Df0fe50366a065c03%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_MYofa9c3iP1Z_o2be65hmABJyz_Jg&gpic=UID%3D00001154c1c3c7b0%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_Mb4I2dP45LMC78JziIOn3CDDPcHjg&eo_id_str=ID%3D938878cbf73d0f13%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DAA-AfjazsMpA1no2zwHtazpX6ohY&prev_fmts=0x0%2C160x400%2C360x280%2C1140x280%2C555x280%2C555x280%2C555x280%2C980x120%2C555x280%2C555x280%2C555x280%2C555x280&nras=10&correlator=4417149749428&frm=20&pv=1&u_tz=420&u_his=1&u_h=900&u_w=1440&u_ah=807&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&dmc=8&adx=150&ady=4508&biw=1440&bih=720&scr_x=0&scr_y=1634&eid=95353387%2C95362655%2C95365225%2C95365234%2C95365108%2C95359266%2C95365117%2C95365798%2C31092546&oid=2&psts=AOrYGsm3MjjM6UvNuOKM99kEjEYU4sBwdBNU1ce-gfyxGYL5LGKXYiuDbXHNL2P43hu7ldlL8N8U-woYNfPoLJfAiGDQNREBgM57u0lEpGQ1&pvsid=558301607718391&tmod=36601701&uas=3&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&fc=1408&brdim=0%2C25%2C0%2C25%2C1440%2C25%2C1440%2C807%2C1440%2C720&vis=1&rsz=%7C%7Cs%7C&abl=NS&fu=128&bc=31&bz=1&td=1&tdf=2&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=12&uci=a!c&btvi=11&fsb=1&dtd=39304

“Selain itu, masalah keuangan dalam kerja sama pembangunan pesawat tempur KF-21 menimbulkan masalah kepercayaan,” ucapnya.

Karena itu, menurut Ko, Indonesia perlu mengurangi ketidakpastian dalam investasi. Saling percaya perlu dibangun, misalnya, melalui pertemuan antara presiden dan dialog tingkat tinggi. 

“Selain konsistensi kebijakan, perlu juga komunikasi yang jelas ketika terjadi perubahan kebijakan,” kata Ko.

Lebih lanjut, investasi bisa diarahkan pada industri-industri yang berbasis teknologi. Seperti kendaraan listrik dan semikonduktor. Indonesia juga perlu menampilkan daya saingnya sebagai negara tujuan investasi yang lebih menarik ketimbang negara-negara ASEAN lainnya. 

https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?gdpr=0&client=ca-pub-4856760029410872&output=html&h=280&adk=3789469862&adf=4112873355&w=555&abgtt=9&fwrn=4&fwrnh=100&lmt=1751811899&num_ads=1&rafmt=1&armr=3&sem=mc&pwprc=1773395033&ad_type=text_image&format=555×280&url=https%3A%2F%2Frm.id%2Fbaca-berita%2Finternasional%2F247048%2Fsiapkan-insentif-dan-relaksasipemerintah-harap-investasi-korsel-terus-naik&fwr=0&pra=3&rh=139&rw=555&rpe=1&resp_fmts=3&wgl=1&fa=27&uach=WyJtYWNPUyIsIjE1LjUuMCIsImFybSIsIiIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiLG51bGwsMCxudWxsLCI2NCIsW1siTm90KUE7QnJhbmQiLCI4LjAuMC4wIl0sWyJDaHJvbWl1bSIsIjEzOC4wLjcyMDQuOTMiXSxbIkdvb2dsZSBDaHJvbWUiLCIxMzguMC43MjA0LjkzIl1dLDBd&dt=1751811859229&bpp=1&bdt=2182&idt=1&shv=r20250630&mjsv=m202507010101&ptt=9&saldr=aa&abxe=1&cookie=ID%3Df0fe50366a065c03%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_MYofa9c3iP1Z_o2be65hmABJyz_Jg&gpic=UID%3D00001154c1c3c7b0%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DALNI_Mb4I2dP45LMC78JziIOn3CDDPcHjg&eo_id_str=ID%3D938878cbf73d0f13%3AT%3D1751811859%3ART%3D1751811859%3AS%3DAA-AfjazsMpA1no2zwHtazpX6ohY&prev_fmts=0x0%2C160x400%2C360x280%2C1140x280%2C555x280%2C555x280%2C555x280%2C980x120%2C555x280%2C555x280%2C555x280%2C555x280%2C555x280&nras=11&correlator=4417149749428&frm=20&pv=1&u_tz=420&u_his=1&u_h=900&u_w=1440&u_ah=807&u_aw=1440&u_cd=30&u_sd=2&dmc=8&adx=150&ady=5007&biw=1440&bih=720&scr_x=0&scr_y=2134&eid=95353387%2C95362655%2C95365225%2C95365234%2C95365108%2C95359266%2C95365117%2C95365798%2C31092546&oid=2&psts=AOrYGsm3MjjM6UvNuOKM99kEjEYU4sBwdBNU1ce-gfyxGYL5LGKXYiuDbXHNL2P43hu7ldlL8N8U-woYNfPoLJfAiGDQNREBgM57u0lEpGQ1&pvsid=558301607718391&tmod=36601701&uas=3&nvt=1&ref=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F&fc=1408&brdim=0%2C25%2C0%2C25%2C1440%2C25%2C1440%2C807%2C1440%2C720&vis=1&rsz=%7C%7Cs%7C&abl=NS&fu=128&bc=31&bz=1&td=1&tdf=2&psd=W251bGwsbnVsbCxudWxsLDNd&nt=1&ifi=13&uci=a!d&btvi=12&fsb=1&dtd=40086

