• Home
  • Services
  • Pages
    • About 1
    • About 2
    • About 3
    • About 4
    • Our Team
    • Contact 1
    • Contact 2
    • Service 1
    • Service 2
    • Service 3
  • Portfolio
    • Column One
      • Portfolio Classic
      • Portfolio Grid
      • Portfolio Grid Overlay
      • Portfolio 3D Overlay
      • Portfolio Contain
    • Column Two
      • Portfolio Masonry
      • Portfolio Masonry Grid
      • Portfolio Coverflow
      • Portfolio Timeline Horizon
      • Portfolio Timeline Vertical
    • Column Four
      • Single Portfolio 1
      • Single Portfolio 2
      • Single Portfolio 3
      • Single Portfolio 4
      • Single Portfolio 5
    • Column Three
      • Video Grid
      • Gallery Grid
      • Gallery Masonry
      • Gallery Justified
      • Gallery Fullscreen
  • Blog
    • Blog Grid No Space
    • Blog Grid
    • Blog Masonry
    • Blog Metro No Space
    • Blog Metro
    • Blog Classic
    • Blog List
    • Blog List Circle
  • Slider
    • Column One
      • Vertical Parallax Slider
      • Animated Frame Slider
      • 3D Room Slider
      • Velo Slider
      • Popout Slider
      • Mouse Driven Carousel
    • Column Two
      • Clip Path Slider
      • Split Slick Slider
      • Fullscreen Transition Slider
      • Flip Slider
      • Horizon Slider
      • Synchronized Carousel
    • Column Three
      • Multi Layouts Slider
      • Split Carousel Slider
      • Property Clip Slider
      • Slice Slider
      • Parallax Slider
      • Zoom Slider
    • Column Four
      • Animated Slider
      • Motion Reveal Slider
      • Fade up Slider
      • Image Carousel Slider
      • Glitch Slideshow
      • Slider with other contents
  • Shop

Journalist Network 2023

Journalist Network 2023
Korea University soal Mitra Dagang: Indonesia Lebih Stabil Dibanding Vietnam

Presiden Indonesia Joko Widodo berjabat tangan dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol di Kantor Kepresidenan di Seoul, Korea Selatan, Kamis (28/7/2022). Foto: Yonhap via REUTERS

Hubungan diplomasi Indonesia dengan Korea Selatan telah menginjak 50 tahun sejak 1973. Pada 2017, pemerintahan Presiden Jokowi berhasil menandatangani Special Strategic Partnership dan implementasi Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) telah dilakukan tepat pada tahun emas hubungan keduanya. 

Meski demikian, di antara negara-negara ASEAN, Indonesia masih tertinggal dengan Vietnam sebagai mitra dagang terbesar. Hal itu disampaikan oleh Professor of Political Science and International Relations, Hae Hyeok Shin, dari Korea University.

“Hal yang mesti sekarang diperhatikan adalah Korea saat ini lebih berkonsentrasi pada hubungan diplomatiknya dengan Vietnam,” ujarnya dalam pemaparan virtual di Gedung FPCI, Rabu (2/8).

Korea Selatan dan Vietnam berhasil meningkatkan hubungan diplomatik mereka yang setingkat dengan Indonesia saat ini dalam usia hubungannya baru menginjak 30 tahun. Bahkan, Vietnam menjadi mitra dagang terbesar ketiga untuk Korea Selatan, dengan perdagangan bilateral mencapai US$87,7 miliar.

Keduanya pun sepakat untuk membangun pusat rantai pasokan mineral untuk mengamankan teknologi canggih yang dikembangkan Korea Selatan. 

Shin menyebut, situasi yang menyebabkan Vietnam menjalin hubungan diplomatik lebih kuat dengan Korea Selatan karena aturan pemerintah Vietnam yang terlampau fleksibel dan bersifat direct investment atau kebijakan langsung yang memberikan peluang besar bagi asing untuk berinvestasi.

“Vietnam sangat gencar dalam mengajak investasi Korea Selatan masuk ke negaranya, 34 persen barang buatan perusahaan Korea beroperasi di Vietnam,” ujarnya. 

Namun, kebijakan itu dinilai tidak menguntungkan Vietnam untuk jangka panjang dan berisiko meminggirkan pembangunan domestik. 

“Sehingga sebenarnya Indonesia memiliki kebijakan bilateral yang lebih baik, karena aturannya lebih stabil. Demokrasi yang dimiliki Indonesia juga memberi rasa aman pada investor. Sementara Vietnam tidak memiliki kepastian itu, aturannya sulit diprediksi karena kepemimpinannya juga bukan demokratis,” imbuhnya.

Presiden Indonesia Joko Widodo dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol menyaksikan penandatanganan kerja sama kementerian terkait masing-masing negara, di Kantor Kepresidenan di Seoul, Korea Selatan, Kamis (28/7/2022). Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden

Ia mengimbau, konsistensi hubungan Indonesia-Korea Selatan harus terus ditingkatkan. Indonesia memiliki kondisi geografi yang lebih strategis dan merupakan negara kepulauan. Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) juga diharapkan dapat membawa peningkatan investasi Korea Selatan terhadap Indonesia.

