Diplomasi Digital dan Intimasi Indonesia-Korea Selatan

Ilustrasi relasi diplomatik Indonesia dan Korea Selatan.(SHUTTERSTOCK/DORSTEFFEN)

KOMPAS.com – Hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan, khususnya bidang kebudayaan, tak lepas dari pengaruh pengguna internet alias warganet di Tanah Air. Sebab, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 221 juta, salah satu yang terbesar di dunia. Di sisi lain, kemajuan teknologi, khususnya internet dan alat komunikasi, turut memengaruhi tata pergaulan internasional. Salah satunya dimanifestasikan dalam diplomasi digital.

Singkatnya, diplomasi digital adalah siasat baru berdiplomasi mengandalkan internet dan perangkat digital yang kini dimiliki hampir semua orang di Bumi. Humphrey Wangke, dalam bukunya Diplomasi Digital dan Kebijakan Luar Negeri Indonesia mengatakan, diplomasi digital adalah pergeseran praktik diplomatik yang menempatkan dan menekankan pada percakapan dengan penduduk asing.

Platform media sosial menjadi salah satu arena untuk membangun percakapan lintas negara itu. Nah, di sinilah diplomasi digital yang dilakukan antar-perorangan (people-to-people) terjadi.

Banyak penggemar budaya pop Korea atau K-waves alias Hallyu, mengonsumsi konten sekaligus berinteraksi dengan fandom—sebutan untuk penggemar—dari negara lain di platfom media sosial. Konsumsi konten Hallyu oleh warganet di Indonesia ini memengaruhi persepsi positif terhadap Korea Selatan. “Persepsi positif secara keseluruhan, (Korea dinilai sebagai negara dengan) kemajuan ekonomi, mitra favorit Indonesia, dan bertanggung jawab secara sosial di seluruh dunia” jelas Gangsim Eom, kandidat PhD Harvard University dan Peniliti Tamu di Universitas Indonesia.

Wanita asal Korea Selatan yang akrab disapa Simi itu hadir sebagai salah satu panelis di acara workshop Indonesian Next Generation Journalist Network yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, awal Desember lalu. Workshop ini diselenggarakan oleh Korea Foundation yang bekerja sama dengan FPCI. Senada dengan Simi, laporan dari Korean Foundation for International Cultural Exchange (KOFICE) berjudul Global Hallyu Trends 2022 menyebutkan, Indonesia memiliki 2,26 juta anggota komunitas K-Pop.

Hal itu membuat Indonesia menjadi negara kedua dengan penggemar K-Pop terbesar di Asia Tenggara. Para penggemar kerap membuat dan menjalankan komunitas mereka sendiri sesuai selebriti atau konten yang mereka sukai. Di sini, mereka juga saling bertukar informasi tentang dunia K-Pop. Mereka memainkan peran penting untuk mempromosikan kebudayaan Korea di Indonesia, baik dengan jalur online/virtual atau luring.

Sumber: https://www.kompas.com/global/read/2024/12/16/115046670/diplomasi-digital-dan-intimasi-indonesia-korea-selatan