• Home
  • Services
  • Pages
    • About 1
    • About 2
    • About 3
    • About 4
    • Our Team
    • Contact 1
    • Contact 2
    • Service 1
    • Service 2
    • Service 3
  • Portfolio
    • Column One
      • Portfolio Classic
      • Portfolio Grid
      • Portfolio Grid Overlay
      • Portfolio 3D Overlay
      • Portfolio Contain
    • Column Two
      • Portfolio Masonry
      • Portfolio Masonry Grid
      • Portfolio Coverflow
      • Portfolio Timeline Horizon
      • Portfolio Timeline Vertical
    • Column Four
      • Single Portfolio 1
      • Single Portfolio 2
      • Single Portfolio 3
      • Single Portfolio 4
      • Single Portfolio 5
    • Column Three
      • Video Grid
      • Gallery Grid
      • Gallery Masonry
      • Gallery Justified
      • Gallery Fullscreen
  • Blog
    • Blog Grid No Space
    • Blog Grid
    • Blog Masonry
    • Blog Metro No Space
    • Blog Metro
    • Blog Classic
    • Blog List
    • Blog List Circle
  • Slider
    • Column One
      • Vertical Parallax Slider
      • Animated Frame Slider
      • 3D Room Slider
      • Velo Slider
      • Popout Slider
      • Mouse Driven Carousel
    • Column Two
      • Clip Path Slider
      • Split Slick Slider
      • Fullscreen Transition Slider
      • Flip Slider
      • Horizon Slider
      • Synchronized Carousel
    • Column Three
      • Multi Layouts Slider
      • Split Carousel Slider
      • Property Clip Slider
      • Slice Slider
      • Parallax Slider
      • Zoom Slider
    • Column Four
      • Animated Slider
      • Motion Reveal Slider
      • Fade up Slider
      • Image Carousel Slider
      • Glitch Slideshow
      • Slider with other contents
  • Shop

Blog Archives

Journalist Network 2023
Dipicu Eratnya Hubungan Bilateral, Optimistis Investasi Indonesia-Korsel Meningkat

Dinda Juwita

Professor of Political Science and International Relations Korea University Jae Hyeok Shin saat menyampaikan informasi. (Dinda Juwita/Jawa Pos)

JawaPos.com – Korea Selatan (Korsel) menjadi salah satu negara mitra dagang dan investasi yang penting bagi Indonesia. Data mencatat, sejak tahun 2017 hingga 2021, investasi Korsel ke Indonesia mencapai USD 8,18 miliar.

Professor of Political Science and International Relations Korea University Jae Hyeok Shin menjelaskan, jumlah itu diyakini akan terus bertambah. Hal itu seiring dengan hubungan diplomasi Indonesia dengan Korsel yang tahun ini menginjak ke 50 tahun.

“Jumlah total investasi Korea di Indonesia yang mencapai USD 8,18 miliar itu menjadikan Korea Selatan sebagai negara investor terbesar ketiga di Indonesia,” ujarnya pada diskusi virtual dengan media pada forum Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Rabu (2/8).

Shin memerinci, beberapa investasi dengan nilai yang besar dari Korsel itu di antaranya yakni Hyundai Automotive Plant (USD 1,55 miliar), Lotte Chemical Plant (USD 3,9 miliar), Hyundai Motors-LG Energy Solution Battery Plant (USD 1,1 miliar), KCC Glass Plant (USD 0,31 miliar), dan lainnya.

Meski begitu, memasuki setengah abad hubungan diplomasi antara kedua negara, ada pula tantangan yang dihadapi. Salah satunya, yakni besarnya konsentrasi hubungan antara Korsel dengan Vietnam.

Shin mencontohkan, hubungan dagang antara Korsel dengan Vietnam sepanjang tahun 2021 mencapai USD 80,7 miliar. Sementara dengan Indonesia hanya mencapai USD 19,3 miliar pada periode yang sama. “Padahal populasi Indonesia dua kali lipat lebih besar dibanding Vietnam,” imbuhnya.

