• Home
  • Services
  • Pages
    • About 1
    • About 2
    • About 3
    • About 4
    • Our Team
    • Contact 1
    • Contact 2
    • Service 1
    • Service 2
    • Service 3
  • Portfolio
    • Column One
      • Portfolio Classic
      • Portfolio Grid
      • Portfolio Grid Overlay
      • Portfolio 3D Overlay
      • Portfolio Contain
    • Column Two
      • Portfolio Masonry
      • Portfolio Masonry Grid
      • Portfolio Coverflow
      • Portfolio Timeline Horizon
      • Portfolio Timeline Vertical
    • Column Four
      • Single Portfolio 1
      • Single Portfolio 2
      • Single Portfolio 3
      • Single Portfolio 4
      • Single Portfolio 5
    • Column Three
      • Video Grid
      • Gallery Grid
      • Gallery Masonry
      • Gallery Justified
      • Gallery Fullscreen
  • Blog
    • Blog Grid No Space
    • Blog Grid
    • Blog Masonry
    • Blog Metro No Space
    • Blog Metro
    • Blog Classic
    • Blog List
    • Blog List Circle
  • Slider
    • Column One
      • Vertical Parallax Slider
      • Animated Frame Slider
      • 3D Room Slider
      • Velo Slider
      • Popout Slider
      • Mouse Driven Carousel
    • Column Two
      • Clip Path Slider
      • Split Slick Slider
      • Fullscreen Transition Slider
      • Flip Slider
      • Horizon Slider
      • Synchronized Carousel
    • Column Three
      • Multi Layouts Slider
      • Split Carousel Slider
      • Property Clip Slider
      • Slice Slider
      • Parallax Slider
      • Zoom Slider
    • Column Four
      • Animated Slider
      • Motion Reveal Slider
      • Fade up Slider
      • Image Carousel Slider
      • Glitch Slideshow
      • Slider with other contents
  • Shop

2024

Journalist Network 2024
Saran Pakar Korsel ke Pemerintah Indonesia Saat Marak Kebocoran Data
Manajer pengembangan internasional di Korea Institute of Patent Information (KIPI) Janet Sohlhee Yu saat menyampaikan materi via zoom. (Foto: CNN Indonesia/Anisa Dewi Anggriaeni)

Jakarta, CNN Indonesia — Pakar Korea Selatan menyarankan pemerintah Indonesia meraih kepercayaan publik di tengah upaya transformasi digital dan kasus kebocoran data yang masih marak.
Ahli teknologi informasi dan komunikasi sekaligus manajer pembangunan internasional di Korea Institute of Patent Information (KIPI) Janet Sohlhee Yu membagikan strategi jitu itu.

Janet, dalam diskusi Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea, yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia dan bekerja sama dengan Korea Foundation, mengatakan semua layanan digital baik swasta maupun publik berawal dari kumpulan data.

“Kita perlu membuat setiap data dalam bentuk dan format yang akurat dalam basis data,” kata dia saat diskusi via zoom pada Jumat (11/10).

Janet juga bercerita mulanya Korsel menangani data secara manual dengan mengetik dan memasukkan ke komputer. Seiring berjalannya waktu, negara ini memiliki sistem yang lebih bisa dipercaya dan aman.

Janet lalu mencontohkan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang bersumber dari kumpulan data dan bisa dimanfaatkan dengan baik.

Dia juga menyarankan pemerintah Indonesia harus terlebih dahulu menyiapkan data yang akurat dan selaras antar pemerintah dengan format yang kompatibel disertai tingkat keamanan yang tinggi.

“Jika itu dilakukan maka saya pikir, tingkat layanan atau tingkat akurasi layanan publik akan meningkat secara otomatis,” ujar Janet.

Indonesia, menurut dia, sedang berjuang untuk membuat sistem yang terpadu terkait transformasi digital.

Jadi, saat ini Indonesia harus menghadapi masalah seperti ketidakpercayaan warga terhadap pemerintah.

“Begitu data publik dibangun dalam satu kesatuan yang jelas dan bersih, tingkat layanan akan meningkat,” imbuh Janet.

Tingkat layanan akan berdampak ke kepuasan dan kepercayaan publik terhadap pemerintah.

Kepercayaan publik ke pemerintah terkait penggunaan data sempat menjadi sorotan karena kebocoran data yang marak.

Pada September lalu misalnya, sebanyak 6 juta data Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) diduga mengalami kebocoran.

Data itu diduga diperjualbelikan dengan Harga sekitar Rp150 juta rupiah.

Di bulan yang sama, sistem Pusat Data Nasional (PDN) terkena ransomware atau modus pemerasan.

Dalam beberapa kasus, infeksi ransomware bermula dari penyerang mendapat akses ke perangkat. Seluruh sistem operasi atau file pun dienkripsi. Uang tebusan kemudian diminta dari korban.

