
Jakarta, IDN Times – Talenta digital menjadi salah satu pilar penting dalam visi Indonesia Emas 2045. Sayangnya, hingga kini masih terdapat gap besar yang muncul antara kebutuhan dengan ketersediaan talenta digital di Indonesia.
Proyeksi dari Kementerian Komunikasi dan Digital (sebelumnya Kementerian Komunikasi dan Informatika, red), menyaatakan pada 2030 sebenarnya dibutuhkan 12 juta talenta digital. Namun, dari proyeksi yang ada, Indonesia di tahun tersebut hanya punya 9,3 juta talenta digital, dan gap itu harus dikejar.
“Artinya, kita perlu menyediakan lebih banyak talenta digital hingga 2030. Supaya, nantinya kita tak bergantung pada talenta, peneliti, tenaga kerja asing, di bidang digital, sehingga bisa mandiri dengan warga negara sendiri,” kata Kepala BPPTIK Komdigi, Hamdani Pratama, dalam program Indonesia-Korea Journalist Network (IKJN) yang diselenggarakan Foreign Policy Network Indonesia dan Korea Foundation, beberapa waktu lalu.
2. Gap talenta digital jauh, tapi ada perkembangan
Gap talenta digital di Indonesia memang masih jauh. Tapi, Hamdani melihat ada pergerakan yang bagus dalam perkembangan gap talenta digital di Indonesia hingga tahun ini.
“Lewat Indeks Masyarakat Digital Indonesia, ada peningkatan yang bagus. Contoh, di 2022, Indonesia ada di 37,80. Tapi, 2024 meningkat 43,34,” ujar Hamdani.
2. Proyek DTC jadi fokus
Demi mengejar kebutuhan ini, tugas pertama adalah membangun literasi digital di masyarakat umum. Hal ini menjadi penting karena infrastruktur digital di Indonesia terus berkembang, terlebih banyak kebijakan yang disiapkan demi bisa mendongkrak kualitas sumber daya manusianya.
Salah satunya adalah dengan mendidik masyarakat lewat Digital Talent Center (DTC). Nantinya, fasilitas ini akan dibangun di setiap provinsi.
Selain itu, Hamdani menyatakan perlu ada akselerasi yang dilakukan di DTC dengan melatih sekitar 438 ribu orang setiap tahunnya demi memangkas gap kebutuhan atau ketersediaan talenta digital di beberapa tahun ke depan.
“Harapannya, ini dapat meningkatkan kapasitas atau talenta digital lokal di setiap provinsi,” ujar Hamdani.
3. Kerja sama pula dengan Korea Selatan
Selain DTC, ada pula kerja sama dengan institusi seperti Korea International Cooperative Agency (KOICA). Kebetulan, Indonesia sudah menjalin kerja sama ini selama 16 tahun. Semua juga didasari atas pengalaman Korea Selatan dalam membangun talenta digitalnya, yang gelombangnya terus begitu masif dan fondasinya begitu kuat.
Dari kerja sama ini, sudah dibangun Balai Pelatihan dan Pengembangan TIK (BPPTIK) yang dibuka sejak 2011, berlokasi di Cikarang. Hingga kini, jumlah peserta yang berasal dari berbagai elemen untuk ikut dalam programnya mencapai 37 ribu.
Sumber: https://www.idntimes.com/news/indonesia/satria-permana-2/indonesia-mengejar-talenta-digital?page=all