Dalam kesempatan itu, Ko menjelaskan, investasi Korea Selatan ke sejumlah negara relatif menurun setelah 2022. Karena di tahun itu Korea menerbitkan Inflation Reduction Act, yang mendorong investasi pada energi bersih, industri hijau, serta baterai dan kendaraan listrik. Tekanan Amerika Serikat (AS) ini juga mendorong investasi lebih ke arah AS.

Di saat yang sama, perusahaan Korea juga tetap perlu membuka pabrik di negara lain. Untuk menurunkan biaya produksi, melebarkan pasar serta menghindari hambatan perdagangan, dan memastikan produk bisa masuk rantai pasok.

Salah satu negara tujuan investasi sejak pertengahan 1990-an sampai 2020-an adalah Vietnam. Negara itu jadi tujuan. Karena biaya murah, kapasitas buruh, latar budaya, serta yang paling utama dukungan Pemerintah. 

“Ditambah lokasi geografis yang strategis dan kemungkinan ekspor ke AS yang lebih besar,” ujarnya.

Sumber: https://rm.id/baca-berita/internasional/247048/siapkan-insentif-dan-relaksasipemerintah-harap-investasi-korsel-terus-naik

2024  ·  Journalist Network 2024
Strengthening South Korean Investment in Indonesia’s Growing Economy

Workshop “Indonesia’s 8% Economic Growth Target: How to Attract More Korean FDI?” (FPCI-Korea Foundation)

Indonesia remains a prime destination for global investment, including significant contributions from South Korea. Over the past two years, South Korean investments in Indonesia have reached $4.9 billion (around IDR 77.8 trillion), with the government actively encouraging further growth.

Nurul Ichwan, Deputy for Investment Promotion at the Ministry of Investment/BKPM, highlighted this during a workshop hosted by the Korea Foundation and the Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) in Jakarta. The event, titled “Indonesia’s 8% Economic Growth Target: How to Attract More Korean FDI?”, discussed strategies to increase foreign investment, particularly from South Korea.

South Korea ranked as Indonesia’s seventh-largest investor in 2023 and 2024. Key opportunities for investment include renewable energy, digital economy, manufacturing, healthcare, education, and semiconductors. The Indonesian government offers tax incentives of up to 300% for companies engaging in research and development (R&D) and vocational training to attract more investors.

Professor Ko Young Kyung from Yonsei University praised Indonesia’s economic progress but noted challenges such as regulatory uncertainty and infrastructure gaps. He emphasized the need for consistent policies and improved trust-building measures to strengthen bilateral cooperation.

Indonesia has set a 2024 investment target of IDR 1,650 trillion, with 76% already realized by September. The country’s abundant natural resources, competitive costs, and large domestic market remain key draws for investors. However, addressing regulatory hurdles and improving investor confidence will be crucial for sustained growth.

2024  ·  Journalist Network 2024
Aturan Tidak Pasti Jadi Tantangan Masuknya Investor Korea Selatan ke Indonesia

Ada beberapa tantangan yang dialami pemerintah asing, terutama Korea Selatan ketika hendak berinvestasi di Indonesia. S

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nurul Ichwan (pegang mic) pada Workshop Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea dari Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia di Jakarta 9 Desember 2024/FPCI

TEMPO.CO, Jakarta – Peneliti dari Yonsei University, Ko YoungKyung mengatakan ada beberapa tantangan yang dialami pemerintah asing, terutama Korea Selatan ketika hendak berinvestasi di Indonesia. Salah satu yang menghambat adalah soal aturan yang tidak tentu. “Tiga hal yang menjadi tantangan. Pertama regulasi dan kebijakan yang tidak pasti, masalah kepercayaan, dan kurangnya infrastruktur penunjang,” kata Ko YoungKyung dalam Workshop Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea dari Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia di Jakarta awal Desember 2024. 

Ko YoungKyung mengatakan regulasi yang tidak pasti membuat para pengusaha Korea Selatan jadi tidak yakin untuk menanam investasi dalam jumlah besar dan jangka panjang ke tanah air. Salah satu kebijakan yang menurutnya cukup memyulitkan investor Korea dalam berinvestasi ke Indonesia adalah meningkatnya kewajiban Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dari 40 menjadi 60 persen. 

Ia pun menilai kebijakan relaksasi pajak kendaraan listrik lebih menguntungkan pembuat kendaraan listrik asal China dari pada perusahaan Korea yang sudah membangun pabrik di Indonesia. Belum lagi ketika ada tawaran untuk melakukan investasi ke Ibu Kota Nusantara (IKN). “Kurangnya infrastruktur di IKN jadi penghalang bagi investor Korea,” katanya. 