Sementara itu, Deputy Director of East Asia di Kementerian Luar Negeri, Vahd Nabyl Mulachela, mengatakan, Korea Selatan telah menjadi 7 besar negara yang berinvestasi di Indonesia senilai USD 2,29 juta dan 7 besar mitra dagang senilai USD 24,53 juta.

Nabyl pun sepakat, saat ini Indonesia tengah berfokus untuk melanjutkan kebijakan yang stabil dan konsisten dalam hubungan diplomatiknya dengan Korea Selatan.

“Hal terbaik yang dapat dilakukan Indonesia adalah meningkatkan prediktabilitasnya. Mereka tidak hanya bertujuan untuk menjual produk mereka di sini, jika Korea Selatan ingin melakukan hubungan dagang dan investasi, itu kami perlu memastikan produknya dapat terjual pada jangkauan lebih besar, infrastruktur perlu kami tingkatkan juga,” tandasnya.

Sumber : https://kumparan.com/kumparannews/korea-university-soal-mitra-dagang-indonesia-lebih-stabil-dibanding-vietnam-20uve0CbGjQ/full

Journalist Network 2023
Indonesia Konsultasi ke Korea Selatan Soal Pemindahan Ibu Kota

Penulis : Pandu Gumilar – Bisnis.com

Deputi Direktur Asia Timur Kementerian Luar Negeri RI Vahd Nabyl A Mulachela membeberkan bahwa pemerintah akan belajar dari pengalaman Korea Selatan yang pernah memindahkan ibu kota dari Seoul ke Sejong.

Bisnis.com, JAKARTA  – Memasuki usia kerja sama Indonesia dengan Korea Selatan, kedua belah pihak akan kerja sama dalam hal pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur. 

Deputi Direktur Asia Timur Kementerian Luar Negeri RI Vahd Nabyl A Mulachela membeberkan bahwa pemerintah akan belajar dari pengalaman Korea Selatan yang pernah memindahkan ibu kota dari Seoul ke Sejong. 

Menurutnya, pemerintah serta Badan Otorita IKN telah melakukan konsultasi dengan pihak Korea Selatan. “Kami telah melakukan sejumlah konsultasi di antara otorita IKN dan pihak Korea Selatan yang cukup terbuka untuk membagikan pengalaman dan praktik terbaiknya,” tutur Nabyl dalam lokakarya mengenai hubungan Indonesia-Korea di Jakarta. 

Vahd menambahkan kedua belah negara pun melakukan kerja sama pembangunan infrastruktur air bersih di ibu kota baru.

Selain itu, Indonesia dan Korea Selatan telah menandatangani 102 nota kesepahaman (MoU) terkait pembangunan ibu kota baru. Salah satunya pembangunan saluran irigasi yang sejauh ini sudah mencapai 20 persen pengerjaan. 

Selain proyek irigasi, perusahaan konstruksi asal Korsel juga menjajaki kemungkinan kerja sama pembangunan jalan tol Balikpapan-Samarinda, yang akan dilakukan setelah pemerintah Indonesia menyelesaikan isu pembebasan lahan.

Sementara itu, Dosen Ilmu Politik dan Hubungan Internasional dari Korea University Profesor Jae Hyeok Shin mengatakan Korea Selatan dapat menjadi partner dalam hal pembangunan ibu kota baru terutama di bidang konstruksi, teknik, dan transportasi. 

Indonesia dan Korea Selatan pun dapat membangun penelitian dan pengembangan bersama yang mengarah pada kemajuan teknologi dan berbagi ilmu pengetahuan di bidang-bidang yang menjadi kepentingan bersama, antara lain kecerdasan buatan, bioteknologi, serta ekonomi hijau. 

“Prioritas Indonesia dalam pembangunan infrastruktur menghadirkan peluang yang sangat baik bagi perusahaan Korea untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek besar, terutama terkait ibu kota masa depan, Nusantara,” ujar Shin.

Sumber : https://kabar24.bisnis.com/read/20230813/19/1690342/indonesia-konsultasi-ke-korea-selatan-soal-pemindahan-ibu-kota

Journalist Network 2023
Kerja Sama Indonesia dan Korea Selatan Makin Erat, Peluang Kerja Banyak Dibuka

Penulis : Pandu Gumilar – Bisnis.com

Deputi Direktur Asia Timur Kementerian Luar Negeri RI Vahd Nabyl A Mulachela membeberkan bahwa pemerintah akan belajar dari pengalaman Korea Selatan yang pernah memindahkan ibu kota dari Seoul ke Sejong.

Bisnis.com, JAKARTA  – Memasuki usia kerja sama Indonesia dengan Korea Selatan, kedua belah pihak akan kerja sama dalam hal pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur. 

