• Home
  • Services
  • Pages
    • About 1
    • About 2
    • About 3
    • About 4
    • Our Team
    • Contact 1
    • Contact 2
    • Service 1
    • Service 2
    • Service 3
  • Portfolio
    • Column One
      • Portfolio Classic
      • Portfolio Grid
      • Portfolio Grid Overlay
      • Portfolio 3D Overlay
      • Portfolio Contain
    • Column Two
      • Portfolio Masonry
      • Portfolio Masonry Grid
      • Portfolio Coverflow
      • Portfolio Timeline Horizon
      • Portfolio Timeline Vertical
    • Column Four
      • Single Portfolio 1
      • Single Portfolio 2
      • Single Portfolio 3
      • Single Portfolio 4
      • Single Portfolio 5
    • Column Three
      • Video Grid
      • Gallery Grid
      • Gallery Masonry
      • Gallery Justified
      • Gallery Fullscreen
  • Blog
    • Blog Grid No Space
    • Blog Grid
    • Blog Masonry
    • Blog Metro No Space
    • Blog Metro
    • Blog Classic
    • Blog List
    • Blog List Circle
  • Slider
    • Column One
      • Vertical Parallax Slider
      • Animated Frame Slider
      • 3D Room Slider
      • Velo Slider
      • Popout Slider
      • Mouse Driven Carousel
    • Column Two
      • Clip Path Slider
      • Split Slick Slider
      • Fullscreen Transition Slider
      • Flip Slider
      • Horizon Slider
      • Synchronized Carousel
    • Column Three
      • Multi Layouts Slider
      • Split Carousel Slider
      • Property Clip Slider
      • Slice Slider
      • Parallax Slider
      • Zoom Slider
    • Column Four
      • Animated Slider
      • Motion Reveal Slider
      • Fade up Slider
      • Image Carousel Slider
      • Glitch Slideshow
      • Slider with other contents
  • Shop

September 9, 2022

2022
Pengamat Korsel: Indonesia Punya Kapasitas Besar Damaikan Korea Selatan dan Korea Utara

Teddy Tri Setio Berty, Liputan6.com

Dr Cho Wondeuk menyebut Indonesia dan Korea Selatan memainkan sejumlah peran penting dalam dunia internasional. Terbukti dalam keterlibatan kedua negara di forum dan keanggotaan luar negeri (Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty)

Liputan6.com, Jakarta – Pengamat Korea Selatan Dr Cho Wondeuk yang juga merupakan Research Professor, Center for ASEAN-Indian Studies dari The Institute of Foreign Affairs and National Security (IFANS) menyebut Indonesia punya kapasitas besar untuk mendamaikan dua Korea.

“Saya pikir Indonesia adalah salah satu mitra terpercaya dan terbaik untuk menengahi antara Korea Utara dan Selatan,” ujar Dr Cho Wondeuk dalam workshop pertama Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2 yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation, Jumat (26/8/2022).

“Presiden Jokowi sempat mengusulkan agar ASEAN dan Korea akan mengundang pemimpin Korea Utara Kim Jong-un hadir di puncak pertemuan. Sehingga Indonesia sebenarnya berperan aktif dalam mengatasi masalah-masalah yang rumit yang telah terjadi.”

Menurut Dr Cho, hal ini juga didukung oleh Indonesia yang memiliki kedutaan Korea Utara di Jakarta dan juga sebaliknya.

“Indonesia juga memiliki sejarah kerjasama yang panjang dengan Korea Utara.”

Dalam workshop bertema ‘Assessing Indonesia-Korea Special Strategic Partnership Toward It’s 50 Years Diplomatic Relationship’, Dr Cho juga berbicara soal tantangan dan peluang Indonesia-Korea Selatan jelang perayaan hubungan diplomatik ke-50 tahun?

“Di masa yang penuh tantangan ini, kawasan Indo Pasifik tak luput dari sejumlah isu dan konflik, terutama dengan meningkatnya persaingan strategis China dan Amerika Serikat dari segi ekonomi,” kata Dr Cho Wondeuk.

Source: https://www.liputan6.com/global/read/5055129/pengamat-korsel-indonesia-punya-kapasitas-besar-damaikan-korea-selatan-dan-korea-utara

2022
Target Ambisius RI-Korea Selatan, Nilai Dagang Tembus 30 Miliar Dolar AS di Tahun 2022

Teddy Tri Setio Berty, Liputan6.com

Won, mata uang Korea Selatan. (Sumber Foto: Jung Yeon-Je/AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta – Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan memasang target ambisius di nilai perdagangan kedua negara hingga akhir tahun 2022.

Nilai dagang yang ditargetkan yaitu mencapai USD 30 miliar. Hal ini diungkapan oleh Muhammad Takdir, Kepala Pusat Strategi Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika.

“Kedua negara punya ambisi besar untuk mencapai target nilai perdagangan di bidang ekonomi mencapai USD 30 miliar tahun ini,” ujar Muhammad Takdir dalam workshop pertama Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2, Jumat (26/8/2022).

Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2 merupakan program kerja sama antara Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation dalam memperdalam wawasan para jurnalis Indonesia soal hubungan Indonesia-Korea.

Meski demikian, Muhammad Takdir menyebut bahwa ambisi ini sangat baik lantaran bisa mendorong kerja sama di bidang ekonomi lebih baik lagi, serta menjadi peluang bagi Indonesia dan Korea untuk mempererat hubungan menjelang peringatan ke-50 tahun hubungan diplomatik kedua negara di tahun 2023.