Sumber: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20241015100313-185-1155414/saran-pakar-korsel-ke-pemerintah-indonesia-saat-marak-kebocoran-data

Journalist Network 2024
Indonesia Adopsi Digitalisasi Layanan Publik Satu Atap ala Korsel

Akhmad Fauzy

Kepala BPPTIK Kominfo RI Hamdani Pratama. Foto: Metro TV

Jakarta: Indonesia terus berupaya memodernisasi tata kelola pelayanan publik dengan menghadirkan portal digital terpadu satu atap melalui lapor.go.id. Portal ini ditetapkan sebagai Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional (SP4N) yang menjadi wadah pengaduan masyarakat secara terintegrasi.

Pengembangan lapor.go.id tidak lepas dari kemitraan Indonesia dengan Korea Selatan (Korsel). Dalam satu dekade terakhir, Korsel terbilang sukses mendigitalisasi layanan publiknya. Berdasarkan Survei e-Government PBB, Korsel konsisten berada di posisi tiga besar tata kelola pemerintahan digital terbaik.

Inovasi mal pelayanan publik pangkas durasi penyelesaian aduan

Kemantapan inovasi Korsel di sektor pelayanan publiknya dilihat Indonesia sebagai peluang kerja sama.

Manajer Pengembangan Internasional Korea Institute of Patent Information Janet Sohlhee Yu menyampaikan, dalam pengembangan sentralisasi data dan layanan publik berbasis digital, Indonesia merupakan mitra prioritas keempat Korea Selatan dari 27 negara yang berkolaborasi dalam tata kelola digital layanan publik.

“Bersama Kementerian PANRB misalnya, Korsel melalui Digital Government Cooperation Center (DGCC) turut berkontribusi dalam pengembangan portal mal pelayanan publik Indonesia. Sebelum lapor.go.id dioperasikan, butuh 15 hari untuk menuntaskan satu laporan warga. Kini cukup lima hari saja” ungkap Janet dalam diskusi bertajuk “Building Digital Bridges Strategic Partnership Between Indonesia and South Korea” yang diselenggarakan oleh Korea Foundation dan Indonesian Next Generation Journalist Network di Jakarta 10 Oktober 2024.

Sejak diimplementasikan, lapor.go.id telah terhubung dengan 34 kementerian, 34 pemerintah provinsi, serta 100 lembaga pemerintahan lainnya. Hingga Oktober 2024, portal yang dikelola oleh Kementerian PANRB, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) serta sejumlah lembaga pemerintah lainnya ini telah menerima 951.576 laporan dari masyarakat. Angka ini menjadi bukti tingginya partisipasi publik dalam upaya meningkatkan kualitas layanan pemerintahan.

Indonesia butuh 12 juta talenta digital profesional di tahun 2030

Kemitraan dengan Korsel tentu jadi katalis dalam percepatan modernisasi tata kelola layanan publik Indonesia. Tetapi untuk mengembangkan dan memperkokoh infrastruktur digitalnya, Indonesia perlu mencetak jutaan profesional melek teknologi.

Kepala BPPTIK Kominfo RI Hamdani Pratama mengatakan, Indonesia diproyeksi membutuhkan 12.092.110 talenta digital di tahun 2030. Untuk itu, pemerintah gencar mengembangkan Digital Talent Center (DTC) yang tersebar di 10 kota mulai dari Pulau Jawa, Sumatera hingga Sulawesi.

“Tujuannya jelas untuk melepas ketergantungan Indonesia dari talenta asing di bidang teknologi, sehingga kita bisa mandiri dan produktif dalam bidang ini. Oleh karena itu Kominfo tengah mengembangkan pusat pelatihan bidang teknologi informatika dengan menggandeng pemerintah daerah dan pihak asing seperti Korea Selatan,” tutur Hamdani.

Dalam hal peningkatan kompetensi digital, Indonesia dan Korsel telah mendirikan sejumlah lembaga vokasi yang fokus pada keterampilan teknologi informasi dan komunikasi. Teranyar, Korsel juga akan berinvestasi di Ibu Kota Nusantara dalam pengembangan DTC dan digitalisasi birokrasi pemerintahan.

Journalist Network 2024
Korea Selatan Gelontorkan Rp 455 Miliar untuk Proyek Digital di Asia Tenggara
Ilustrasi Artificial Intelligence(SHUTTERSTOCK/NUTTAPONG PUNNA)

JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah Korea Selatan semakin menguatkan komitmennya terhadap kemitraannya dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara, yang tergabung dalam Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Komitmen itu dibuktikan dengan kucuran dana sebesar 30 miliar dollar AS atau sekitar Rp 455 miliar (estimasi kurs Rp 15.190) untuk merealisasikan proyek Korea-ASEAN Digital Cooperation Falgship (KADIF). Dana itu dialokasikan untuk lima tahun ke depan, dimulai pada tahun 2024 ini. “Ini adalah salah satu proyek besar Korea-ASEAN,” kata Duta Besar Republik Korea untuk ASEAN, Lee Jang-Keun, dalam workshop Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea, di Jakarta beberapa waktu lalu. Workshop ini diselenggarakan oleh Korea Foundation yang bekerja sama dengan FPCI.

