
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi RI. (SHUTTERSTOCK)
JAKARTA, KOMPAS.com – Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 8 persen dalam lima tahun masa pemerintahannya. Kendati demikian, target ini akan menghadapi berbagai tantangan, salah satunya Vietnam yang kini menjadi daya tarik bagi investor. “Mencapai pertumbuhan ambisius 8 persen ini akan menghadapi tantangan secara langsung, mungkin dengan Vietnam untuk investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI), kata Dr. Ko Young-Kyung, Researcher Professor of ASEAN Center, Asiatic Research Institute, Korea University.
Dalam workshop Indonesian Next Generation Journalist Network yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bekerja sama dengan Korea Foundation di Jakarta, awal Desember lalu, Ko Young-Kyung menjelaskan Vietnam diproyeksi menjadi negara dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan tertinggi di Asia Tenggara dalam satu dekade ke depan. Menurut laporan Angsana Council, Bain & Company, dan DBS Bank berjudul ‘Navigating High Winds: Southeast Asia Outlook 2024 – 34’, PDB Vietnam diproyeksi akan tumbuh 6,6 persen dalam 10 tahun mendatang.
Sementara Indonesia, ada di peringkat ketiga dengan estimasi pertumbuhan 5,7 persen untuk periode yang sama, tepat berada di bawah Filipina dengan prediksi pertumbuhan 6,1 persen.

Proyeksi pertumbuhan PDB negara-negara di Asia Tenggara tahun 2024-2034 berdasarkan laporan dari Angsana Council, Bain & Company, dan DBS Bank. (Angsana Council, Bain & Company, dan DBS Bank. )
Ekonomi Vietnam yang berorientasi pada ekspor, dinilai memiliki posisi strategis bagi perusahaan yang menangkap peluang “China+1”, yakni perusahaan yang ingin mengurangi ketergantungan pada China. Baca juga: Beda dari RI, Vietnam Malah Turunkan PPN dari 10 Persen ke 8 Persen Mereka mengalihkan atau melakukan diversifikasi operasional dengan membuka sebagian produksi atau investasi ke negara lain di luar China. Ekosistem domestik juga mendorong pesaingan antar-provinsi yang sehat dan menumbuhkan tenaga kerja yang kuat. Menurut laporan Bain & Company, kombinasi tersebut membuat Vietnam menjadi daya tarik baru bagi investor asing yang kemudian mampu menggenjot ekonomi negara tersebut. Meskipun Indonesia berada di bawah Vietnam, namun dinilai masih memiliki potensi kuat. Sebab, Indonesia masih memiliki sumber daya, populasi, dan tenaga kerja yang terus bertambah, serta ekosistem kewirausahaan dan inovasi yang berkembang pesat.
Hanya saja, laporan ini menyebut Indonesia perlu meningkatkan Market Value Added (MVA), agar tidak sekadar mengandalkan komoditas, namun juga berupaya menjaga ekonomi tetap terbuka dan kompetitif.
Ketidakpastian kebijakan jadi ganjalan
Ko Young-Kyung menjelaskan ada beberapa tantangan yang perlu dicari jalan keluarnya agar investasi langsung asing ke Indonesia terus mengalir, terutama dari investor Korea Selatan. Tantangan pertama adalah regulasi dan ketidakpastian kebijakan dari pemerintah Indonesia. “(Contoh ketidakpastian) Hyundai Motors harus menghadapi perubahan regulasi soal penetapan TKDN yang semula 40 persen, kini naik jadi 60 persen,” kata Ko Young-Kyung.
Ia melanjutkan, pabrikan mobil listrik ini juga harus menghadapi kebijakan yang terus berubah. Salah satunya soal insentif yang dinilai menguntungkan investor China. Ko YoungKyung tidak merinci insentif apa yang dimaksud. Akan tetapi, tahun ini, pemerintah memang memberikan insentif untuk mobil listrik CBU (Completely Build Up/mobil yang diimpor dalam kondisi sudah siap pakai) dan CKD (completely Knock Down/mobil yang diimpor dalam bentuk komponen dan dirakit di Indonesia). Sebelumnya, insentif hanya bisa didapatkan oleh pabrikan mobil listrik yang memproduksi unitnya di dalam negeri dengan TKDN minimal 40 persen, seperti yang sudah dilakukan Hyundai, pabrikan kendaraan listrik asal Korea Selatan. Nah, perubahan aturan ini dinilai membuka keran pabrikan lain, terutama asal China untuk mengimpor unit mereka di Indonesia tanpa harus membangun fasilitas terlebih dahulu untuk memenuhi TKDN, seperti yang dilakukan Hyundai.