Besarnya fokus Korsel pada Vietnam dipicu salah satunya karena pemerintah Vietnam sangat atraktif dalam menarik penanaman modal asing (foreign direct investment/FDI). Hal itu membuat banyaknya perusahaan asal Korsel yang menanamkan modalnya di Vietnam.

Meski begitu, Shin menyebut strategi itu tak sepenuhnya baik bagi kelangsungan Vietnam. Sebab, dia mengapresiasi langkah pemerintah Indonesia yang meski tetap aktif menarik investor, tapi juga berjuang untuk membangun perusahaan-perusahaan domestik untuk lebih memiliki daya saing industri. ‘’Hal itu mencerminkan bahwa kebijakan pemerintah Indonesia yang lebih seimbang (dibanding Vietnam),’’ jelas dia.

Namun, Shin optimistis bahwa hubungan Indonesia – Korsel akan semakin dekat. Bahkan bisa lebih dekat dibanding dengan Vietnam.

Sumber : https://www.jawapos.com/bisnis/011823493/dipicu-eratnya-hubungan-bilateral-optimistis-investasi-indonesia-korsel-meningkat

Journalist Network 2023
Relasi Indonesia-Korsel Hadapi Tantangan Multilateralisme

Indonesia dan Korsel masih berpeluang menjalin kerja sama yang lebih strategis. Setelah penandatanganan IK-CEPA, kerja sama Korsel dan Indonesia sangat dekat.

Oleh DIAN DEWI PURNAMASARI

Duta Besar RI di Seoul Gandi Sulistiyanto (kanan), Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Abdul Kadir Jailani (tengah), dan Duta Besar Korea Selatan di Jakarta Lee Sang Deok meluncurkan logo perayaan 50 tahun hubungan RI-Korsel, Kamis (26/1/2023). Indonesia satu-satunya mitra strategis Korsel di Asia Tenggara.

Duta Besar RI di Seoul Gandi Sulistiyanto (kanan), Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Abdul Kadir Jailani (tengah), dan Duta Besar Korea Selatan di Jakarta Lee Sang Deok meluncurkan logo perayaan 50 tahun hubungan RI-Korsel, Kamis (26/1/2023). Indonesia satu-satunya mitra strategis Korsel di Asia Tenggara.

Hubungan kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan yang dimulai sejak 1973 kini telah berumur 50 tahun. Kedua negara yang terpisah dan dihubungkan oleh Samudra Hindia dan Samudra Pasifik itu menghadapi tantangan erosi multilateralisme untuk memperkuat kemitraan strategisnya. Namun, para pakar meyakini hubungan erat di masa lalu justru bisa menguatkan relasi di 50 tahun mendatang.

Hal itu diungkapkan Deputi Direktur Asia Timur Kementerian Luar Negeri Vahd Nabyl A Mulachela saat seminar bertema ”Membangun Jembatan: Menilai Masa Lalu dan Membentuk Masa Depan Relasi Indonesia-Korea” yang diselenggarakan program Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea, Rabu (2/8/2023) lalu. Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea 2023 adalah program fellowship kerja sama Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI).

Nabyl menuturkan, diplomasi Indonesia dengan Korsel memang lebih belakangan jika dibandingkan diplomasi Indonesia dengan Korea Utara. Namun, sejak 2006, kerja sama strategis, terutama dalam bidang perdagangan minyak dan tenaga kerja, terjalin erat antara Indonesia dan Korsel. Kemudian, pada 2017, Indonesia menjalin kemitraan spesial dan strategis dengan Korsel.

Ia menambahkan, tahun 2019, Indonesia dan ”Negeri Ginseng” menandatangani Deklarasi Bersama Penyelesaian Perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Korea Selatan atau IK-CEPA. Indonesia meyakini IK-CEPA dapat menopang transformasi ekonomi Indonesia karena peluang kerja sama tidak sebatas perdagangan barang, tetapi juga jasa, investasi, dan kerja sama ekonomi lain.

Deputi Direktur Asia Timur Kementerian Luar Negeri Indonesia Vahd Nabyl A Mulachela saat lokakarya bertema ”Membangun Jembatan: Menilai Masa Lalu dan Membentuk Masa Depan Relasi Indonesia-Korea” yang diselenggarakan dalam rangkaian program Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea, Rabu (2/8/2023).