Korea Selatan, kata Ko YoungKyung, lebih banyak berinvestasi ke Vietnam. Salah satu perusahaan Korea yang cukup lama berinvestasi di Vietnam adalah Samsung Electronics, yaitu sejak 1996. Bahkan risetnya pun sudah dilakukan sejak 1980an.

Sebenarnya Indonesia, kata Ko YoungKyung memiliki beragam faktor untuk menarik minat perusahaan Korea Selatan menanamkan modalnya. Beberapa faktornya adalah masih banyaknya sumber daya alam di Indonesia, seperti nikel, batu bara, dan juga kayu. Ia pun meyakini biaya produksi di Indonesia sangat kompetitif. 

Ko YoungKyung pun melihat bahwa 275 juta penduduk Indonesia pun bisa memperluas pasar produk Korea Selatan. Masyarakat dengan pedapatan menengah ke atas pun semakin berkembang. Terakhir, jumlah generasi Z dan generasi milenial yang banyak ada di Indonesia mencari produk-produk yang sedang tren. 

Ko YoungKyung pun memberikan beberapa saran untuk menarik lebih banyak investor dari negeri ginseng. Pertama, pentingnya pemimpin tertinggi kedua negara membangun kepercayaan dalam dialog seperti di Presidential Summits. “Perlunya konsistensi kebijakan dan memberikan komunikasi yang jelas bila ada perubahan,” katanya. 

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nurul Ichwan menanggapi tentang isu ketidakpastian kebijakan itu. Menurutnya, salah satu alasan terjadinya ketidakkonsistenan kebijakan dan regulasi karena Indonesia masih menjadi negara berkembang. “Hal tersebut kerap terjadi di negara-negara berkembang. Sebab, kadang terjadi hal-hal baru dan belum ada aturannya,” katanya.

Dia mencontohkan penyimpanan dan penangkapan karbon yang awalnya belum diatur di Indonesia. Ketika regulasi dibuat, ada pengaruh pada aturan perundang-undangan lain seperti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas. Hal itulah yang kadang dinilai sebagai ketidakpastian kebijakan. “Kami pasti akan terus memperbaiki regulasi. Misalnya aturan terkait artificial intelligence (AI). Termasuk kejahatan dalam penggunaannya,” kata Ichwan

Menurut Ichwan, data Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM mencatat lima negara dengan investasi terbesar di Indonesia. Posisi pertama ditempati Singapura dengan nilai investasi sebesar 14,35 miliar dolar AS (sekitar Rp 228 triliun), disusul Hong Kong dengan 6,06 miliar dolar AS (Rp 96,4 triliun), China sebesar 5,78 miliar dolar AS (Rp 91,9 triliun), Amerika Serikat 2,82 miliar dolar AS (Rp44,8 triliun), dan Malaysia dengan 2,72 miliar dolar AS (Rp43,2 triliun).

Korea Selatan menempati posisi ketujuh sebagai negara asal investor terbesar bagi Indonesia pada 2023 dan 2024. Tahun lalu, investasi dari Korea Selatan mencapai 2,5 miliar dolar AS (sekitar Rp39,7 triliun). Sementara itu, sepanjang Januari hingga September 2024, nilai investasinya sudah mendekati 2,4 miliar dolar AS (sekitar Rp38,1 triliun).

Menurut Ichwan, ada banyak peluang bagi investor Korea Selatan pada sembilan sektor prioritas pemerintah saat ini. “Sembilan sektor itu adalah energi baru terbarukan, hilirisasi industri, ketahanan pangan, dan semikonduktor. Selain itu ekonomi digital dan pusat data, industri manufaktur berorientasi ekspor, kesehatan, serta pendidikan dan vokasi,” katanya.

Ichwan menyebutkan, pemerintah melakukan sejumlah upaya untuk mengundang investasi langsung (FDI) dari sejumlah negara, termasuk Korsel. Misalnya membangun sumber daya manusia yang mumpuni dan penguasaan teknologi yang sesuai. Pemerintah pun terus mendorong pelatihan vokasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Sumber: https://www.tempo.co/internasional/aturan-tidak-pasti-jadi-tantangan-masuknya-investor-korea-selatan-ke-indonesia-1187402

2024  ·  Journalist Network 2024
Perang Dagang AS dan Tiongkok, Peluang Indonesia Berperan dalam Rantai Pasok Global

Dua Mobil Listrik Hyundai Sedot Perhatian Pengunjung GIIAS Surabaya 2024(Dok.MI)

PERANG dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok dinilai dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk memainkan peran penting dalam rantai pasok global. Sebab, ada pergeseran geopolitik dan ekonomi. Indonesia, dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, berada dalam posisi strategis untuk memanfaatkan pergeseran ini. Oleh karena itu, Indonesia perlu berkolaborasi serta memperkuat kerja sama dengan negara lain. Demikian hal yang mengemuka dalam diskusi bertajuk “ Indonesia 8% Economic Growth Target : How To Attract More Korean FDI?” yang diselenggarakan oleh The Korea Foundation dan Indonesian Next Generation Journalist Network, di Jakarta, beberapa waktu lalu. 