Dalam pemaparannya, Muhammad Takdir menyebut Korea Selatan adalah negara keenam yang memiliki nilai dagang terbesar bagi Indonesia.

“Dimana tahun lalu, total perdagangan kedua negara tahun 2021, mencapai USD 18,41 miliar. Namun ada defisit USD 446 juta tahun lalu,” kata Muhammad Takdir dalam workshop pertama bertajuk ‘Assessing Indonesia-Korea Special Strategic Partnership Toward It’s 50 Years Diplomatic Relationship’.

Keyakinan ini disampaikan oleh Muhammad Takdir lantaran Indonesia dan Korea Selatan tergabung dalam sejumlah kesepakatan, antara lain; G20, MIKTA, APEC, ARF, FEALAC, RCEP, IK-CEPA, ASEAM-KOREA FTA.

Sejauh ini, ada sekitar 50 produk dan komoditas unggulan Indonesia untuk pasar Korea Selatan. Selain itu, peluang kerja sama ini dianggap bisa meningkat lantaran adanya peningkatan jumlah tenaga kerja terampil (Skilled Labor) Indonesia dalam dua dekade terakhir — meningkat hampir 2 kali lipat.

Source: https://www.liputan6.com/global/read/5055031/target-ambisius-ri-korea-selatan-nilai-dagang-tembus-30-miliar-dolar-as-di-tahun-2022

2022
Tantangan hingga Peluang Indonesia-Korea Selatan Jelang Peringatan Hubungan Diplomatik ke-50

Teddy Tri Setio Berty, Liputan6.com

Presiden Jokowi bertemu Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol di Kantor Kepresidenan Yongsan, Seoul, Kamis (28/7/2022). (Biro Pers/Setpres)

Liputan6.com, Jakarta – 2023 akan menjadi tahun perayaan hubungan diplomatik Indonesia dan Korea Selatan. Nyaris setengah abad, hubungan kedua negara terjadi dalam berbagai sektor.

Lantas bagaimana tantangan dan peluang Indonesia-Korea Selatan jelang perayaan hubungan diplomatik ke-50 tahun?

Di masa yang penuh tantangan ini, kawasan Indo Pasifik tak luput dari sejumlah isu dan konflik, terutama dengan meningkatnya persaingan strategis China dan Amerika Serikat dari segi ekonomi, kata Dr Cho Wondeuk, Research Professor, Center for ASEAN-Indian Studies dari The Institute of Foreign Affairs and National Security (IFANS) dalam pemaparannya di pembukaan Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2.

Pada workshop pertama Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2 yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation, tema yang diangkat bertajuk ‘Assessing Indonesia-Korea Special Strategic Partnership Toward It’s 50 Years Diplomatic Relationship’.

Selain persaingan antara AS-China dalam bidang ekonomi, Dr Cho Wondeuk turun menyebut pandemi COVID-19 juga menjadi tantangan bersama selama 2,5 tahun terakhir.

“Dalam hubungan intenasional, kita sekarang mengalami ‘perang’ sekaligus perubahan yang sangat dramatis, sehingga menimbulkan tantangan yang belum pernah terjadi dalam segala bentuk,” kata Dr Cho, Jumat (26/8/2022).

“Dunia menjadi lebih rumit dan terpolarisasi, dan seperti yang saya katakan sebelumnya, kita telah menghadapi tantangan yang sangat sulit dan rumit dalam urusan rantai pasokan.”

Menurut Dr Cho, ketegangan dan persaingan di kawasan Laut China Selatan turut menambah tantangan yang dihadapi oleh Indonesia-Korea Selatan.

“China membangun fasilitas militer di pulau-pulau di kawasan Laut China Selatan dan Tiongkok turut ‘merampas’ kedaulatan sejumlah pihak atas beberapa area di wilayah tersebut.”

“Pada saat yang sama, kita telah melihat pengaruh China yang berkembang di Asia Tenggara termasuk Samudra Hindia.”

Dr Cho mengatakan, berdasarkan konteks penelitiannya, pihaknya telah mengasumsikan terjadi penurunan relatif pada peran multilateralisme dan sebagai gantinya terjadi kebangkitan permasalahan yang berujung pada pelemahan identitas di Pasifik.

Source: https://www.liputan6.com/global/read/5054901/tantangan-hingga-peluang-indonesia-korea-selatan-jelang-peringatan-hubungan-diplomatik-ke-50

2022
Menakar Mesranya Hubungan Indonesia dan Korsel

Sonya Michaella, IDN Times

Presiden Jokowi bertemu Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol di Kantor Kepresidenan Yongsan, Seoul (dok. Sekretariat Presiden)

Jakarta, IDN Times – Korea Selatan (Korsel) merupakan mitra penting bagi Indonesia. Hal ini ditandai salah satunya dengan kunjungan Presiden RI, Joko “Jokowi” Widodo, ke Seoul dan bertemu Presiden baru Korsel Yoon Suk Yeol pada akhir Juli lalu.

Tahun depan, hubungan bilateral Indonesia dan Korsel akan memasuki usia 50 tahun. Kedua negara ini merupakan pemeran penting di kawasan dan global, seperti ASEAN, PBB, IORA, APEC dan masih banyak lagi.

Cho Wondeuk dari Center for ASEAN-Indian Studies, The Institute of Foreign Affairs and National Security (IFANS) memaparkan sejumlah peran Indonesia dan Korsel dalam hubungan bilateralnya, pun dalam konteks kawasan dan global.