Deputi Direktur Asia Timur Kementerian Luar Negeri RI Vahd Nabyl A Mulachela membeberkan bahwa pemerintah akan belajar dari pengalaman Korea Selatan yang pernah memindahkan ibu kota dari Seoul ke Sejong. 

Menurutnya, pemerintah serta Badan Otorita IKN telah melakukan konsultasi dengan pihak Korea Selatan. “Kami telah melakukan sejumlah konsultasi di antara otorita IKN dan pihak Korea Selatan yang cukup terbuka untuk membagikan pengalaman dan praktik terbaiknya,” tutur Nabyl dalam lokakarya mengenai hubungan Indonesia-Korea di Jakarta. 

Vahd menambahkan kedua belah negara pun melakukan kerja sama pembangunan infrastruktur air bersih di ibu kota baru.

Selain itu, Indonesia dan Korea Selatan telah menandatangani 102 nota kesepahaman (MoU) terkait pembangunan ibu kota baru. Salah satunya pembangunan saluran irigasi yang sejauh ini sudah mencapai 20 persen pengerjaan. 

Selain proyek irigasi, perusahaan konstruksi asal Korsel juga menjajaki kemungkinan kerja sama pembangunan jalan tol Balikpapan-Samarinda, yang akan dilakukan setelah pemerintah Indonesia menyelesaikan isu pembebasan lahan.

Sementara itu, Dosen Ilmu Politik dan Hubungan Internasional dari Korea University Profesor Jae Hyeok Shin mengatakan Korea Selatan dapat menjadi partner dalam hal pembangunan ibu kota baru terutama di bidang konstruksi, teknik, dan transportasi. 

Indonesia dan Korea Selatan pun dapat membangun penelitian dan pengembangan bersama yang mengarah pada kemajuan teknologi dan berbagi ilmu pengetahuan di bidang-bidang yang menjadi kepentingan bersama, antara lain kecerdasan buatan, bioteknologi, serta ekonomi hijau. 

“Prioritas Indonesia dalam pembangunan infrastruktur menghadirkan peluang yang sangat baik bagi perusahaan Korea untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek besar, terutama terkait ibu kota masa depan, Nusantara,” ujar Shin.

Sumber : https://kabar24.bisnis.com/read/20230813/19/1690342/indonesia-konsultasi-ke-korea-selatan-soal-pemindahan-ibu-kota

Journalist Network 2023
Kerja Sama Indonesia dan Korea Selatan Makin Erat, Peluang Kerja Banyak Dibuka

Penulis : Pandu Gumilar – Bisnis.com

Deputi Direktur Asia Timur Kementerian Luar Negeri RI Vahd Nabyl A Mulachela dalam lokakarya mengenai hubungan Indonesia-Korea di Jakarta.

Bisnis.com, JAKARTA – Dalam rangka merayakan kerja sama Antara Indonesia dengan Korea Selatan yang menginjak usia 50 tahun, terdapat kesempatan mencari kerja di negeri Ginseng tersebut. 

Deputi Direktur Asia Timur Kementerian Luar Negeri RI Vahd Nabyl A Mulachela menyebutkan bahwa kedua belah negara sedang membuka peluang kerja sama untuk mengisi beberapa sektor pekerjaan. 

“Dalam sektor tenaga kerja, telah ada kerja sama antar pemerintah untuk bidang manufaktur. Ada juga MoU yang menyebutkan kami bisa mengirim pekerja untuk sektor lain seperti nelayan,” katanya dalam lokakarya mengenai hubungan Indonesia-Korea di Jakarta. 

Kementerian Luar Negeri mencatat setidaknya ada 7.476 nelayan asal Indonesia yang berada di Korea Selatan.

Menurutnya pemerintah akan mendorong tenaga kerja di Indonesia untuk mengisi ceruk peluang di Negeri Ginseng. Adapun selain skema kerja sama antar pemerintah, calon pekerja juga bisa menggunakan skema business to business (B2B). 

Vahd menambahkan Indonesia mencoba memberikan konstribusi tenaga kerja karena dianggap saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Pasalnya, Korea Selatan menjadi salah dari 7 investor dan partner dagang terbesar bagi Indonesia.

Dalam catatannya, nilai investasi Korea Selatan di Indonesia mencapai US$2,29 milar pada tahun lalu. Adapun untuk nilai dagang menyentuh US$24,53 miliar. “Posisi Indonesia menjadi penting bagi Korea Selatan karena melihat dari beberapa hal, kita memiliki posisi strategis. Misalnya dalam hal sumber daya maupun diplomati,” imbuhnya. 

Dosen Ilmu Politik dan Hubungan Internasional dari Korea University Profesor Jae Hyeok Shin pun mengamini hal tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, menurutnya, beberapa perusahaan besar Korea Selatan telah menanamkan investasi di Indonesia. 