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM  Nurul Ichwan mengatakan Indonesia mempunyai target untuk mencapai petumbuhan ekonomi 8% hingga 2029 di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Salah satu peluang yang dimiliki Indonesia selain pasar yang domestik yang besar, ialah investasi yang memiliki hubungan positif dengan pendapatan nasional atau Produk Domestik Bruto (PDB). 


Berdasarkan data dari Kementerian Investasi jumlah penanaman modal asing (PMA) atau foreign direct investment (FDI) ke Indonesia sepanjang kuarta II-2024 naik 16,6% secara tahunan atau year on year  menjadi Rp 217,3 triliun rupiah (US$ 13,35 miliar).

“Nilai investasi 2018-2023 meningkat dua kali lipat terutama di bidang manufaktur, dengan data ini terlihat industrialisasi tumbuh di Indonesia.Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah seperti hilirisasi direspons oleh investor,” papar Ichwan.


Ia juga menyebut peluang tersebut perlu diperkuat untuk mempercepat industrialisasi yakni melalui transfer teknologi. Menurut Ichwan,  akselerasi industrialisasi melalui transfer teknologi dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) masih menjadi tantangan.


“SDM menjadi permasalahan. Tanpa teknologi dan kapasitas yang mumpuni akan sulit menjadikan Indonesia sebagai salah satu rantai pasok global,” ucap dia. 
Ichwan menyampaikan Indonesia terbuka bekerja sama dengan negara manapun seperti Tiongkok, Amerika Serikat, Uni Eropa, Uni Emirat Arab dan Korea Selatan. Korea Selatan, menjadi negara investor terbesar ketujuh bagi Indonesia. Selain itu, kedua negara juga telah menjalin berbagai kerja sama strategis di sektor ekonomi.

“Korea Selatan punya sejarah dalam hal pengembangan teknologi. Kami bisa bekerja sama dengan kapasitas Indonesia dalam hal sumber daya alam, dikombinasikan dengan keuntungan kompetitif yang dimiliki Korea seperti teknologi, pasar global, investasi dan juga rantai pasok yang sudah dibangun secara global,” paparnya.


Apalagi, sambung Ichwan, produk dari Cina dilarang masuk ke Amerika Serikat. Hal ini  jadi berkah bagi Korea dan Indonesia untuk bekerja sama dengan tujuan menyediakan rantai pasok yang tidak disediakan Cina. 


“Indonesia dan Korea bisa memproduksi barang dan jasa untuk menyuplai pasar Amerika Serikat,” tukas dia. 

Kepastian kebijakan
Profesor Riset dari Yonsei University Young-kyung Ko menuturkan untuk mencapai ambisi ini Indonesia harus berkompetisi dengan Vietnam. Proyeksi pertumbuhan GDP Vietnam pada 2024-2025 di atas 6% sementara Indonesia 5%.

“Untuk melakukan transformasi ekonomi perlu ada peningkatan teknologi, modal, dan talent termasuk pendidikan,” ucapnya.


Menurut analisisnya, investasi luar negeri yang masuk ke Vietnam meningkat sangat tinggi, karena pemerintah Vietnam mendukung masuknya investasi dengan memberikan kepastian kebijakan bagi investor. Selain itu, sambung dia, letak geografis Vietnam  yang dekat dengan Cina dan Rusia menjadikan negara itu lebih mudah untuk mengamankan rantai pasok.


Sementara itu, Korea Selatan, terang Ko, memutuskan berinvestasi ke Indonesia untuk mengamankan bahan baku dalam mendorong rantai pasok global misalnya nikel, kayu, batu bara, dan pasar yang besar. Ia menjelaskan perusahaan Korea Selatan masih punya kekhawatiran berinvestasi di Indonesia karena ada beberapa tantangan seperti kehilangan kepercayaan, kurangnya infrastruktur dan kepastian kebijakan.


“Tidak hanya infrastruktur teknis seperti persetujuan pemerintah, lisensi, dan lain-lain. Tantangan-tangan ini harus diatasi,” tegasnya.

Bagaimana cara meningkatkan investasi Korea Selatan di Indonesia?

Ko menuturkan dengan mengurangi ketidakpastian seperti memperkuat kepercayaan antarpemerintah melalui dialog misalnya Summit Forum, guna memastikan kebijakan itu konsisten dilakukan.

“Hal yang terpenting Indonesia perlu memastikan, adanya komunikasi yang jelas mengurangi ketidakpastian,” imbuh dia.

Lalu, ia menilai Indonesia dan Korea perlu bersama-sama meningkatkan kapasitas teknologi untuk industri dalam menghadapi kompetisi global, seperti mengamankan rantai pasok untuk  kendaraan listrik dan semikonduktor. Indonesia dan Korea bisa saling melengkapi untuk menjadi rantai pasok global baterai .Korea punya kapasitas untuk membantu Indonesia dalam hal teknologi untuk transisi energi.

“Apa kelebihan Indonesia dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya? misalnya potensi mineral,” terang Ko. (H-3)

Sumber: https://mediaindonesia.com/ekonomi/727178/perang-dagang-as-dan-tiongkok-peluang-indonesia-berperan-dalam-rantai-pasok-global

2024  ·  Journalist Network 2024
Alasan Indonesia Jadi Pilihan Strategis bagi Investasi Korea Selatan

Indonesia harus siap bersaing dengan Vietnam untuk menjadi tujuan utama investasi asing, termasuk Korea Selatan.