Cho juga merupakan salah satu pembicara dalam pembukaan Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2 yang diusung FPCI dan Korea Foundation, Jumat (26/8/2022).

1. Indonesia memilih netral dalam konflik internasional

Cho Wondeuk, Research Professor, Center for ASEAN-Indian Studies, The Institute of Foreign Affairs and National Security (IFANS). (IDN Times/Sonya Michaella)

Cho menyebut, sebagai pemeran penting di kancah global, Indonesia tetap memilih netral. Terlebih dalam isu China, Amerika Serikat, dan Taiwan, misalnya.

“Posisi Indonesia yang tidak memihak antara AS dan China serta memimpin ASEAN Outlook on the Indo-Pacific, ini patut kita apresiasi,” kata Cho, dalam paparannya secara daring di Bengkel Diplomasi FPCI, Jakarta.

Maka dari itu, Cho menilai bahwa Indonesia merupakan mitra penting bagi Korea Selatan sehingga menjelang 50 tahun hubungan bilateral kedua negara, sejumlah kerja sama pun harus ditingkatkan.

“Indonesia dan Korsel telah memiliki kerja sama yang cukup menguntungkan keduanya dan tentu komprehensif, seperti ekonomi. Kami juga punya kerja sama pertahanan yang kuat dan Indonesia adalah salah satu importir terbesar senjata, kapal angkatan laut dan kapal selam Korsel,” ucap dia.

2. Indo Pasifik yang menjadi kompetisi

Menteri Luar Negeri Korea Selatan Jin Park dan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di G20 FMM. (dok. Kemlu RI)

Di tengah ketidakpastian dinamika pertarungan antar negara di kancah global, salah satu yang menjadi kompetisi saat ini adalah kawasan Indo Pasifik.

Cho mengungkapkan, Indonesia adalah salah satu negara yang gencar mempromosikan perdamaian dan keharmonisan di wilayah Indo Pasifik tersebut.

“Middle power country sangat penting perannya di kawasan ini, seperti Indonesia,” tutur Cho.

Cho juga menambahkan bahwa diplomasi Indonesia sangatlah aktif, di mana hal ini cukup penting bagi Korsel untuk bekerja sama secara bilateral dengan Indonesia, di isu-isu kawasan dan juga global.

3. Sejumlah kerja sama disepakati kedua negara

Presiden Jokowi bertemu Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol di Kantor Kepresidenan Yongsan, Seoul (dok. Sekretariat Presiden)

Presiden Jokowi bertemu Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol di Kantor Kepresidenan Yongsan, Seoul (dok. Sekretariat Presiden)
Dalam kunjungan Jokowi ke Seoul dan bertemu dengan Yoon Suk Yeol, sejumlah nota kesepahaman pun ditandatangani, antara lain terkait investasi hijau, pembangunan IKN, dan kerja sama maritim.

Saat bertemu Jokowi, Yoon juga mengatakan bahwa menjelang 50 tahun hubungan bilateral kedua negara, banyak kemajuan kerja sama yang telah dilakukan seperti di bidang ekonomi, perdagangan, budaya, people to people contact, diplomasi dan pertahanan.

“Indonesia merupakan negara satu-satunya di Asia Tenggara yang punya kemitraan khusus dengan Korea Selatan,” ujar Yoon, kala itu.

Korsel sendiri merupakan negara keenam yang memiliki nilai dagang terbesar bagi Indonesia. Tercatat pada 2021, total perdagangan kedua negara mencapai 18,41 miliar dolar Amerika.

4. Pembukaan Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2022

15 jurnalis terpilih di Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2022. (dok. FPCI)

Foreign Policy Community of Indonesia bersama Korea Foundation kembali menggelar Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea. Tahun ini adalah tahun kedua program ini diselenggarakan.

Program ini merupakan platform bagi jurnalis profesional di seluruh Indonesia untuk mendalami hubungan Indonesia dan Korea Selatan di berbagai aspek.

Tahun ini, ada 15 jurnalis profesional yang terpilih dari 15 media di Indonesia. Ke-15 jurnalis ini akan mengikuti serangkaian workshop untuk mendalami dan berdiskusi sejumlah isu terkait kedua negara.

2022
Dua Dekade Terakhir, Jumlah TKI di Korsel Melonjak Tinggi

Sonya Michaella, IDN Times

Jakarta, IDN Times – Korea Selatan (Korsel) menjadi salah satu negara tujuan Tenaga Kerja Indonesia (TKI), khususnya para tenaga kerja terampil.

Tercatat, dalam dua dekade terakhir, jumlah tenaga kerja terampil asal Indonesia yang berada di Korsel meningkat hampir dua kali lipat.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Pusat Strategi Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri RI, Muhammad Takdir, dalam pembukaan Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2 yang diusung FPCI dan Korea Foundation, Jumat (26/8/2022).

1. Korsel butuh banyak tenaga kerja asing

KepalaPusat Strategi Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri RI, Muhammad Takdir. (IDN Times/Sonya Michaella)

Takdir mengatakan, pada 2019, Malaysia, Taiwan, dan Hong Kong merupakan tiga negara destinasi utama bagi para pekerja migran Indonesia mencari nafkah.

“Namun, beberapa tahun terakhir ternyata di Korsel juga banyak pekerja migran kita yang merupakan skilled labour,” kata Takdir dalam paparannya secara daring di Bengkel Diplomasi FPCI, Jakarta.