Ia mengatakan, proyek ini bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas warga di negara-negara kawasan Asia Tenggara, agar bisa bersaing di tengah meningkatnya perkembangan industri teknologi, termasuk kecerdasan buatan/artificial intelligence/AI yang saat ini sedang booming. Ada tiga pilar utama dalam proyek KADIF ini, yakni Foundation Building (mendirikan sekolah), HR Capacity Building (peningkatan kompetensi), dan Wider Use of AI (perluasan implementasi AI). Lewat KADIF, skill komputasi warga di kawasan Asia Tenggara diharapkan bisa semakin meningkat dan relevan. “Kami juga ingin mengembangkan dan mendirikan sekolah digital dan AI di Asia Tenggara,” kata Jang-Keun.

(kanan) Duta Besar Republik Korea untuk ASEAN, Lee Jang-Keun saat memaparkan presentasinya dalam workshop Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea, di Jakarta, Rabu (11/9/2024). (Kompas.com/Wahyunanda Kusuma)

Akan tetapi, ia tidak merinci lebih lanjut kapan sekolah ini akan mulai dibangun, di mana lokasinya, dan pihak mana saja yang akan bekerja sama untuk merealisasikannya. Ia juga berencana untuk mengadakan kompetisi AI di Asia Tenggara, di mana para kawula muda akan menjadi target peserta. “Harapannya, kami ingin negara asia tenggara lebih siap utnuk menghadapi tantangan teknologi,” pungkas Jang-Keun.

Adapun KADIF merupakan bagian dari ASEAN-ROK Cooperation Fund (AKCF). Jang-Keun mengatakan, sebagai komitmen kemitraan, Korea Selatan menggandakan kontribusinya ke AKCF menjadi 32 juta dollar AS (sekitar Rp 485 miliar) pada tahun 2027 mendatang, di bawah Korea-ASEAN Solidarity Initiative (KASI). Sebelumnya, di tahun 2022, dana yang dikucurkan mencapai 16 juta dollar AS.

Sumber: https://www.kompas.com/global/read/2024/09/24/143100870/korea-selatan-gelontorkan-rp-455-miliar-untuk-proyek-digital-di-asia

Journalist Network 2024
Mampukah Gelombang Budaya Indonesia Sepopuler K-Pop?
Joannes Ekaprasetya Tandjung, Koordinator Fungsi Ekonomi Kreatif dan Digital KBRI Seoul, memberikan presentasi dalam workshop Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea, di Jakarta, Rabu (11/9/2024).(Kompas.com/Wahyunanda Kusuma)

Dengan kerja sama ini, Joannes mengatakan bahwa di tahun 2045, Indonesia diharapkan mampu mencetak generasi unggul di bidang ekonomi kreatif. “Jadi diharapkan ini lah yang akan menjadi new wave of Indonesian Wave, bahwa I-Wave ini adalah kolaborasi bersama dengan K-Wave, enggak jalan sendiri-sendiri,” pungkas Joannes. Ia juga menekankan pentingkan ekosistem yang kuat dan dukungan dari berbagai pihak terkait, agar industri kreatif di Indonesia benar-benar mampu berkelanjutan.

Adapun SIA merupakan salah satu kampus ternama di Korea Selatan. Sebab, banyak alumni yang kini menjadi bintang papan atas Korea. Misalnya, Luhan eks EXO, Meng, Jia Miss A, Kim Ha Neul, Jo Jung Suk, Lee Sung Min Super Junior, dan Cha Tae Hyun, pernah tercatat sebagai mahasiswa di sana. Artikel ini ditulis oleh jurnalis Kompas.com, Wahyunanda Kusuma Pertiwi, sebagai peserta Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea 2024, yaitu program fellowship kerja sama Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI).

Salah satu strategi yang saat ini sedang diupayakan adalah menjalin kerja sama dengan pemerintah Korea Selatan. “Kami ingin Indonesia dan Korea untuk bekerja sama, agar tercapai Indonesian Wave seperti Korean Wave yang menggema di dunia,” jelas pria yang akrab disapa Jet itu. Salah satu kerja samanya adalah di sektor pendidikan. Menurut Joannes, pendidikan menjadi salah satu hal yang fundamental di industri K-Pop. Ia menceritakan bahwa untuk menjadi artis yang populer di Korea Selatan, umumnya melewati proses pendidikan. Banyak bintang K-Pop jebolan universitas atau lembaga pendidikan setingkat yang fokus dalam bidang seni dan hiburan. Bukan cuma pendidikan formal, sebelum diperkenalkan ke publik atau dikenal dengan istilah “debut”, calon bintang K-Pop juga biasanya melewati masa pelatihan atau disebut training.