Dia mencatat Antara 2017 sampai dengan 2021, Korea Selatan telah menanamkan investasi di Indonesia mencapai US$8,18 miliar. Sebagai pembanding, itu adalah jumlah investasi Korea Selatan yang terbesar ketiga di seluruh dunia. 

Adapun beberapa perusahaan yang menanamkan modalnya di Indonesia adalah Hyundai Automotive Plant senilai US$1,55 miliar. Lalu Lotte Chemical Plant US$3,9 miliar, Hyundai Motors-LG Energy Solution US$1,1 miliar. Terakhir ada KCC Glass Plant yang mencapai US$0,31 miliar. 

“Indonesia akan menarik banyak investasi dari perusahaan Korea Selatan. Salah satu penyebabnya adalah demokrasi yang diantut oleh negara kalian. Demokrasi menawarkan stabilitas dan itu yang dibutuhkan oleh banyak perusahaan,” pungkasnya.

Sumber : https://kabar24.bisnis.com/read/20230813/19/1690319/kerja-sama-indonesia-dan-korea-selatan-makin-erat-peluang-kerja-banyak-dibuka

Journalist Network 2023
Tak Cuma Bali, 2 Hal Ini Juga Digemari Wisman Korea Selatan

Editor : Nabilla Tashandra

Pantai Slili di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).(SHUTTERSTOCK/IBENK_88)

JAKARTA, KOMPAS.com – Pariwisata menjadi salah satu sektor yang berpeluang untuk dikembangkan untuk memperkuat relasi Indonesia dan Korea Selatan.

Sayangnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tentang kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang dirilis pada Januari 2023, Korea Selatan belum masuk dalam 10 besar negara penyumbang wisatawan terbesar ke Indonesia pada 2022. 

Kendati demikian, pertumbuhannya cukup menggembirakan.

Pada rilis data yang sama, tercatat bahwa Korea Selatan menempati urutan kedelapan dalam daftar 10 besar dengan sekitar 19.200 wisman sepanjang November 2022. Angka itu setara 2,9 persen kunjungan wisman ke Indonesia selama November 2022. 

Tahun ini, tampaknya ada peluang Korea Selatan masuk ke dalam daftar 10 besar tersebut. Sebab, berdasarkan data terbaru yang dirilis BPS pada Agustus 2023, sebanyak 7.900 wisman asal Korea Selatan tercatat mengunjungi Indonesia selama Juni 2023 atau menyumbang 2,3 persen dari total kunjungan. 

Sementara sepanjang Januari hingga Juni 2023, kunjungan wisman asal Korea Selatan mencapai 20.300 orang atau 2,7 persen dari total kunjungan. Pada data sementara, Korea Selatan menempati urutan ke-10 negara penyumbang wisman terbanyak ke Indonesia sepanjang 2023.

Potensi untuk gaet wisman Korea Selatan

Setidaknya, ada dua hal yang dapat dioptimalkan untuk menarik lebih banyak kunjungan wisman asal Korea Selatan. 

Profesor Ilmu Politik dan Hubungan Internasional dari Korea University, Jae Hyeok Shin, misalnya, menyebutkan bahwa selain Bali, daya tarik lainnya yang dapat mengundang lebih banyak turis Korea adalah batik dan wisata pantai di lokasi lain.

Sumber : https://travel.kompas.com/read/2023/08/10/164600427/tak-cuma-bali-2-hal-ini-juga-digemari-wisman-korea-selatan

Journalist Network 2023
Indonesia Bisa Belajar dari Korea Selatan untuk Majukan Sektor UMKM

Penulis : Nabilla Tashandra
Editor : Erlangga Djumena

Seoul, Korea Selatan.(UNSPLASH/LOUIE NICOLO NIMOR)

KOMPAS.com – Indonesia bisa mengikuti jejak kesuksesan Korea Selatan dalam memajukan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Menurut statistik bisnis Kementerian UKM dan Startups Korea Selatan, sektor UMKM menguasai lebih dari 90 persen dari total jumlah perusahaan dan 82 persen total lapangan kerja, serta 48 persen ekspor. 

Bahkan, Indonesia sudah menandarangani beberapa Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan Korea Selatan terkait UMKM. 

“Kita (Indonesia-Korea Selatan) memiliki beberapa MoU yang mau Indonesia pelajari dari Korea Selatan sebagai rolemodel pengembangan UMKM. Temasuk tahun lalu di G20 kita juga tanda tangan MoU kerja sama UMKM antara Indonesia-Korea Selatan,” ucap Diplomat Kementerian Luar Negeri RI, Henry Pahala Pinilih dalam workshop bertajuk “Building Bridges: Assessing the Past and Shaping the Future of Indonesia-Korea Relations” yang digelar The Korea Foundation dan FPCI, Rabu (2/8/2023). 

Henry menambahkan, Korea Selatan berinvestasi besar untuk sektor UMKM, terutama ekonomi digital.