Menurut dia, meningkatnya kerja sama perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Korsel merupakan salah satu faktor mengapa Negeri Ginseng ini menjadi favorit dari para pekerja migran Indonesia.

“Pada 2019, 42 persen tenaga kerja Indonesia merupakan skilled labour,” kata dia.

Takdir menambahkan, efek aging population shifting di Korsel juga telah mempengaruhi perekonomian dan keamanan nasional. Dengan demikian, dalam konteks ekonomi, Korsel membutuhkan lebih banyak tenaga kerja.

“Sektor pertambangan dan manufaktur di Korsel menyerap banyak tenaga kerja asing dan mayoritas mereka mengoperasikan mesin dan assembling,” ujarnya.

2. Ada 28 ribu TKI yang berada di Korsel

Ilustrasi tempat wisata di Seoul, Korea Selatan (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Pada kunjungannya mendampingi Presiden RI, Joko “Jokowi” Widodo ke Seoul, Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, juga menyinggung tentang penempatan TKI di Korsel.

“Salah satu isu yang dibahas adalah Indonesia mengusulkan peninjauan kembali MoU mengenai penempatan tenaga kerja yang dimiliki kedua negara sejak 2012,” kata Menlu Retno, saat itu.

Hingga Maret 2022, tercatat ada 28 ribu pekerja migran Indonesia yang ada di Korea Selatan. Sebagian besar dari mereka bekerja pada sektor manufaktur dan perikanan.

3. Pembukaan Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2022

Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea. (dok. FPCI)

Foreign Policy Community of Indonesia bersama Korea Foundation kembali menggelar Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea. Tahun ini adalah tahun kedua program tersebut diselenggarakan.

Program ini merupakan platform bagi jurnalis profesional di seluruh Indonesia untuk mendalami hubungan Indonesia dan Korea Selatan di berbagai aspek.

Tahun 2022, ada 15 jurnalis profesional yang terpilih dari 15 media di Indonesia. Ke-15 jurnalis ini akan mengikuti serangkaian workshop untuk mendalami dan berdiskusi sejumlah isu terkait kedua negara.

https://www.idntimes.com/news/world/sonya-michaella/dua-dekade-terakhir-jumlah-tki-di-korsel-melonjak-tinggi
2022
Korea Selatan bukan sekadar K-Pop

Natisha Andarningtyas, LKBN Antara

Ilustrasi kerjasama. (Pixabay)

Jakarta (ANTARA) – Indonesia memiliki penanda selain pandemi untuk tahun 2020, tahun itu juga seorang perempuan Indonesia berhasil menembus industri musik Korea Selatan.

Ialah Dita Karang, perempuan asal Yogyakarta yang terpilih menjadi anggota grup idola SECRET NUMBER. Debut grup berisi lima perempuan itu dimulai bertepatan dengan pandemi.

“Rasanya memalukan untuk mengatakan ini sendiri, tapi, saya mendengar dari kenalan saya bahwa debut saya menjadi perbincangan di Indonesia,” kata Dita pada 2020, menanggapi kemunculannya bersama SECRET NUMBER.

Jauh sebelum Dita Karang bergabung dengan grup idola, sekitar pertengahan tahun 2000an, telinga masyarakat Indonesia sudah akrab dengan musik pop asal Korea Selatan.

Jika pada tahun 1990an Indonesia dilanda “demam boyband” dari Eropa dan Amerika Serikat, tahun ini menjadi eranya grup idola dari Korea Selatan.

Tidak terhitung juga grup yang sudah pernah menggelar konser di Indonesia sejak beberapa tahun belakangan, seperti Super Junior, Big Bang, Red Velvet dan Blackpink.

Popularitas Korea Selatan dan K-Pop di Indonesia masih akan terus menanjak, seiring dengan kemunculan grup idola baru dan produk kecantikan. Sejumlah idola diketahui menjadi duta merk kecantikan, menambah daya tarik bagi produk, idola dan Korea Selatan.

Hubungan Indonesia dengan Korea Selatan tidak hanya bisa dilihat dari popularitas K-Pop di sini. Kedua negara sudah merintis hubungan diplomatik sejak 1973.

Dr. Wondeuk Cho dari Center for ASEAN-Indian Studies, The Institute of Foreign Affairs and National Security, menjelaskan hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Korea dimulai pada 1973.

Hubungan kedua negara juga terjadi secara bilateral. Mulai tahun 2006, kerja sama bilateral Indonesia dengan Korea menjadi kemitraan strategis, lalu meningkat menjadi kemitraan strategis khusus (special strategic partnership) pada 2017.

Indonesia menjadi satu-satunya negara yang memiliki status kemitraan strategis khusus dengan Korea di kawasan ASEAN.

“Indonesia adalah negara terdepan di kawasan ASEAN,” kata Cho, dalam diskusi “Assessing Indonesia-Korea Special Strategic Partnership Towards its 50 Years Diplomatic Relations,” bagian dari program “Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea” yang diadakan Foreign Policy Community of Indonesia.

Di mata Korea saat ini Indonesia bukan hanya negara yang terdepan di ASEAN, tapi, juga salah satu negara yang aktif terlibat dalam berbagai hubungan multilateral, salah satunya terlihat dari kepemimpinan Indonesia untuk G20 tahun ini.

Berkat kemitraan strategis khusus ini, Indonesia masuk daftar prioritas Korea dalam berbagi pengalaman dan pengetahuan. Misalnya, pada awal pandemi 2020 kedua negara bekerja sama untuk persediaan alat pelindung diri dan alat tes PCR.