Oleh karena itu, lanjut Joannes, Indonesia menggandeng beberapa kampus di Korea Selatan untuk mengembangkan industri kreatif. Salah satunya adalah meneken nota kesepahaman dengan Seoul Institute of the Arts (SIA). Ada beberapa kampus di Indonesia yang telah bekerja sama dengan SIA, seperti Universitas Bina Nusantara (Binus), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Dengan kerja sama ini, Joannes mengatakan bahwa di tahun 2045, Indonesia diharapkan mampu mencetak generasi unggul di bidang ekonomi kreatif. “Jadi diharapkan ini lah yang akan menjadi new wave of Indonesian Wave, bahwa I-Wave ini adalah kolaborasi bersama dengan K-Wave, enggak jalan sendiri-sendiri,” pungkas Joannes. Ia juga menekankan pentingkan ekosistem yang kuat dan dukungan dari berbagai pihak terkait, agar industri kreatif di Indonesia benar-benar mampu berkelanjutan.

Adapun SIA merupakan salah satu kampus ternama di Korea Selatan. Sebab, banyak alumni yang kini menjadi bintang papan atas Korea. Misalnya, Luhan eks EXO, Meng, Jia Miss A, Kim Ha Neul, Jo Jung Suk, Lee Sung Min Super Junior, dan Cha Tae Hyun, pernah tercatat sebagai mahasiswa di sana.

Journalist Network 2024
Korsel-ASEAN Perkuat Kolaborasi Budaya, Optimis Bangun ‘Indonesian Wave’
Seorang asisten galeri melihat instalasi K-pop selama tampilan pers pameran “Hallyu! The Korean Wave” di V&A, London, Inggris, Selasa (21/9/2022). Foto: Tom Nicholson/Reuters

Korea Selatan terus memperkuat kolaborasi budaya dengan negara-negara ASEAN melalui ASEAN-Korea Cooperation Fund (AKCF).

Dana ini telah menjadi fondasi bagi berbagai inisiatif budaya, mulai dari festival musik hingga program inkubator film. Tak hanya meningkatkan interaksi budaya, proyek-proyek tersebut juga mendorong pariwisata dan potensi ekonomi kreatif di kawasan.

Pencapaian kolaborasi itu diungkapkan oleh Duta Besar Korea Selatan untuk ASEAN, Lee Jang-keun, dalam diskusi ‘ASEAN-Korea: Menavigasi Masa Depan Hubungan di Bawah Kemitraan Strategis Komprehensif’ yang diadakan oleh Korea Foundation bersama FPCI di The Westin Jakarta Selatan, Selasa (10/9).

Dalam pemaparannya, Lee menekankan bahwa AKCF berperan penting dalam mempertemukan seniman dan kreator dari seluruh ASEAN, menjadikan Korea sebagai pusat konektivitas budaya di Asia.

Duta Besar Korea Selatan untuk ASEAN , Lee Jang-keun, dalam Diskusi Hubungan ASEAN-Korea di The Westin, Jakarta Selatan, Selasa (10/9/2024). Foto: Tiara Hasna/kumparan

Selain memfasilitasi kolaborasi lintas negara, AKCF juga menjadi sarana efektif untuk memperkenalkan budaya Korea melalui festival-festival seperti ASEAN-Korea Music Festival dan program-program seperti K-Connect.

“Kami mengumpulkan semua artis dari negara ASEAN bersama, tampil, menunjukkan kemampuan mereka, dan menjadi teman,” jelasnya.

Potensi ‘Indonesian Wave’ yang Bisa Menandingi ‘Korean Wave’

Koordinator ASEAN bidang Intra dan Ekstra Regional di Pusat Kebijakan Strategis Asia Pasifik dan Afrika Kemlu RI, Joannes Ekaprasetya Tandjung, dalam Diskusi Hubungan ASEAN-Korea di The Westin, Jakarta Selatan, Selasa (10/9/2024). Foto: Tiara Hasna/kumparan

Koordinator ASEAN bidang Intra dan Ekstra Regional di Pusat Kebijakan Strategis Asia Pasifik dan Afrika Kemlu RI, Joannes Ekaprasetya Tandjung, optimis ada potensi besar bagi ‘Indonesian Wave’ untuk menyaingi popularitas ‘Korean Wave’ dengan strategi yang tepat dan dukungan dari para pemangku kepentingan yang berkompeten.

“Absolutely, dengan strategi yang tepat, orang yang tepat, dan pejabat yang tepat,” ujar Joannes.

Menurutnya, kerja sama budaya yang erat antara Indonesia dan Korea telah membuahkan hasil nyata.