Tantangan

Meskipun demikian, relasi kedua negara juga mengalami tantangan yang tak mudah. Persoalan utamanya adalah erosi multilateralisme. Fenomena itu terjadi karena dampak perang berkepanjangan Rusia-Ukraina, pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19, dan perubahan iklim. Contohnya, untuk bisa masuk dalam wadah bergensi forum iklim dunia, kata Nabyl, Indonesia pun masih perlu menyesuaikan sejumlah regulasi.

”Erosi multilateralisme adalah permasalahan tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu negara. Semua negara saling tergantung sehingga apa yang terjadi di suatu negara akan berdampak di negara lain, terutama dampak konflik yang disebabkan keserakahan dan balas dendam di masa lalu,” ujarnya.

Di kawasan Asia Tenggara, relasi kedua negara juga terancam oleh menguatnya permusuhan antara Amerika Serikat dan China serta eskalasi konflik di Selat Taiwan dan Semenanjung Korea, Laut China Selatan, dan Myanmar. Sebagai negara dengan kekuatan menengah, Indonesia memilih strategi untuk menjadi negara yang bebas, damai, dan sejahtera.

Akhir Juli lalu, tiga negara anti-Barat semakin menguatkan poros kekuatan mereka. Korut sedang mengupayakan poros Pyongyang-Beijing-Moskwa untuk menyaingi Barat. Hal itu ditandai dengan Pemimpin Korut Kim Jong Un menyambut kedatangan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dalam peringatan 70 Tahun Gencatan Senjata Perang Korea.

Kunjungan itu menunjukkan hubungan kedua negara yang semakin mendekat di tengah memanasnya persaingan geopolitik dengan Amerika Serikat. Pada hari yang sama, Kamis (27/7/2023), Kim juga menyambut kedatangan delegasi China yang dipimpin oleh anggota Politbiro Partai Komunis China Li Hongzhong (Kompas.id, 27 Juli 2023).

”Indonesia tidak bisa mengabaikan tantangan geopolitik itu. Harapan Indonesia sebenarnya ingin berkontribusi dalam menciptakan perdamaian dunia. Kita berharap kerja sama 50 tahun ke depan bisa lebih baik, walaupun untuk meneropong ke masa depan, kami juga belum tahu,” papar Nabyl.

Deputi Direktur Asia Timur Kementerian Luar Negeri Vahd Nabyl A Mulachela memberikan materi tentang tantangan geopolitik dalam relasi Indonesia-Korsel saat lokakarya bertema ”Membangun Jembatan: Menilai Masa Lalu dan Membentuk Masa Depan Relasi Indonesia-Korea” yang diselenggarakan dalam rangkaian program Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea, Rabu (2/8/2023).

Adapun bagi Indonesia dan Korsel, target yang ingin dicapai untuk merajut relasi 50 tahun ke depan adalah memperkuat relasi bilateral, kerja sama dalam bidang ekonomi hijau, pembangunan hijau dan berkelanjutan; meningkatkan kolaborasi untuk mendorong isu regional; serta mempromosikan kedamaian dan stabilitas regional yang lebih besar dari yang ada sekarang.

Peluang

Profesor Ilmu Politik dan Hubungan Internasional dari Universitas Korea Jae Hyeok Shin yang hadir dalam lokakarya itu mengatakan, kerja sama kedua negara terus meningkat. Pada 2021, nilai perdagangan Korsel-Indonesia hanya 19,3 juta dollar AS. Namun, pada 2022, atau berselang setahun, nilai perdagangan itu sudah mencapai 20,57 juta dollar AS. Nilai investasi pun disebutnya terus meningkat sepanjang 2017-2021.

”Di bidang pertahanan dan keamanan kita juga memiliki kerja sama tingkat tinggi, mulai dari pembuatan mesin pesawat jet hingga perawatan kapal selam militer,” ucapnya.