Suasana gedung pencakar langit di Jakarta, Selasa (15/11/2022). Berdasarkan data Kementerian Investasi, ekonomi AS per kuartal III adalah 1,8%, sementara ekonomi Korea Selatan adalah 3,1%. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta – Indonesia semakin menjadi sorotan sebagai tujuan strategis investasi global, termasuk bagi perusahaan-perusahaan besar Korea Selatan.

Dalam sesi workshop Indonesia Korea Journalist Network (IKJN) yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation, Profesor Riset dari Yonsei University, Young-Kyung Ko, memaparkan pandangannya mengenai potensi kerja sama investasi antara kedua negara.

Menurut Profesor Ko, Indonesia memiliki sejumlah keunggulan yang tidak dimiliki oleh negara pesaing seperti Vietnam.

“Banyak CEO dan strategi perusahaan Korea Selatan bertanya kepada saya, negara mana yang lebih baik untuk investasi: Vietnam atau Indonesia?” ujar Ko kepada jurnalis peserta workshop di Hotel Le Meridien, Jakarta, Senin (9/12/2024).

“Jawaban saya adalah Indonesia, dan itu berdasarkan alasan bisnis substansial, bukan hanya diplomasi.”

Beberapa faktor utama yang membuat Indonesia menarik adalah:

1. Sumber daya manusia yang melimpah: Sementara Korea Selatan menghadapi tantangan besar akibat penurunan jumlah tenaga kerja, Indonesia menawarkan basis tenaga kerja yang besar dan kompetitif.

2. Pasar yang berkembang pesat: Konsumsi domestik Indonesia terus bertumbuh, memberikan peluang besar bagi berbagai sektor, termasuk pendidikan, ritel, dan teknologi.

3. Lokasi strategis untuk diversifikasi investasi: Banyak perusahaan Korea Selatan, seperti Alex International dan Daewoo Pharmaceutical, telah mulai memindahkan kantor regional mereka ke Indonesia sebagai bagian dari strategi diversifikasi bisnis mereka.

Sektor Potensial
Profesor Ko menyoroti beberapa sektor yang memiliki potensi besar untuk kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan:

1. Energi dan Infrastruktur

Kebutuhan global akan listrik terus meningkat, tidak hanya untuk pembangkit listrik tetapi juga untuk infrastruktur pendukung seperti jaringan pintar (smart grid), kabel transmisi, dan pusat data berbasis AI.

“Perusahaan Korea memiliki teknologi dan pabrik yang relevan, tetapi mereka ingin mendiversifikasi rencana mereka ke negara seperti Indonesia,” ujar Ko.

2. Pendidikan dan Produk Anak

Pendidikan dan produk terkait anak juga menjadi sektor yang menarik. Profesor Ko melihat peluang kerja sama untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih modern dan terintegrasi di Indonesia dengan dukungan teknologi dan inovasi dari Korea Selatan.

3. Manufaktur dan Teknologi Tinggi

Sebagai negara kaya sumber daya alam, Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang dapat dikombinasikan dengan teknologi dan manajemen Korea Selatan. Sektor seperti manufaktur berbasis energi bersih dan teknologi tinggi menjadi area yang sangat potensial.

Harus Siap Saingi Vietnam
Meski potensinya besar, ada beberapa tantangan yang perlu ditangani agar investasi Korea Selatan di Indonesia dapat berkembang maksimal. Salah satunya adalah kurangnya informasi yang langsung dan terpusat bagi para pelaku bisnis Korea Selatan.

“Di Vietnam, informasi bisnis sangat mudah diakses melalui berbagai kanal. Namun di Indonesia, banyak perusahaan merasa negara ini jauh dan sulit dipahami karena informasi tidak terstruktur dengan baik,” kata Ko.

Ia merekomendasikan pembentukan komite atau pusat informasi yang terintegrasi untuk memberikan akses langsung kepada investor Korea Selatan.

“Dengan adanya jalur komunikasi yang jelas, akan lebih banyak pemain bisnis yang tertarik untuk masuk ke pasar Indonesia,” tambahnya.

Profesor Ko juga menyebut pentingnya menciptakan proyek-proyek sukses berskala besar untuk menarik perhatian lebih banyak perusahaan Korea Selatan. Ia yakin bahwa hubungan ekonomi Indonesia dan Korea Selatan memiliki potensi besar untuk tidak hanya berkembang di pasar domestik tetapi juga untuk menargetkan pasar global seperti Amerika Serikat dan Eropa.

“Kombinasi keunggulan kompetitif Korea Selatan dengan teknologi dan keunggulan komparatif Indonesia dalam sumber daya akan menciptakan peluang besar untuk kolaborasi yang saling menguntungkan,” tutupnya.

Sumber: https://www.liputan6.com/global/read/5826935/alasan-indonesia-jadi-pilihan-strategis-bagi-investasi-korea-selatan

2024  ·  Journalist Network 2024
Regulasi dan Kepercayaan Jadi Faktor Penentu Investasi Korea Selatan di Indonesia

Indonesia dinilai memiliki potensi besar dalam tujuan investasi asing, termasuk dari Korea Selatan.