Sebagai contoh, saat Indonesia dan Korea Selatan merayakan 50 tahun hubungan diplomatik, kedua negara menunjuk ikon industri kreatif mereka sebagai perwakilan: Dita Karang dari Indonesia dan Siwon Choi dari grup K-pop Super Junior dari Korea.

UNICEF East Asia & Pacific Regional Ambassador, Choi Siwon, menyampaikan pidatonya pada hari kedua ASEAN Business Investment Summit (ABIS) 2023 yang merupakan rangkaian KTT ASEAN, di Jakarta, Senin (4/9/2023). Foto: Zabur Karuru/ANTARA FOTO

Kolaborasi Pendidikan dalam Industri Kreatif
Untuk mendorong potensi industri kreatif Indonesia lebih jauh, Joannes menyebutkan pentingnya kolaborasi pendidikan antara Indonesia dan Korea.

Menurutnya, pendidikan formal untuk membentuk seniman dan entertainer yang profesional sangatlah penting, sebagaimana yang dilakukan oleh Korea dengan Seoul Institute of the Arts.

Mahasiswa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) menyelesaikan pembuatan mural di kolong Jembatan Pegangsaan, Menteng, Jakarta, Selasa (26/1). Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO

“Korea dapat menopang diri mereka sendiri sebagai seniman karena mereka melalui proses pendidikan,” katanya.

“Di Indonesia, kami juga ingin menyiapkan generasi unggul di bidang Ekonomi Kreatif pada 2045,” tuturnya bersemangat.

Eks Koordinator Fungsi Ekonomi Kreatif dan Digital KBRI Seoul itu bercerita, saat menjabat di Seoul, ia menyaksikan penandatanganan Nota Kesepahaman (MOU) antara Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan Seoul Institute of the Arts.

“Saya bisa memastikan itu, karena kami ingin mencapai generasi unggul dalam bidang Ekonomi Kreatif,” tambahnya.

Dorong Peningkatan Jumlah Turis Melalui Kegiatan Budaya

Ilustrasi turis belanja di Korea Selatan. Foto: Travel man/Shutterstock

Terkait industri kreatif, Duta Besar Lee mengatakan upaya kolaboratif seperti ini tidak hanya menguatkan hubungan budaya antara ASEAN dan Korea, tapi juga berdampak signifikan pada sektor pariwisata.

“Jumlah turis Korea yang datang ke ASEAN telah meningkat hampir 100 kali lipat sejak 1989, dari sekitar 103.727 orang menjadi lebih dari 10 juta pada tahun 2019,” ungkapnya.

Sumber: https://kumparan.com/kumparannews/korsel-asean-perkuat-kolaborasi-budaya-optimis-bangun-indonesian-wave-23UwUTnTcMM/full

Journalist Network 2024
Kompleks Pemerintah Ibu Kota Baru Korsel Punya Taman Rooftop Terluas di Dunia
Rooftop Garden Sejong City. Foto: Dok. gbmo.go.kr

Dalam proses pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Indonesia perlu belajar dari keberhasilan negara lain, termasuk Korea Selatan.

Sejong yang dibangun sebagai pusat pemerintahan baru Korea Selatan memiliki salah satu daya tarik utama yang unik—kompleks taman rooftop terluas di dunia, yang menghubungkan 15 gedung kementerian. Konsep ini diakui oleh Guinness World Records dan berhasil menarik perhatian banyak pihak.

Menurut Eks Koordinator Fungsi Ekonomi Kreatif dan Digital KBRI Seoul, Joannes Ekaprasetya Tandjung, konsep inovatif seperti ini dapat menjadi inspirasi bagi pembangunan IKN Nusantara.

Joannes menggarisbawahi pentingnya membuat IKN lebih dari sekadar pusat pemerintahan yang formal, tapi juga sebagai kota dengan daya tarik tambahan bagi penduduk dan pengunjung.

“Saya bisa bilang kalau Sejong itu punya daya tarik, bagaimana mereka mengkoneksikan gedung-gedung kementerian melalui taman rooftop yang luas,” ungkapnya dalam diskusi ‘ASEAN-Korea: Menavigasi Masa Depan Hubungan di Bawah Kemitraan Strategis Komprehensif’ yang diselenggarakan Korea Foundation bersama FPCI di The Westin Jakarta Selatan, Selasa (10/9).

Koordinator ASEAN bidang Intra dan Ekstra Regional di Pusat Kebijakan Strategis Asia Pasifik dan Afrika Kemlu RI, Joannes Ekaprasetya Tandjung, dalam Diskusi Hubungan ASEAN-Korea di The Westin, Jakarta Selatan, Selasa (10/9/2024). Foto: Tiara Hasna/kumparan

Sejong berhasil mengintegrasikan gedung-gedung kementerian dengan rooftop yang tidak hanya berfungsi sebagai penghubung antar-gedung, tetapi juga dilengkapi dengan taman dan panel surya.