Profesor ilmu politik dan hubungan internasional dari Universitas Korea, Jae Hyeok Shin, hadir sebagai narasumber saat lokakarya bertema ”Membangun Jembatan: Menilai Masa Lalu dan Membentuk Masa Depan Relasi Indonesia-Korea” yang diselenggarakan dalam rangkaian program Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea, Rabu (2/8/2023).

Oleh karena itu, dia menyebut Indonesia dan Korsel masih berpeluang menjalin kerja sama yang lebih strategis. Sebab, Indonesia dan Korsel sama-sama negara yang memperjuangkan demokrasi. Beberapa peluang itu di antaranya kerja sama diversifikasi ekonomi, pengembangan infrastruktur, riset pengembangan bioteknologi, kecerdasan buatan, dan teknologi hijau. Selain itu, ada pula beasiswa, pertukaran kebudayaan, pertahanan dan keamanan, turisme dan promosi, pelayanan kesehatan, kerja sama UMKM, dan inisiatif soal lingkungan hijau ataupun upaya mengatasi dampak perubahan iklim.

Jae mengakui, di kawasan ASEAN, nilai investasi dan kerja sama ekonomi Korsel memang masih jauh lebih besar ke Vietnam. Menurut dia, itu terjadi karena pengaruh kebijakan negara. Vietnam dinilai lebih agresif dalam menarik investor. Namun, sekarang, setelah ada kerja sama IK-CEPA, Korsel pun banyak mencari peluang investasi di Indonesia. Dia berharap Pemerintah Indonesia bisa menyambut itikad baik itu dengan afirmasi kebijakan yang lebih positif.

”Indonesia punya demokrasi, harapannya kebijakan di Indonesia lebih stabil dibandingkan Vietnam. Semua tergantung pada kebijakan negara,” tutur Jae.

Kolaborasi Indonesia-Korsel disebutnya juga bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi, stabilitas regional, perkembangan teknologi, koneksi antarwarga, kesehatan, keamanan publik, serta pengembangan infrastruktur.

Sumber : https://www.kompas.id/baca/internasional/2023/08/16/relasi-indonesia-korsel-hadapi-tantangan-multilateralisme

Journalist Network 2023
Indonesia-Korsel Makin Joss, Transaksi Ekonomi Tinggi, Hubungan Diplomatik Mesra

Reporter : BAMBANG TRISMAWAN
Editor : FIRSTY HESTYARINI

RM.id  Rakyat Merdeka – Jelang 50 tahun hubungan diplomatik, relasi Indonesia-Korea Selatan terlihat semakin kuat dan mesra.

Deputi Direktur Asia Timur dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Vahd Nabyl A Mulachela menjelaskan, kian apiknya hubungan Indonesia-Korsel tak hanya ditunjukkan oleh meningkatnya aktivitas ekonomi, seperti perdagangan dan investasi, tetapi juga aktivitas diplomatik pemerintah yang kian intens.

“Kita bisa mengukur hubungan satu negara dengan negara lainnya, lewat seberapa aktif interaksinya. Tidak hanya dari sektor ekonomi seperti perdagangan atau jumlah kunjungan wisatawan, tetapi juga aktivitas diplomatik pemerintah,” jelas Nabyl dalam workshop Indonesia Journalist Network on Korea Batch 3 yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation di Bengkel FPCI, Mayapada Tower Jakarta, Rabu (2/8).

Dalam workshop bertema Membangun Jembatan: Meninjau Masa Lalu dan Membentuk Masa Depan Hubungan Indonesia-Korea yang diikuti 15 jurnalis terpilih, Nabyl menyoroti intensnya pertemuan pemimpin kedua negara, yaitu Presiden Jokowi dan Presiden Korsel Yoon Suk Yeol. Kedua pemimpin negara bertemu tiap tahun.

November 2022, Presiden Jokowi dan Presiden Yoon bertemu di acara KTT G-20 di Bali. Ini menjadi pertemuan istimewa, karena Jokowi mengadakan jamuan makan malam.

Enam bulan berselang atau Mei lalu, keduanya kembali bertemu di Hiroshima, Jepang, untuk membahas investasi dan kerja sama pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).