Pemerintah Negeri Ginseng juga mendorong inovasi teknologi agar industri UMKM semakin maju. Hal itu  terlihar dari cukup banyaknya UMKM asal Korea Selatan yang dikenal secara luas terkait inovasinya.  

“Salah satu yang terbesar adalah animasi Larva. Itu berawal dari bisnis kecil. Mereka dapat insentif dari pemerintah lalu bikin film animasi, filmnya viral di Amerika, masuk Netflix, dan saat ini jadi perusahaan besar,” tuturnya.  

Dalam kesempatan yang sama, Profesor Ilmu Politik dan Hubungan Internasional dari Korea University, Jae Hyeok Shin melihat UMKM sebagai salah satu sektor potensial untuk memperkuat relasi kedua negara.  

“Mendorong kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan dalam sektor UMKM bisa lewat pengembangan inovasi, transformasi teknologi, serta akses ke pasar yang baru (new market),” ucap Shin. 

Sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki pada Mei 2023 juga telah mengunjungi Korea Selatan bilateral dengan Menteri UKM dan Startups (MSS) Korea Selatan, Hong Jong-hak sekaligus hadir dalam acara perayaan 50 tahun hubungan diplomatik antara Korea Selatan dan Indonesia, seperti dikutip dari Kompas.com (30/5/2023).

Sumber : https://money.kompas.com/read/2023/08/11/064100026/indonesia-bisa-belajar-dari-korea-selatan-untuk-majukan-sektor-umkm

Journalist Network 2023
Industri Hiburan Indonesia Punya Peluang Susul Korea Selatan

Penulis : Nabilla Tashandra
Editor : Erlangga Djumena

Penampilan aespa di LIVE TOUR 2023 ‘SYNK: HYPER LINE’ in Jakarta, ICE BSD, Sabtu (24/6/2023) (KOMPAS.com/ RINTAN PUSPITA SARI)

KOMPAS.com – Industri hiburan Korea Selatan atau yang juga dikenal dengan istilah Korean Wave (Hallyu) memiliki banyak penggemar yang tersebar ke seluruh penjuru dunia.  Kesuksesan hallyu tidak muncul begitu saja, tetapi melalui upaya panjang hingga sekitar 20 tahun. “Upaya ini memerlukan waktu sangat panjang untuk sampai pada level seperti saat ini,” ungkap Profesor Ilmu Politik dan Hubungan Internasional dari Korea University, Jae Hyeok Shin dalam workshop bertajuk “Building Bridges: Assessing the Past and Shaping the Future of Indonesia-Korea Relations” di Jakarta, Rabu (2/8/2023).

Shin memaparkan, pada tahun 1990-an, industri hiburan Jepang sedang naik daun, melalui J-Pop, J-Movies, dan J-Drama.  Jepang menurut dia, adalah pemain besar atau powerhouse dalam memanfaatkan industri tersebut sebagai soft power. Adapun soft power, seperti didefinisikan oleh Joseph Nye dalam bukunya Soft Power: Sarana untuk Sukses di Dunia Politik (2004) adalah kemampuan untuk membujuk dan membentuk preferensi terhadap orang lain. 

Korea Selatan, lanjut Shin, mencontoh langkah Jepang. Sejak sekitar 1990-an, perusahaan-perusahaan hiburan Korea Selatan mulai menciptakan produk-produk industri kreatif serupa. “Mereka (perusahaan) mencoba membuat lagu-lagu mirip J-Pop, membuat drama, film, seperti J-Drama dan J-Movies, juga industri hiburan secara sistem. Dan setelah 20 tahun, bisnis hiburan Korea Selatan melampaui Jepang,” paparnya.  Lebih jauh, Shin mengatakan bahwa kemajuan industri hiburan sangat membantu meningkatkan soft power Negeri Ginseng. Itulah mengapa, pemerintah Korea Selatan mau menginvestasikan sumber daya yang sangat besar untuk mempromosikannya ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Sumber : https://money.kompas.com/read/2023/08/11/114000126/industri-hiburan-indonesia-punya-peluang-susul-korea-selatan

Journalist Network 2023
Ragam Peluang Kerja Sama Indonesia-Korea Selatan, Menginjak 50 Tahun Hubungan Diplomasi

Penulis : Nabilla Tashandra
Editor : Irawan Sapto Adhi

Bendera Korea Selatan dan Indonesia. Tahun ini adalah 50 tahun relasi bilateral Korea Selatan dan Indonesia.(SHUTTERSTOCK/ARITRA DEB)

JAKARTA, KOMPAS.com – Hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan menginjak usia 50 tahun pada 2023 ini. Pada usia emas ini, penting untuk melihat kembali kesamaan nilai-nilai antara dua negara, serta peluang kerja sama yang dapat diupayakan ke depannya. Deputi Direktur Asia Timur Kementerian Luar Negeri RI Vahd Nabyl A Mulachela menyampaikan, sejak tahun 1990-an, relasi dalam bidang ekonomi sangat dominan. Baca juga: Industri Hiburan Indonesia Punya Peluang Susul Korea Selatan.