Profesor Riset Young-Kyung Ko dari Yonsei University dalam sesi *workshop* bersama jurnalis peserta Indonesia Korea Journalist Network (IKJN) yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation, Senin (9/12/2024). (Liputan6.com/Benedikta Miranti)

Liputan6.com, Jakarta – Indonesia memiliki potensi besar untuk menarik investasi langsung asing (FDI) dari Korea Selatan, terutama di sektor teknologi, energi hijau, dan industri bernilai tambah lainnya. Namun, sejumlah tantangan seperti regulasi yang tidak konsisten, infrastruktur yang belum memadai, serta kurangnya kepercayaan antara kedua negara menjadi kendala utama.

Hal ini diungkapkan oleh Profesor Riset Young-Kyung Ko dari Yonsei University.

Profesor Young-Kyung Ko menyoroti bahwa visi besar “Indonesia Emas 2045” dapat dicapai dengan melanjutkan strategi ekonomi pemerintahan Joko Widodo, termasuk reformasi ekonomi dan peningkatan investasi global.

Di bawah kepemimpinan baru, strategi ini diharapkan berkembang melalui pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), kebijakan hilirisasi, transisi digital dan hijau, serta program pengeluaran sosial.

Namun, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen, Indonesia perlu bersaing secara langsung dengan negara-negara tetangga seperti Vietnam, yang saat ini memimpin proyeksi pertumbuhan regional.

“Vietnam telah menjadi destinasi utama investasi Korea Selatan, terutama berkat dukungan pemerintah mereka yang kuat serta lokasi geografis yang strategis,” ujar Prof. Ko dalam sesi workshop bersama jurnalis peserta Indonesia Korea Journalist Network (IKJN) yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation di Hotel Le Meridien, Jakarta, Senin (9/12/2024).

Industri dengan Potensi Besar
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa dekade terakhir didorong oleh tiga faktor utama: demografi, globalisasi, dan konsumsi domestik. Namun, untuk melompat ke tingkat yang lebih tinggi, transformasi ke industri bernilai tambah tinggi menjadi sangat penting.

“Transformasi ini memerlukan peningkatan teknologi, modal, dan pengetahuan, termasuk investasi besar di bidang pendidikan,” jelasnya.

Industri seperti kendaraan listrik (EV), semikonduktor, dan energi terbarukan dinilai memiliki potensi besar untuk menjadi penggerak utama.

“Indonesia memiliki keunggulan berupa sumber daya alam yang melimpah dan pasar domestik yang besar. Namun, untuk menarik investasi Korea Selatan, diperlukan perbaikan iklim investasi dan infrastruktur yang lebih baik,” tambahnya.

Hambatan Investasi
Meskipun ada peningkatan minat dari perusahaan Korea Selatan, seperti Hyundai Motors dan Daewoong Pharmaceutical, beberapa tantangan utama tetap ada. Contohnya, perubahan regulasi mendadak pada kendaraan listrik (EV) seperti peningkatan persyaratan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) dan penundaan insentif pajak memberikan sinyal negatif bagi calon investor.

“Kepercayaan dan konsistensi kebijakan sangat penting bagi perusahaan Korea Selatan dalam membuat keputusan investasi. Kasus seperti program jet tempur KF21 yang menghadapi masalah pembagian pendanaan juga memperburuk persepsi,” kata Prof. Ko.

Untuk mendorong peningkatan investasi Korea di Indonesia, Prof. Ko menyarankan tiga langkah utama:

1. Mengurangi Ketidakpastian Investasi: Indonesia perlu membangun kepercayaan melalui dialog tingkat tinggi, fast track untuk izin investasi, dan komunikasi yang jelas terkait perubahan kebijakan.

2. Mengoptimalkan Keunggulan Indonesia: Dengan sumber daya mineral yang melimpah dan pasar yang besar, Indonesia dapat memposisikan diri sebagai pusat strategis untuk rantai pasok global, terutama di sektor EV dan energi hijau.

3. Meningkatkan Kerja Sama Strategis: Indonesia dan Korea perlu memanfaatkan kekuatan komplementer mereka. Indonesia menawarkan bahan baku dan pasar, sementara Korsel memiliki keahlian teknologi dan manufaktur.

Sektor energi juga dinilai sebagai langkah awal yang strategis.

“Permintaan energi yang terus meningkat, terutama di sektor teknologi baru seperti AI dan kendaraan listrik, menghadirkan peluang besar bagi perusahaan Korea dengan keahlian di bidang infrastruktur energi, smart grid, dan penyimpanan energi,” papar Prof. Ko.

Berbagai Kolaborasi Strategis
Beberapa contoh kolaborasi strategis telah muncul, seperti investasi Daewoong Pharmaceutical dalam membangun pusat R&D bersama Universitas Indonesia dan proyek energi terbarukan oleh LX International. Selain itu, perusahaan seperti Ecopro yang bergerak di rantai nilai baterai EV juga menunjukkan minat besar untuk berinvestasi di Indonesia.