Atap ini memungkinkan mobilitas yang mudah antara gedung tanpa harus turun ke lobi masing-masing gedung, menciptakan efisiensi dan kenyamanan bagi pegawai dan warga yang ingin berkunjung.

Rooftop Garden Sejong City. Foto: Dok. gbmo.go.kr

Dikutip dari situs resmi pemerintah Korea Selatan, taman atap Kompleks Pemerintah Sejong merupakan taman atap terbesar di dunia dengan total panjang sekitar 3,6 km dan luas 79 ribu meter persegi, setara dengan luas 11 lapangan sepak bola jika digabungkan.

Selain itu, inovasi ini tidak hanya bermanfaat bagi estetika atau daya tarik semata, tetapi juga untuk keberlanjutan lingkungan. Atap gedung di Sejong dilengkapi dengan panel surya yang memberikan kontribusi pada penggunaan energi terbarukan.

Taman ini diisi 187 spesies tanaman berbeda dan total 1,08 juta tanaman. Terdapat taman herba, taman obat, pohon buah dan beri, serta terowongan tanaman merambat. Spesies pohon musiman menampilkan pemandangan yang berbeda sepanjang keempat musim.

Rooftop Garden Sejong City. Foto: Dok. gbmo.go.kr

Atraksi lainnya di kompleks pemerintahan itu adalah observatorium yang menghadap ke Taman Danau Sejong dan Arsip Kepresidenan, hingga bendera Korea raksasa yang terbuat dari kembang sepatu mugunghwa.

Inovasi taman atap ini pun dapat menghemat biaya energi pendinginan dan pemanasan tahunan sebesar 1,4 miliar won.

Joannes bercerita, banyak koleganya yang bekerja di Sejong kerap pulang ke Seoul atau Busan pada akhir pekan karena keluarga mereka tinggal di sana. Jarak dari Sejong ke Seoul hanya tiga jam menggunakan kereta.

Menurutnya, hal ini perlu menjadi pertimbangan pemerintah Indonesia dalam merancang IKN, di mana fasilitas dan daya tarik kota perlu lebih diperkuat untuk mendorong penduduk betah tinggal di sana secara permanen.

Sumber: https://kumparan.com/kumparannews/kompleks-pemerintah-ibu-kota-baru-korsel-punya-taman-rooftop-terluas-di-dunia-23UvltS3isZ/full

Journalist Network 2024
Ini Alasan Mengapa Banyak Warga Hingga Idol K-pop Datang ke RI

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia

Foto: BTS Pop Up Store di Metro Gancit. (CNBC Indonesia/Rindi Salsabila)

Jakarta, CNBC Indonesia – Dalam beberapa tahun terakhir, banyak warga Korea Selatan (Korsel) yang berkunjung ke negara-negara ASEAN, termasuk RI. Tidak hanya warga biasa, idol K-pop hingga aktor-aktris Negeri Ginseng pun sering datang ke Indonesia, baik untuk bekerja atau hanya sekadar berlibur.

Duta Besar Misi Republik Korea untuk ASEAN, Lee Jang Keun, mengatakan alasan sederhana mengapa banyak warga Korsel yang berkunjung ke Indonesia dan negara ASEAN lain lantaran adanya kedekatan geografis dan budaya.

“Saya pikir jawaban yang sangat sederhana adalah kedekatan. Kedekatan geografis antara Korea dan ASEAN, dan juga kedekatan dalam budaya juga,” kata Lee dalam diskusi ‘ASEAN-Korea: Menavigasi Masa Depan Hubungan di Bawah Kemitraan Strategis Komprehensif’ yang digelar oleh Korea Foundation di Jakarta Selatan, Selasa (10/9/2024).

Lee bercerita bahwa dirinya telah berada di Eropa, Amerika Serikat, dan beberapa negara lain. Namun ia menyadari bahwa Korsel memiliki kedekatan tersendiri dengan Asia Tenggara.

“Saya menyadari bahwa Korea Selatan dan Asia Tenggara benar-benar dekat, banyak penerbangan langsung dari Seoul ke negara-negara Asia Tenggara,” jelasnya. “Kami juga berbagi banyak aspek budaya.”

Lee juga menyebut dirinya menemukan ada banyak tujuan wisata yang baik dan indah di sebagian besar negara ASEAN, termasuk di Indonesia.

“Indonesia adalah negara yang benar-benar indah. Begitu banyak atraksi dan lokasi sangat alami,” tambahnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023, pelancong asal Korea Selatan yang datang ke Indonesia ada sekitar 347.185 orang.

Sementara itu, menurut data Korea Tourism Organization (KTO), Indonesia telah menyumbang sekitar 250 ribu wisatawan ke Korea Selatan pada tahun 2023. Jumlah tersebut hampir lima kali lebih banyak dari tahun sebelumnya yang hanya sekitar 57 ribu wisatawan.