Namun, ada beberapa relasi dalam sejumlah bidang lainnya yang juga menguat dalam beberapa waktu terakhir. “Kalau dilihat lebih dalam kita juga memiliki beberapa nilai yang sama (dengan Korea Selatan), seperti demokrasi, HAM, ekonomi terbuka, serta kesamaan aspirasi untuk menjaga kesejahteraan, stabilitas dan kedamaian regional dan dunia,” ucap Nabyl dalam workshop bertajuk “Building Bridges: Assessing the Past and Shaping the Future of Indonesia-Korea Relations” di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Kesamaan nilai-nilai tersebut, lanjutnya, adalah fondasi untuk membangun kerja sama bilateral yang lebih kuat di masa depan. “Kita akan bisa membangun banyak hal bersama,” sambungnya. 

Peluang kerja sama Indonesia-Korea 

Pada kesempatan yang sama, Profesor Ilmu Politik dan Hubungan Internasional dari Korea University, Jae Hyeok Shin menyebutkan beberapa bidang yang berpotensi dikembangkan dalam kerja sama Indonesia-Korea. Ia meyakini, relasi Indonesia dan Korea akan semakin erat, salah satunya karena sama-sama berbagi nilai-nilai demokrasi. “Selain itu, Indonesia dan Korea punya beberapa peluang untuk kolaborasi dan pertumbuhan yang lebih jauh,” ucap Shin.

Beberapa di antaranya adalah: 

Diversifikasi ekonomi. Mengembangkan sektor-sektor yang sudah dikerjasamakan untuk membangun inovasi jangka panjang, termasuk energi terbarukan, layanan kesehatan, serta teknologi dan ekonomi digital. 

Pengembangan infrastruktur. Partisipasi Korea Selatan dalam proyek-proyek besar Indonesia, seperti pengembangan Ibu Kota Nusantara (IKN), seperti melibatkan perusahaan serta pakar berbagai bidang, seperti engineering dan transportasi. 

Kolaborasi riset dan pengembangan. Beberapa di antaranya seperti dalam bioteknologi, Artificial Intelligent (AI), dan teknologi hijau. 

Pertukaran pendidikan dan budaya. Hal ini dibutuhkan untuk meningkatkan pemahaman satu sama lain. 

Kerja sama pertahanan dan keamanan. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membangun stabilitas, seperti latihan militer gabungan, pertukaran informasi untuk melawan terorisme, dan keamanan siber (cybersecurity). 

Promosi pariwisata. Kekayaan alam dan budaya Indonesia cukup populer di kalangan masyarakat Korea Selatan. Kerja sama dibutuhkan untuk sama-sama mendorong promosi wisata masing-masing negara. 

Kerja sama kesehatan. Kerja sama untuk mengatasi berbagai tantangan, termasuk persiapan pandemi, pertukaran pakar kesehatan, serta kerja sama riset medis dan teknologi medis. 

Kolaborasi UMKM. Mempercepat inovasi dan akses ke pasar baru (new market). 

Inisiatif hijau dan keberlanjutan. Promosi praktik keberlanjutan, seperti transportasi energi dan pertanian. “Yang sejalan dengan fokus global untuk mengatasi perubahan iklim dan konservasi lingkungan,” tuturnya.

Sumber : https://www.kompas.com/global/read/2023/08/15/170000470/ragam-peluang-kerja-sama-indonesia-korea-selatan-menginjak-50-tahun

Journalist Network 2023
Profesor Korea Ungkap Rahasia K-pop & K-drama Bisa Mendunia

Foto: Korean Air meluncurkan pesawat khusus yang didedikasikan untuk mendukung Busan World Expo 2030 Korea selama acara yang diadakan di Bandara Incheon pada hari Rabu. (Instagram @koreanairworld)

Jakarta, CNBC Indonesia – Korea Selatan memiliki ‘harta kartun’ yang dikenal dengan sebutan Hallyu atau Korean Wave, sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan popularitas konten hiburan produksi Negeri Ginseng di dunia internasional.

Siapa yang tak tahu grup K-pop BTS dan BLACKPINK? Meskipun bukan penikmat musik K-pop, kemungkinan besar Anda pernah mendengar dua nama besar tersebut.

Bicara soal Korean drama (K-drama), Netflix berani jor-joran berinvestasi untuk memproduksi lebih banyak lagi film dan drama Korea pada 2023 ini. Menurut data terbaru, platform streaming asal AS tersebut akan menggelontorkan US$ 2,5 miliar atau sekitar Rp 37,3 triliun (asumsi kurs Rp 14.930 per US$) untuk konten-konten film dan drama Korea Selatan. Tentu saja, langkah ini dilakukan Netflix karena popularitas konten hiburan Korea Selatan sudah terbukti berhasil ‘menghipnotis’ dunia.