Namun, Prof. Ko menekankan perlunya proses yang lebih sederhana dan saluran komunikasi khusus untuk menyelesaikan hambatan birokrasi.

“Jika tantangan ini dapat diatasi, lebih banyak perusahaan Korea Selatan akan tertarik untuk berinvestasi di Indonesia dalam dekade mendatang,” pungkasnya.

Dengan perbaikan regulasi, penguatan infrastruktur, dan kolaborasi strategis, Prof. Ko meniai bahwa Indonesia berpeluang menjadi mitra utama Korea Selatan dalam membangun rantai pasok global yang berkelanjutan dan kompetitif di era transformasi hijau dan digital.

Sumber: https://www.liputan6.com/global/read/5826816/regulasi-dan-kepercayaan-jadi-faktor-penentu-investasi-korea-selatan-di-indonesia?page=4

2024  ·  Journalist Network 2024
Langkah Strategis Indonesia untuk Dorong Daya Saing Industri Lewat Ekonomi Hijau

Pemerintah Indonesia gencar melakukan berbagai upaya dalam melakukan transisi energi dan mengembangkan ekonomi hijau.

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nurul Ichwan dalam sesi workshop bersama jurnalis peserta Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea (IKJN) 2024 yang diselenggarakan oleh FPCI dan Korea Foundation (KF) di Hotel Le Meridien, Jakarta, Senin (9/12/2024). (Liputan6.com/Benedikta Miranti)

Liputan6.com, Jakarta – Dalam upaya mempercepat transisi menuju ekonomi hijau dan meningkatkan daya saing industri, pemerintah Indonesia tengah mengembangkan berbagai strategi, mulai dari penerapan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture and Storage (CCS), pengembangan energi terbarukan, hingga optimalisasi industri hilirisasi.

Meski menghadapi tantangan kapasitas teknologi dan sumber daya manusia, pemerintah tetap optimistis dalam membangun fondasi transformasi ekonomi berkelanjutan selama lima tahun ke depan.

Di tengah permintaan energi yang terus meningkat, pemerintah mulai menerapkan teknologi CCS, terutama pada pembangkit listrik berbasis batu bara. Teknologi ini dirancang untuk menangkap karbon yang dihasilkan dan menyimpannya di lokasi-lokasi yang telah habis dieksploitasi, seperti sumur minyak dan gas yang sudah tidak digunakan.

“Kami telah berkonsultasi dengan Komisi Eropa di Brussel, dan mereka mengakui teknologi ini sebagai metode yang efektif untuk mengurangi emisi karbon,” ungkap Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nurul Ichwan dalam sesi workshop bersama jurnalis peserta Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea (IKJN) 2024 yang diselenggarakan oleh FPCI dan Korea Foundation (KF) di Hotel Le Meridien, Jakarta, Senin (9/12/2024).

Hal ini dinilai menjadi langkah penting untuk menjaga keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan energi nasional dan komitmen terhadap pengurangan emisi karbon.

Pengembangan Industri Hilirisasi
Selain fokus pada CCS, pemerintah juga gencar mengembangkan industri hilirisasi. Sebanyak 28 komoditas menjadi prioritas dalam roadmap hilirisasi, termasuk rumput laut yang memiliki potensi besar untuk mendukung industri farmasi dan kosmetik.

Meskipun Indonesia merupakan produsen rumput laut tropis terbesar di dunia, kualitas produk turunannya seperti karagenan masih berada pada tingkat terendah. Hal ini disebabkan keterbatasan teknologi pascapanen.

“Jika kita memiliki teknologi dan kapasitas yang memadai, produk hilir rumput laut dapat memberikan nilai tambah yang signifikan bagi industri,” ungkap Nurul.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, pemerintah mendorong kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan institusi pendidikan melalui pendekatan triple helix. Penelitian di universitas diharapkan dapat memberikan kontribusi langsung pada inovasi di industri, seperti yang telah diterapkan di negara-negara maju.

“Saat ini, banyak penelitian di universitas hanya berfokus pada akademik tanpa hubungan langsung dengan kebutuhan industri. Ke depan, kita harus membangun ekosistem riset yang didanai oleh sektor swasta untuk menciptakan inovasi yang relevan,” jelas Nurul.

Pentingnya Sinergi
Untuk mendorong peningkatan kapasitas sumber daya manusia, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan super-tax deduction. Perusahaan yang mengadakan pelatihan vokasi atau penelitian dan pengembangan (R&D) dapat menerima insentif pajak hingga 200% untuk pelatihan dan hingga 300 persen untuk R&D dari total biaya yang dikeluarkan.

“Kebijakan ini bertujuan menarik lebih banyak investasi di bidang pelatihan dan R&D, sehingga dapat menciptakan tenaga kerja yang kompeten dan inovasi yang mendukung transformasi ekonomi,” tambahnya.

Lima tahun ke depan akan menjadi periode penting untuk membangun fondasi transformasi ekonomi Indonesia. Pemerintah menekankan pentingnya sinergi antara ekonomi hijau, ekonomi biru, dan ekonomi digital yang didukung oleh pengembangan kapasitas teknologi dan inovasi.