Kepala Pusat Strategi Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri, Muhammad Takdir, menjelaskan setidaknya ada tiga fokus utama dalam kemitraan strategis khusus Indonesia dengan Korea, yaitu politik dan keamanan, ekonomi dan kontak orang perorangan (people to people contact).

Dalam isu ekonomi, nilai perdagangan antara Indonesia dengan Korea Selatan ditargetkan mencapai 30 miliar dolar Amerika Serikat pada tahun ini.

“Ini bagus dalam artian akan mendorong kita untuk memaksimalkan perdagangan dan investasi,” kata Takdir.

Di Indonesia, sudah terjalin banyak kerja sama sejak kemitraan strategis khusus ini, salah satunya untuk pembuatan baterai kendaraan listrik. Tahun lalu, telah dilakukan peletakan batu pertama untuk pabrik baterai mobil listrik di Karawang, Jawa Barat.

Pabrik HKML Battery Indonesia di Karawang merupakan proyek investasi konsorsium baterai Korea Selatan (LG dan Hyundai) dengan PT Industri Baterai Indonesia.

Saat pertemuan dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol di Seoul pada Juli tahun ini, Presiden Joko Widodo mendorong negara tersebut berinvestasi untuk pembangunan ekosistem mobil listrik di Indonesia.

Dalam bidang teknologi, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate pada pertengahan tahun ini bertemu dengan Menteri Dalam Negeri dan Keamanan Korea Selatan Lee Sang Min untuk membahas peluang kerja sama dalam pengembangan pusat data.

Pada bidang pertahanan, jejak kerja sama Indonesia dengan Korea terlihat jelas dalam pesawat tempur Korean Fighter Experimental/Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX) bernama KF-21 Boramae, yang diluncurkan tahun lalu.

50 tahun Indonesia-Korea
Tahun depan akan menjadi momen yang bersejarah bagi Indonesia dan Korea karena hubungan diplomatik kedua negara genap berusia setengah abad.

Menurut Takdir, ada dua cara untuk merayakan 50 tahun hubungan diplomasi Indonesia dengan Korea Selatan tahun depan. Pertama, mengenang kerja sama yang sudah berlangsung selama 50 tahun belakangan atau yang kedua, mengantisipasi tahun-tahun yang menjanjikan di masa depan.

“Misalnya fokus pada kerja sama di masa depan untuk isu energi terbarukan dan pekerja migran,” kata Takdir.

Sementara menurut Cho, menyambut 50 tahun hubungan diplomatik, Indonesia dan Korea Selatan bisa memperkuat kolaborasi mereka untuk mengatasi tantangan global.

“Kita bisa menjadikan tahun depan (perayaan 50 tahun hubungan diplomatik) sebagai titik balik untuk kerja sama generasi berikutnya,” kata Cho.

Perayaan setengah abad hubungan diplomatik ini juga tidak lepas dari unsur budaya pop.

Beberapa hari lalu, dalam siaran di salah satu televisi swasta Indonesia, Duta Besar Republik Indonesia untuk Korea Selatan, Gandi Sulistiyanto, mengumumkan Dita Karang sebagai Duta Hubungan Bilateral Indonesia dengan Korea untuk perayaan 50 tahun nanti.

Source: https://www.antaranews.com/berita/3083409/korea-selatan-bukan-sekadar-k-pop

2022
Korea Hadapi Ageing Population, Kesempatan Bagi RI Kirim Banyak TKI Terampil

Nadia Jovita Injilia Riso, Kumparan

Para pendaftar TKI Jateng ke Korea Selatan, saat mengisi dokumen. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan

Kerja sama yang terjadi antara Indonesia dan Korea Selatan tidak hanya terbatas pada politik, keamanan global dan ekonomi saja, tapi juga terkait hubungan people to people.
Dalam bidang itu, Korea Selatan menjadi salah satu destinasi kerja untuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Untuk tahun ini saja, sebanyak sekitar 20 ribu calon TKI akan berangkat untuk bekerja di Korea Selatan. Kepala Pusat Strategi Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika Kemlu, Muhammad Takdir, mengungkapkan dalam dua dekade terakhir jumlah TKI yang mengadu nasib di Korsel, khususnya tenaga kerja terampil, meningkat dua kali lipat.

“Ada kesempatan bagi kita untuk meningkatkan pengiriman tenaga kerja Indonesia ke Korea Selatan. Secara khusus pekerja semi terampil yang dalam statistik meningkat. Karena distribusi pekerjaan saat ini mulai didominasi oleh tenaga kerja terampil. Saya rasa akan baik jika Indonesia fokus dalam hal ini karena Korea Selatan sedang mengalami ageing population shifting,” kata Takdir dalam Workshop Indonesian Next Generation Journalist Network Korean yang digelar FPCI dengan tema ‘Assessing Indonesia-Korea Special Strategic Partnership Towards Its 50 Years Diplomatic Relations’, Jumat (26/8) lalu.

Takdir mengatakan, pandemi COVID-19 membuat tingkat pengangguran di Indonesia menjadi tinggi. Sehingga kesempatan untuk menyerap tenaga kerja menjadi penting.

Ia melanjutkan secara statistik, ada peningkatan jumlah tenaga kerja terampil yang cukup signifikan. Berdasarkan statistik yang dikeluarkan BPS, jumlah pengangguran di Indonesia meningkat ke angka 6,26% pada 2021.