Foto: BTS di Gedung Putih, AS (AP Photo/Evan Vucci)

Dilihat dari kacamata diplomasi, Korea Selatan menjadikan fenomena global Hallyu ini sebagai soft diplomacy untuk mengenalkan negaranya lewat pendekatan budaya. Langkah ini sukses besar. Korea Selatan punya image yang relatif positif di mata warga dunia. Hebatnya, ekspor Hallyu – misalnya, dari game, musik dan serial TV – juga memiliki dampak yang luar biasa pada ekonomi Korea Selatan.

Lantas, apa rahasia di balik kesuksesan tersebut?

Profesor Ilmu Politik dan Hubungan Internasional dari Korea University, Jae Hyeok Shin mengungkap bahwa ada perjalanan panjang selama 20 tahun sebelum Korean wave berada di titik saat ini. Menurut pengamatannya, sebelum Korea, Jepang lah yang memiliki kekuatan itu hingga setidaknya tahun 1999.

“Sepuluh tahun yang lalu, tidak ada orang Korea yang menyangka ini bisa terjadi,” ujarnya, saat menjadi pembicara dalam workshop bertajuk Building Bridges: Assessing the Past and Shaping the Future of Indonesia-Korea Relations yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bekerja sama dengan Korea Foundation, pada Rabu (2/8/2023).

Menurut Profesor Shin, pada mulanya Korea belajar dari Jepang yang sudah lebih unggul dengan J-pop mereka. Korea belajar bagaimana membuat lagu dan film seperti Jepang, termasuk juga seluk-beluk bisnis hiburan agar bisa sukses dikenal warga dunia. 

Selain itu, lanjut Profesor Shin, Pemerintah Korea juga berani menggelontorkan dana investasi yang besar untuk mendukung pekerja kreatif agar bisa memproduksi konten hiburan yang berkualitas. Dari situ, barulah investor swasta masuk dan ikut menanamkan modalnya untuk menggarap bisnis ini secara serius. 

Pemerintah Korea percaya bahwa budaya pop bisa menjadi ‘senjata’ ampuh untuk menguntungkan sektor ekspor negara sekaligus meningkatkan diplomasi soft power mereka.

Foto: Parasite Oscar 2020. (Photo by Jordan Strauss/Invision/AP)

Kerja keras ini berbuah manis. Perlahan tapi pasti, K-pop mengungguli J-pop. Lagu-lagu yang dibawakan idol Korea Selatan mulai merangkak naik ke tangga lagu global. Bahkan, beberapa musisi K-pop ternama mencatatkan rekor yang tak pernah dicapai sebelumnya.

Pun begitu dengan film dan drama produksi Negeri Ginseng. Film Parasite (2019), yang disutradarai Boon Joon Ho, memenangkan Piala Oscar 2020. Ini adalah pertama kalinya film non-Hollywood mendapat penghargaan bergengsi tersebut.

Peluang kolaborasi kebudayaan Indonesia-Korea

Berkaca dari kesuksesan K-pop, Professor Shin memandang bahwa hal yang sama sangat mungkin diraih Indonesia jika ingin serius menggarap industri hiburannya.

Apabila ingin mengikuti langkah yang diambil Korea, maka pemerintah harus berani berinvestasi, baik dalam bentuk dana maupun sumber daya manusia, di industri hiburan agar Indonesia bisa memproduksi konten berkualitas dunia. 

“Saya kira Indonesia bisa melakukan itu kalau pemerintah melakukan investasi di tempat yang tepat,” kata dia.

Peluang untuk menggarap sektor hiburan Tanah Air agar bisa mengikuti kesuksesan Korea terbuka lebar. Apalagi, Indonesia dan Korea Selatan sudah menjalin hubungan bilateral erat, yang pada tahun ini sudah menginjak usia 50 tahun. 

Profesor Shin secara khusus menyebut bahwa kolaborasi kebudayaan, termasuk K-pop, sebagai peluang kerja sama yang sangat mungkin digarap oleh Indonesia dan Korea. Apalagi, potensi ekonomi di baliknya juga sangat besar dan bisa menguntungkan masyarakat di kedua negara.

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20230805133451-33-460445/profesor-korea-ungkap-rahasia-k-pop-k-drama-bisa-mendunia

Journalist Network 2023
Ada Peluang Emas, RI Bisa Gaet Lebih Banyak Investor Korea

Halimatus Sadiyah

Foto: Presiden Joko Widodo menghadiri pertemuan dengan para pengusaha Republik Korea di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kabupaten Badung, Provinsi Bali, pada Senin, 14 November 2022. (Laily Rachev – Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia – Korea Selatan merupakan salah satu mitra paling strategis Indonesia. Negeri Ginseng menempati peringkat ke-5 dalam realisasi investasi di Indonesia berdasarkan negara untuk periode 2017 sampai dengan semester pertama 2022 dengan nilai total US$ 9,08 miliar.