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20240912162000-33-571427/ini-alasan-mengapa-banyak-warga-hingga-idol-k-pop-datang-ke-ri

Journalist Network 2024
Korsel Buka-bukaan soal Hubungan Militer Korut-Rusia, Bikin Ngeri

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia

Foto: (via REUTERS/RUSSIAN DEFENCE MINISTRY)

Jakarta, CNBC Indonesia – Hubungan Korea Utara (Korut) dan Rusia disebut semakin kuat. Duta Besar Misi Republik Korea untuk ASEAN, Lee Jang Keun, mengatakan hal ini membuat was-was Korea Selatan (Korsel).

“Soal Korea Utara dan Rusia, kami sangat khawatir dengan invasi Rusia terhadap perdagangan (dengan Korut),” kata Lee dalam diskusi ‘ASEAN-Korea: Menavigasi Masa Depan Hubungan di Bawah Kemitraan Strategis Komprehensif’ yang digelar oleh Korea Foundation di Jakarta Selatan, Selasa (10/9/2024).

Menurut Lee, hubungan Pyongyang dan Moskow bertentangan dengan prinsip-prinsip internasional. Ia menyebut Rusia telah menghasut dan mendukung apapun yang dilakukan Korut.

Melihat ke belakang, Lee menyebut dalam Perang Korea pada tahun 1950, Korut tidak melakukannya sendirian. Pyongyang mendapat dukungan negara-negara komunis lainnya, yang saat itu masih bernama Uni Soviet.

“Jadi sekarang, setelah 75 tahun, pemimpin Korea Utara (Kim Jong Un) secara terbuka berkolaborasi dengan pemimpin otoriter Rusia Vladimir Putin. Mereka melakukan kolaborasi militer secara terbuka,” paparnya.

Padahal, kata Lee, kerja sama militer dengan Korea Utara telah dilarang oleh resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

“Jadi kami sangat khawatir Rusia agak menguatkan kesetiaan Korea Utara. Keduanya telah terbuka berkolaborasi setelah kedua pemimpin bertemu di Vladivostok,” aku Lee.

“Pemimpin Korea Utara dan retorika perdamaian serta perilaku mereka menjadi jauh lebih agresif setelah pertemuan tersebut,” tambahnya.

Sebagai informasi, Kim dan Putin pertama kali bertemu di Vladivostok, Rusia pada April 2019. Pertemuan perdana keduanya digelar secara empat mata dan dilaporkan membahas banyak hal, salah satunya penanganan di Semenjung Korea hingga hubungan bilateral dan oenguatan ekonomi antara kedua negara.

Beberapa tahun kemudian, giliran Putin yang menyambangi Kim di Pyongyang pada 18 Juni 2024. Ini merupakan kunjungan pertama Putin di Korut dalam 24 tahun terakhir.

Dalam pertemuan tersebut, keduanya menyepakati untuk mengembangkan hubungan Korut-Rusia, yang telah menjadi sebuah benteng strategis untuk menjaga keadilan, perdamaian, serta keamanan internasional dan mesin untuk mempercepat pembangunan dunia multi-kutub baru.

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20240911182407-4-571129/korsel-buka-bukaan-soal-hubungan-militer-korut-rusia-bikin-ngeri

Journalist Network 2024
RI Disebut Bisa Jadi “Juru Selamat” Korsel vs Korut

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia.

Foto: Tentara Korea Selatan mengikuti latihan militer di Paju, dekat perbatasan dengan Korea Utara, Rabu, 6 Maret 2024. (AP/Ahn Young-joon)

Jakarta, CNBC Indonesia – Negara-negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia, disebut dapat menjadi jembatan yang dapat menghentikan konflik antara Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut).
Negara-negara ASEAN sendiri terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, Kamboja, dan Timor Leste yang baru bergabung pada 2022.

Duta Besar Misi Republik Korea untuk ASEAN, Lee Jang Keun mengatakan ASEAN memiliki peluang dan peran dalam denuklirisasi Pyongyang dan situasi di negara yang tertutup tersebut.

“Saya pikir ASEAN mungkin satu-satunya kawasan dan satu-satunya kelompok negara yang dapat memberikan dampak yang berarti pada Korea Utara,” kata Lee dalam diskusi ‘ASEAN-Korea: Menavigasi Masa Depan Hubungan di Bawah Kemitraan Strategis Komprehensif’ yang digelar oleh Foreign Policy of Community Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation (KF) di Jakarta Selatan dikutip Rabu (11/9/2024).

Menurut Lee, negara-negara anggota ASEAN, kecuali Malaysia, telah memiliki hubungan diplomatik dengan Korut. Selain itu, Korut juga memiliki kedutaan besar di banyak negara ASEAN.

“Jadi itu berarti negara-negara ASEAN dapat memainkan peran penting dalam menjembatani, memediasi,” ungkap Lee.