“Tantangannya adalah karena tingkat pengangguran di Indonesia. Sehingga kita perlu menemukan pasar untuk pekerja semi terampil kita untuk dikirim ke luar negeri, mendapat pekerjaan dan gaji yang layak di sana,” ujarnya.


Takdir menilai hal ini menjadi tantangan sekaligus kesempatan bagi tenaga kerja Indonesia. Apalagi, Korea Selatan tengah menghadapi ageing population shifting yang membuat mereka kekurangan tenaga kerja.


Fenomena ini, lanjut Takdir, tak hanya terjadi di Korea Selatan tapi negara Asia Timur lainnya seperti China, Taiwan, dan Jepang.


“Saya rasa ini akan menjadi kesempatan yang bagus untuk tenaga kerja kita. Ketika negara kekurangan tenaga kerja karena ageing population, kita dapat mengisi ruang itu dan mengirim tenaga kerja kita ke sana,” ungkapnya.


Takdir mendorong pemerintah Indonesia untuk memanfaatkan situasi ini dengan baik. Di sisi lain, Takdir memberi catatan agar pemerintah mengirimkan TKI tak hanya terfokus dengan mereka yang berasal dari Jawa saja.

Sejumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) berbaris sebelum diberangkatkan menuju Korea Selatan di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (18/7/2022). Foto: Fauzan/ANTARA FOTO

Berdasarkan data yang dihimpun Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) pada Juni 2022, asal provinsi pekerja Indonesia didominasi Jawa. Dengan rincian 4.470 dari Jawa Timur, 4.177 dari Jawa Tengah, dan 2.779 dari Jawa Barat.


Masih berdasarkan data BP2MI, Korea Selatan menjadi negara tujuan ketiga TKI bersama Hong Kong dan Taiwan. Dari 15.641 penempatan, 942 di antaranya atau 6% berangkat ke Korea Selatan.
“Kita melihat bahwa pekerja Indonesia banyak yang berasal dari Jawa. [Sehingga] kita perlu mengembangkan distribusi pengiriman pekerja kita secara rata. Meski kita juga melihat ada tenaga kerja kita yang berasal dari timur Indonesia,” ungkapnya.


Lebih lanjut, Takdir menilai bahwa pertambangan masih menjadi sektor yang menjanjikan di Korea Selatan. Apalagi, sektor pertambangan berada di peringkat ketiga berkontribusi terhadap GDP Korea Selatan.


Berdasarkan data yang disajikan Foreign Labour Force Survey, Korea Selatan lebih banyak menyerap tenaga kerja untuk sektor pertambangan dan manufaktur sebanyak 437 ribu orang. Kemudian diikuti sektor perakitan sebanyak 375 ribu orang, sektor retail 190 ribu orang, sektor profesional 187 ribu orang, dan sektor agrikultur dan perikanan 49 ribu orang.


“Saya kira kita [Indonesia] dapat mengembangkan sekolah politeknik sehingga dapat mengembangkan keterampilan tenaga kerja di bidang pertambangan untuk dikirim ke Korea Selatan,” pungkasnya.

Tentang Indonesian Next Generation Journalist Network On Korean
Indonesian Next Generation Journalist Network On Korean adalah program yang digelar Foreign Policy Community in Indonesia (FPCI). Tahun ini merupakan penyelenggaraan Indonesia Next Generation Journalist Network On Korea yang kedua.


Tahun ini, FPCI memilih 15 jurnalis untuk mengikuti workshop yang mendiskusikan masa depan hubungan bilateral Indonesia-Korea Selatan, khususnya dalam menyambut perayaan ke-50 kerja sama kedua negara tahun depan.

Source: https://kumparan.com/kumparannews/1ylGHXkdUfR?shareID=GcrimLjhoDwN&utm_source=App&utm_medium=copy-to-clipboard

2022
Melihat Peran Penting Indonesia dalam Misi Perdamaian di Semenanjung Korea

Nadia Jovita Injilia Riso, kumparan

com-Perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara Foto: Shutterstock

Konflik yang terjadi antara Korea Selatan dan Korea Utara masih terjadi hingga saat ini. Semenjak Perang Korea berakhir pada 1953, kedua negara berada dalam posisi gencatan senjata dan masih terlibat dalam sejumlah ketegangan.


Terakhir, Korut memicu ketegangan karena melakukan uji coba rudal dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Presiden Korsel Yoon Suk-yeol pun memerintahkan rencana operasional militer baru untuk menghadapi ancaman senjata nuklir Korut yang semakin agresif.


Peneliti Studi ASEAN-India dari The Institute of Foreign Affairs and National Security (IFANS), Cho Wondeuk, menyoroti peran Indonesia dalam misi perdamaian di Semenanjung Korea. Menurutnya, Indonesia memiliki peran aktif dalam sejumlah isu regional, khususnya dalam misi perdamaian di Semenanjung Korea.


“Anda mungkin ingat di 2018, sebelum perayaan KTT ASEAN-ROK di 2019, Presiden Jokowi membuat saran yang menarik agar ASEAN dan Korea Selatan dapat mengundang Pemimpin Besar Korea Utara Kim Jong-un untuk hadir dalam acara tersebut,” kata Cho dalam Workshop Indonesian Next Generation Journalist Network On Korean yang digelar FPCI dengan tema ‘Assessing Indonesia-Korea Special Strategic Partnership Towards Its 50 Years Diplomatic Relations’, Jumat (26/8) lalu.