“Kita tidak bisa mencapai tujuan ini tanpa meningkatkan kapasitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kerja sama lintas sektor menjadi kunci untuk memastikan transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” tutup dia.

Dengan langkah-langkah strategis ini, Indonesia diharapkan dapat memperkuat posisinya dalam rantai pasok global dan menciptakan ekonomi yang lebih hijau, berdaya saing, serta berkelanjutan.

Sumber: https://www.liputan6.com/global/read/5826024/langkah-strategis-indonesia-untuk-dorong-daya-saing-industri-lewat-ekonomi-hijau?page=3

2024  ·  Journalist Network 2024
Pakar dari Korsel Ungkap Strategi Jitu Tarik Investor untuk RI

Jakarta, CNN Indonesia — Pakar dari Universitas Yonsei di Korea Selatan, Young Kyung Ko, membeberkan siasat jitu menarik investor Korea Selatan untuk Indonesia.
Young mengatakan RI memiliki sumbar daya alam yang melimpah dan pasar domestik yang tak sedikit.

“Namun, untuk menarik investasi Korea Selatan diperlukan perbaikan iklim investasi dan infrastruktur yang lebih baik,” kata Young dalam diskusi yang digelar hybrid, Senin (9/12).

Pernyataan Young muncul saat dia hadir dalam workshop yang digelar Korea Foundation dan Foreign Policy of Community Indonesia (FPCI) di Hotel Le Meridien, Jakarta Pusat. Diskusi ini merupakan bagian dari program Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2024.

Dia menyarankan sejumlah langkah untuk meningkatkan investasi perusahaan Korsel di Indonesia.

Langkah pertama menurut Young, Indonesia perlu mengurangi ketidakpastian investasi dengan membangun kepercayaan melalui dialog antar kepala negara.

“Memastikan konsistensi kebijakan dan memberikan komunikasi yang jelas saat terjadi perubahan,” kata dia.

Young memandang perubahan kebijakan di Indonesia berdampak ke pelaku bisnis Korsel untuk berinvestasi di negara ini.

Langkah kedua yakni memberi keuntungan untuk industri teknologi.

Menurut dia, industri teknologi Korsel menghadapi persaingan yang cukup ketat di kancah global. Indonesia perlu menitik beratkan bidang-bidang yang disasar, akses pasar yang melimpah, skala ekonomi, hingga rantai pasokan yang aman dan stabil

Langkah ketiga yakni menunjukkan keunggulan Indonesia dibanding negara lain di ASEAN.

“Apakah Indonesia bisa berfungsi sebagai pusat strategis untuk pasar Asia dan global?” ungkap Young.

Saat ini, Vietnam menguasai blok Asia Tenggara dalam hal pertumbuhan ekonomi.

Sumber: https://www.cnnindonesia.com/internasional/20241214102426-113-1177267/pakar-dari-korsel-ungkap-strategi-jitu-tarik-investor-untuk-ri

2024  ·  Journalist Network 2024
Perwakilan RI Cerita AS Pernah Komplain Indonesia Lebih Dekat ke China

Ilustrasi bendera Indonesia di Kota Terlarang Beijing, China. (M. IRFAN ILMIE)

Jakarta, CNN Indonesia — Amerika Serikat pernah menyampaikan komplain ke Indonesia karena menganggap negara ini lebih dekat ke China, musuh bebuyutan Negeri Paman Sam.
Keluhan AS disampaikan Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nurul Ichwan saat hadir dalam diskusi yang digelar Korea Foundation dan Foreign Policy of Community Indonesia (FPCI) di Hotel Le Meridien, Jakarta Pusat, Senin (9/12).

Diskusi tersebut bagian dari program Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2024.

“Saya pernah mendapat pertanyaan dari anggota [pejabat] Gedung Putih, bilang ke saya dan komplain ke kita bahwa Indonesia terlihat sangat dekat dengan China,” kata Nurul.

Dia lalu berujar, “Karena mereka menyebut bahwa bisnis antara Indonesia semakin berkembang, semakin banyak dan signifikan dibanding wilayah lain.”

Nurul lalu menyebut Indonesia siap bekerja sama dengan negara mana pun dan menerapkan politik bebas aktif termasuk di bidang ekonomi.

Ia juga menegaskan Indonesia tak punya kecenderungan untuk dekat dengan negara tertentu.

“Kita terbuka untuk bekerja sama dengan negara mana pun ketika mereka ingin bekerja sama dengan Indonesia, ” ungkap Nurul.


Pintu Indonesia terbuka untuk Amerika Serikat, China, Rusia, Korea Selatan, Arab Saudi, Iran, dan negara apa saja.

Dalam beberapa tahun terakhir, AS bermusuhan dengan China di berbagai bidang seperti ekonomi hingga masalah geopolitik. Mereka bersaing untuk meraih pengaruh kawasan dan perang dagang.

Sumber: https://www.cnnindonesia.com/internasional/20241214162717-106-1177355/perwakilan-ri-cerita-as-pernah-komplain-indonesia-lebih-dekat-ke-china

1234
Page 3 of 4

Youtube
Twitter
Facebook
Instagram
Copyright 2021 - www.indonesia-koreajournalist.net