“Saya tetap percaya bahwa (ini akan berhasil jika negara-negara ASEAN) terus-menerus mengirim pesan kepada mereka (Korut) untuk berhenti (menggunakan nuklir) dan kembali ke dialog,” tambahnya.

Lee sendiri menyebut pemerintahan Kim Jong Un seharusnya mengurus rakyatnya terlebih dahulu, bukan malah rezimnya.

“Saya merasa sangat kasihan ketika memikirkan warga Korea Utara. Mereka tidak memiliki kebebasan seperti Anda (warga negara-negara ASEAN),” pungkasnya.

Belum lama ini Presiden Korut Kim Jong Un mengatakan negaranya tengah membangun kekuatan untuk menambah senjata nuklirnya. Hal ini dilakukannya untuk menjamin keamanan negaranya.

Rencana memperbanyak senjata nuklir juga terjadi lantaran Korut sedang menghadapi ancaman serius dari blok Barat pengguna nuklir yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS).

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20240911171542-4-571097/ri-disebut-bisa-jadi-juru-selamat-korsel-vs-korut

Journalist Network 2024
Belajar dari Korea, Indonesian-Wave perlu andalkan ekonomi kreatif
Koordinator Urusan ASEAN, Intra dan Ekstra Regional, Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri RI, Joannes Ekaprasetya Tandjung (kiri) dan Duta Besar Republik Korea untuk ASEAN Lee Jang-keun (kanan) dalam lokakarya “Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea” yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia bersama Korea Foundation di Jakarta, Selasa (10/09/2024). (ANTARA/Suwanti)

Jakarta (ANTARA) – Indonesia, dengan budaya dan tradisi yang melimpah, perlu mengandalkan ekonomi kreatif sebagai modal diplomasi lunak lewat Indonesian-Wave (I-Wave), sebagaimana Korea Selatan melakukannya melalui Korean-Wave (K-Wave/Hallyu).

Hal itu ditekankan oleh Joannes Ekaprasetya Tandjung, Koordinator Urusan ASEAN, Intra dan Ekstra Regional, Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta, Selasa.

“Untuk mencapai 2045 (satu abad usia RI), akankah kita masih bergantung pada batu bara dan bahan bakar fosil (dalam perdagangan)? Atau akan kah kita memperdalam hubungan dengan negara lain atas dasar pendidikan, kebudayaan, dan kreativitas?” kata dia.

Joannes, yang sempat menjabat Koordinator Fungsi Ekonomi Kreatif dan Digital di KBRI Seoul, optimistis bahwa Gelombang Indonesia juga mampu menjadi sebesar K-Wave.

“Asal dilakukan dengan strategi yang tepat, orang-orang dan pejabat pemerintahan yang tepat. Karena saya perlu mengakui, kita tidak akan bisa bekerja di sektor kreatif dan digital jika tidak mempunyai passion,” kata Joannes.

Mengutip laman resmi promosi kebudayaan Korea, istilah K-Wave muncul sejak akhir 1990-an, ketika siaran drama televisi Korea “What Is Love” menjadi sangat populer di tengah masyarakat China.

Awal 2000-an, gelombang drama Korea melanda negara Asia Timur lainnya, Jepang. Hingga hari ini, hampir tiga dekade berikutnya, gelombang tersebut terus menjangkau berbagai belahan di dunia, tidak terkecuali Indonesia.

Menurut Joannes, dalam lokakarya “Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea” yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia bersama Korea Foundation tersebut, karena hal itulah Indonesia harus bekerja sama dengan Korea, yang sukses menyebarkan karya kreatifnya ke dunia luar, bukan hanya drama televisi, namun juga musik, budaya, dan kuliner.

Salah satu jalan kolaborasi yang ditempuh adalah melalui pendidikan, yakni antar-universitas. Hal itu demi mencontoh praktik terbaik bahwa pekerja seni di Korea biasanya melalui proses pendidikan tinggi formal.

“Ada sejumlah universitas, atau lembaga pendidikan tinggi setara, yang fokus melahirkan pekerja seni yang matang, … salah satunya Seoul Institute of the Arts, yang terletak di Ansan. … MoU sekarang sudah ditandatangani antara Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dengan Seoul Institute of the Arts (SIA),” ungkap Joannes.

Sumber: https://www.antaranews.com/berita/4323735/belajar-dari-korea-indonesian-wave-perlu-andalkan-ekonomi-kreatif?utm_source=antaranews&utm_medium=mobile&utm_campaign=latest_category

https://www.antaranews.com/berita/4323735/belajar-dari-korea-indonesian-wave-perlu-andalkan-ekonomi-kreatif?utm_source=antaranews&utm_medium=mobile&utm_campaign=latest_category
« First‹ Previous567891011Next ›
Page 9 of 11

Youtube
Twitter
Facebook
Instagram
Copyright 2021 - www.indonesia-koreajournalist.net