Kim Jong-un saat bertemu dengan pejabat militer Korut di Pyongyang, Korea Utara, Jumat (24/6/2022). Foto: KCNA via REUTERS

“Meski demikian, hal itu tidak terjadi,” lanjutnya.
Terlepas dari Kim Jong-un yang akhirnya tidak diundang dalam KTT ASEAN-ROK di 2019 itu, Cho menilai usaha Jokowi menunjukkan bahwa Indonesia sangat bersemangat untuk berperan dalam membawa hubungan Korea Selatan dan Korea Utara ke arah yang lebih baik.


“Untuk itulah, saya menilai Indonesia sangat penting untuk Korea Selatan, khususnya dalam 50 tahun ke depan,” ungkapnya.


Selain itu, Cho menyoroti sejarah panjang hubungan baik Indonesia dan Korea Utara menjadi salah satu faktor penting peran Indonesia dalam misi perdamaian Semenanjung Korea.

Indonesia dan Korea Utara menjalin hubungan yang cukup baik sejak 1961. Hubungan baik kedua negara ditandai lewat persahabatan Presiden ke-1 RI Sukarno dan mantan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Il-sung.

“Korea Utara memiliki duta besar di Indonesia dan [Indonesia] memiliki duta besar di Pyongyang, dan kedua negara memiliki sejarah yang panjang,” ujarnya.

Atas dasar itulah, Cho menilai Indonesia merupakan salah satu rekan terbaik dan tepercaya antara kedua negara. Menurutnya, Indonesia memiliki peran penting sebagai penengah kedua negara yang masih bersitegang tersebut.

“Ke depan, saya pikir Indonesia dapat menyampaikan negosiasi yang kuat dan dapat mempertemukan kedua Korea [untuk bertemu dan berbicara] mengenai isu Semenanjung Korea. Saya pikir Indonesia memiliki peran penting,” pungkasnya.

Tentang Indonesian Next Generation Journalist Network On Korean
Indonesian Next Generation Journalist Network On Korean adalah program yang digelar Foreign Policy Community in Indonesia (FPCI). Tahun ini merupakan penyelenggaraan Indonesia Next Generation Journalist Network On Korea yang kedua.

Tahun ini, FPCI memilih 15 jurnalis untuk mengikuti workshop yang mendiskusikan masa depan hubungan bilateral Indonesia-Korea Selatan, khususnya dalam menyambut perayaan ke-50 kerja sama kedua negara tahun depan.

Source: https://kumparan.com/kumparannews/melihat-peran-penting-indonesia-dalam-misi-perdamaian-di-semenanjung-korea-1ylG66TELjm/full

2022
Ini Sederet Kerja Sama Indonesia dan Korea Selatan selama 50 Tahun Hubungan Bilateral

Maria Fatimah Natalia, JPNN.com

Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika Kemenlu RI Muhammad Takdir. Foto: dok FPCI/Kemenlu RI

Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika Kemenlu RI Muhammad Takdir. Foto: dok FPCI/Kemenlu RI

jpnn.com, JAKARTA – Dr Cho Wondeuk, Research Professor Center for ASEAN-Indian Studies dari The Institute of Foreign Affairs abd National Security (IFANS) mengatakan Korea Selatan dan Indonesia telah menjalin berbagai program kerja sama selama ini.

Cho mengatakan begitu banyak program kerja sama tersebut dijalin kedua negara selama hampir 50 tahun, sejak 1973. Dia membeberkan sejumlah kerja sama penting tersebut. Indonesia dan Korea Selatan menjalin Strategic Partnership pada Desember 2006. Dua negara melanjutkan Special Strategic Partnership pada November 2017 dalam UAE di India.

Ini merupakan salah satu program kerja sama besar di Southeast Asia dalam bidang ekonomi dan keamanan di SEA. Indonesia dan Korea Selatan juga menjalankan kerja sama strategis dalam dialog-dialog membahas masalah regional dan pertahanan. “Dua negara juga memperkuat hubungan untuk kerja sama regional dan global bersama di UN, APEC, ASEAN+3, The EAS, ARF, the G20, dan MIKTA,” ujar Cho dalam workshop perdana Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea bertajuk ‘Assessing Indonesia-Korea Special Strategic Partnership Towards Its 50 Years Diplomatic Relations’ baru-baru ini.

Workshop itu digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation. Cho menambahkan kerja sama Indonesia dan Korea Selatan makin erat dengan adanya kegiatan saling kunjung antara presiden kedua negara.

Presiden RI Megawati Soekarnoputri memulai kunjungan ke Korea Selatan pada Maret 2002.

Selanjutnya, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono lima kali mengunjungi Korea Selatan pada November 2005, Juli 2007, Juni 2009, November 2010, dan Maret 2012. Disusul, Presiden Joko Widodo yang mengunjungi Korea Selatan pada Desember 2014, Mei 2016, September 2018, dan November 2019. Jokowi, sapaan karib kepala negara, kembali datang ke Korea Selatan pada Juli 2022 sebagai kedatangan perdana pemimpin ASEAN dan sekaligus pimpinan negara asing kedua yang menemui Presiden terpilih Korsel Yoon Seok-yeol setelah Presiden AS Joe Biden. Beberapa Presiden Korea Selatan juga pernah mengadakan kunjungan kerja di Indonesia. Di antaranya Presiden Roh Moo-nyun pada Desember 2006. Dilanjutkan Presiden Lee Myeong-bak pada Maret 2009, Desember 2010, November 2011 dan 2012. Presiden Korsel Park Geun-hae mengunjungi Indonesia pada Oktober 2013 dan Presiden Moon Jae-in pada November 2017. “Banyak Presiden Indonesia yang telah datang ke Korea Selatan dibanding negara-negara lain. Sebaliknya Presiden Korea Selatan juga telah mengunjungi Jakarta. Kita memiliki hubungan yang kuat untuk melanjutkan kerja sama dalam berbagai bidang,” ujar Cho. Dia memaparkan Korea Selatan dan Indonesia juga menjalin kerja sama di bidang ekonomi, pertahanan, industri pertahanan serta program maritim. “Indonesia dan Korea Selatan juga bertukar pandangan terkait situasi regional di kawasan Indo Pasifik,” sambungnya.