Kendati sudah menjalin hubungan bilateral yang erat selama 50 tahun dengan Korea Selatan, Indonesia belum menjadi mitra dagang utama bagi Korea. Inilah salah satu tantangan utama yang dihadapi Seoul dan Jakarta, menurut Profesor Ilmu Politik dan Hubungan Internasional dari Korea University, Jae Hyeok Shin.

Dia mengungkap bahwa Indonesia sudah tersalip Vietnam dalam konteks mitra dagang strategis Korea Selatan. Sepanjang 2021 saja, volume perdagangan Korea-Vietnam sudah mencapai US$80,7 miliar, sementara Korea-Indonesia hanya menyentuh US$19,3 miliar untuk periode yang sama.

Foto: Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan melakukan pertemuan dengan Wakil Menteri Perdagangan, Industri, dan Energi Republik Korea Y. M. Jang Young Jin pada Selasa (16-05-2023). (Dok. Kemenko Marves)

“Mempertimbangkan populasi Indonesia yang lebih dari 2x lipat lebih banyak dari Vietnam, jelas terlihat bahwa Korea memiliki konsentrasi perdagangan yang lebih erat dengan Vietnam,” ujarnya, dalam workshop bertajuk Building Bridges: Assessing the Past and Shaping the Future of Indonesia-Korea Relations yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bekerja sama dengan Korea Foundation, pada Rabu (2/8/2023).

Alasan di balik hal ini, papar Profesor Shin, adalah karena Pemerintah Vietnam sangat agresif dalam menarik investasi asing. Mereka membuka lebar-lebar pintu agar investor Korea bisa dengan mudah menanamkan modalnya dan membuka bisnis di Vietnam. Tak cuma itu, Vietnam juga memberikan banyak insentif untuk perusahaan asing, termasuk dari Korea Selatan.

“Bayangkan, saat ini dari total produk yang diekspor Vietnam, 35 persennya diproduksi perusahaan Korea,” paparnya.

Meski menguntungkan pemodal asing, menurut Profesor Shin, untuk jangka panjang kebijakan Vietnam tersebut justru bisa merugikan negaranya sendiri. Sebab, pada akhirnya, Vietnam harus lebih memihak industri lokal jika mau negaranya maju dan tidak bergantung pada asing.

Terbukti, dalam beberapa waktu terakhir, Pemerintah Vietnam mulai memberikan banyak limitasi bahkan mengurangi insentif untuk perusahaan asing. Perubahan kebijakan ini menciptakan ketidakpastian yang tidak disukai oleh dunia bisnis.

“Banyak perusahaan Korea mulai berpikir ulang dan mempertimbangkan keluar dari Vietnam. Mereka mulai melirik Indonesia,” kata Profesor Shin.

Dua modal Indonesia untuk pikat Korea dan menyalip Vietnam

Foto: Presiden Joko Widodo meluncurkan mobil listrik pertama yang dirakit di Indonesia dalam kunjungan kerjanya ke pabrik PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat, pada Rabu, 16 Maret 2022. (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Lebih lanjut, Profesor Shin menyebut bahwa Indonesia setidaknya memiliki dua modal kuat yang bisa membuat Jakarta menggaet lebih banyak investor Korea dan pada akhirnya menggeser posisi Vietnam.

Pertama, Jakarta memiliki kebijakan ekonomi yang seimbang. Pemerintah Indonesia tetap ingin menarik penanaman modal asing, tanpa mengesampingkan industri dalam negeri. Dan menurut Profesor Shin, itu adalah pendekatan yang tepat.

Kedua, Indonesia dan Korea memiliki kesamaan nilai-nilai demokrasi. Dan negara demokratis cenderung lebih mampu menawarkan kestabilan dan kepastian kebijakan, dua hal yang sangat penting dalam dunia bisnis.

“Di negara yang demokratis, kebijakan tidak bisa berubah-ubah terus. Dan saya sangat yakin Indonesia bisa menarik lebih banyak investment dari Korea jika bisa memberikan stability dan predictability,” ujar profesor yang juga banyak melakukan riset politik serta hubungan internasional di kawasan Asia Tenggara tersebut.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Direktur Asia Timur Kementerian Luar Negeri RI, Vahd Nabyl mengungkap kesamaan pandangan dengan Profesor Shin. Ia setuju bahwa kestabilan dan kepastian adalah dua faktor penting yang bisa mengundang sekaligus mempertahankan investor asing di Indonesia.

“Upaya terbaik yang bisa kita lakukan saat ini adalah meningkatkan aspek stability dan predictability yang juga didukung oleh infrastruktur. Karena kan perusahaan asing tidak hanya bikin produk di sini, tapi juga mereka butuh menjual produknya ke luar Indonesia,” pungkasnya.

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/news/20230805231845-4-460511/ada-peluang-emas-ri-bisa-gaet-lebih-banyak-investor-korea

123456
Page 5 of 6

Youtube
Twitter
Facebook
Instagram
Copyright 2021 - www.indonesia-koreajournalist.net