Pada kesempatan diskusi yang sama Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika Kemenlu RI Muhammad Takdir mengatakan Indonesia dan Korea Selatan memiliki hubungan kerja sama yang sangat baik di bidang ekonomi, kesehatan, transportasi, perdagangan, industri dan investasi. “Indonesia dan Korea Selatan menargetkan kerja sama perdagangan senilai USD 30 triliun tahun ini,” tutur Takdir.

Kerja sama dua negara ini juga terjalin dalam pertukaran budaya, atlet, kegiatan generasi muda. Indonesia juga menaruh harapan dalam kerja sama pengiriman pekerja ke Korea Selatan. “Indonesia juga berharap perlindungan terhadap pekerja migran dari negara kita di Korea Selatan dan memperluas kesempatan untuk masuknya pekerja migran ke Korsel,” sambung Takdir. Dia meyakini Korea Selatan membutuhkan kehadiran pekerja migran Indonesia sebagai akibat dari efek aging population shifting di negara tersebut. Efek aging population shifting memengaruhi perekonomian dan keamanan nasional. “Dalam konteks ekonomi, Korea Selatan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja. Pada Juni 2022 Korsel menjadi negara tujuan utama bagi pekerja migran asal Indonesia,” kata Takdir.

Merujuk data BP2MI pada Juni 2022, ujar Takdir, Korea Selatan adalah negara ketiga tujuan utama pekerja migran Indonesia dengan jumlah 942 orang. Jumlah ini, tuturnya, bisa bertambah seiring eratnya hubungan bilateral kedua negara di masa depan. (flo/jpnn)

Source: https://www.jpnn.com/news/ini-sederet-kerja-sama-indonesia-dan-korea-selatan-selama-50-tahun-hubungan-bilateral

2022
Hubungan Bilateral Terjalin Hampir 50 Tahun, Ini Arti Penting Indonesia Bagi Korsel
Maria Fatimah Natalia, JPNN.com

Dr Cho Wondeuk, Research Professor Center for ASEAN-Indian Studies dari The Institute of Foreign Affairs abd National Security (IFANS) dalam diskusi di kantor FPCI . Foto: Natalia Laurens/JPNN

jpnn.com, JAKARTA – Hubungan kerja sama pemerintah Indonesia dan Korea Selatan bukan baru seumur jagung. Dua negara ini akan merayakan 50 tahun hubungan diplomasi pada yang berlangsung sejak 1973 pada 2023 mendatang.

Lalu seberapa penting hubungan kerja sama dengan Indonesia bagi pemerintah Korea Selatan? Menurut Dr Cho Wondeuk, Research Professor Center for ASEAN-Indian Studies dari The Institute of Foreign Affairs abd National Security (IFANS), Indonesia adalah salah satu negara yang netral dan menjaga keseimbangan diplomasi antara US dan China tanpa memihak dua belah pihak.

Hal itu disampaikan Cho dalam first workshop Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea bertajuk ‘Assessing Indonesia-Korea Special Strategic Partnership Towards Its 50 Years Diplomatic Relations’ baru-baru ini. Workshop itu digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bekerja sama dengan Korea Foundation. Dalam workshop itu, Cho mengatakan Indonesia juga aktif dalam hubungan diplomasi sejak 1955 melalui Konferensi Bandung dan memimpin dunia ketiga.

“Indonesia juga memimpin hubungan multilateral di Indian Ocean Rim Association or IORA, G20, ASEAN, MIKITA and APEC,” tutur Cho dalam diskusi daring melalui zoom tersebut. Pemerintah Korea Selatan juga menilai Indonesia menunjukkan kepemimpinan dalam ASEAN Outlook on The Indo-Pacific (AOIP).

Selain itu, Korea Selatan menganggap Indonesia sebagai partner penting menjaga pertahanan melalui kerja sama submarine KF-21.

“Indonesia dan Korea Selatan berdiri bersama dalam hubungan internasional terutama untuk Indo-Pacific. Kita harus bersama karena hidup di dunia yang tidak menentu akibat pandemi covid-19 dan kompetisi yang berkembang di antara China dan US,” sambung Cho. Pengamat politik internasional Korsel itu juga memuji Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat enerjik serta aktif mencari penyelesaian masalah regional dan memberi saran-saran membantu penuntasan konflik. “Indonesia dan Korea Selatan memiliki hubungan yang spesial dan kuat di banyak bidang seperti ekonomi, politik, pertahanan dan industri,” tambah Cho. Dia berharap hubungan 50 tahun Indonesia dan Korea Selatan terus berlanjut dengan berbagai bentuk program kerja sama terutama untuk memperkuat ASEAN dan Indo-Pacific. (flo/jpnn)

12
Page 1 of 2

Youtube
Twitter
Facebook
Instagram
Copyright 2021 - www.indonesia-koreajournalist.net