September mendatang, Presiden Jokowi akan kembali bertemu dengan Presiden Yoon dalam acara KTT ASEAN ke-43, yang akan digelar di Jakarta.

KTT ASEAN nanti, memang tak hanya diikuti pemimpin negara anggota ASEAN, tapi juga para kepala negara/pemerintahan negara mitra ASEAN.

“Eratnya hubungan diplomatik Indonesia-Korea tak hanya di pucuk pimpinan tertinggi. Solid sampai ke tingkat kementerian dan kedutaan besar,” ujar Nabyl.

Di bulan Agustus ini misalnya, Kedutaan Besar Korea di Jakarta akan mengadakan Resepsi Diplomatik. Begitu juga KBRI di Seoul, Korsel, akan mengadakan Resepsi Diplomatik untuk merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-78.

“Ini memberikan gambaran betapa intens dan dekatnya hubungan itu,” ungkapnya.

Nabyl pun membeberkan beberapa alasan, yang menjadikan hubungan Indonesia-Korsel semakin kuat dan erat.

Kata dia, jika melihat ke belakang atau tahun 90-an, faktor ekonomi yang cukup dominan dalam hubungan Indonesia-Korsel.

Seiring waktu, faktor tersebut bergeser. Kini, hubungan kedua negara makin erat karena mempunyai pandangan yang sama terhadap nilai demokrasi, hak asasi manusia, ekonomi terbuka, cita-cita menjaga perdamaian, stabilitas dan kemakmuran.

Kedua negara juga punya pandangan yang sama dalam geopolitik. Ingin mempromosikan Indo-Pasifik yang bebas, damai, dan sejahtera di tengah persaingan AS dan China.

“Kesamaan pandangan ini seperti basis politik, yang menjadi landasan kerja sama bilateral Indonesia-Korea. Dengan dasar ini, kerja sama lain seperti ekonomi menjadi mudah untuk dikembangkan,” papar Nabyl.

Terbukti, Indonesia dan Korea kemudian menandatangani Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Korea (IK CEPA) di Seoul pada 2021.

Perjanjian yang berlaku pada 1 Januari 2023 ini menjadi salah satu tonggak semakin eratnya hubungan Indonesia-Korsel.

Profesor Jae Hyeok Shin menyampaikan hal yang senada. Kata dia, sejak resmi menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1973, hubungan Indonesia-Korea kini makin kuat dan erat.

Perjanjian ini mencakup penghapusan tarif perdagangan pada sebagian besar barang yang diperdagangkan antara kedua negara, investasi pengembangan sumber daya manusia, dan transfer teknologi.

Investasi Deras

Dalam kesempatan yang sama, Xosen Ilmu Politik dan Hubungan Internasional Prof. Jae Hyeok Shin mengatakan, hubungan Indonesia-Korea yang makin kuat itu terlihat dari volume perdagangan Indonesia ke Korsel, yang tercatat sebesar 20,57 miliar dolar AS pada 2022.

Jumlah itu meningkat dari 19,3 miliar dolar AS pada 2020.

Investasi dari Korea ke Indonesia juga mengalir deras. Dari 2017 hingga 2021, total investasi Korsel ke Indonesia mencapai 8,18 miliar dolar AS.

Ini menjadikan Korea sebagai investor ketiga terbesar di Indonesia. Investasi itu tersebar di sektor pabrik mobil listrik, petrokimia, pabrik kaca, dan ekosistem baterai mobil listrik.

“Kerja sama kedua negara juga makin berkembang ke industri pertahanan, dengan pembuatan dan pengembangan pesawat tempur dan kapal selam,” urai Jae.

Jae mengingatkan, ada banyak tantangan dalam hubungan antara kedua negara. Satu di antaranya adalah di sektor perdaganan.

Selain dengan Indonesia, Korsel juga lebih dulu menjalin kerja sama kemitraan strategis dengan Vietnam. Hal ini membuat volume perdagangan Vietnam-Korsel lebih besar.

Saat ini, Vietnam menjadi mitra dagang terbesar ketiga untuk Korsel.

Meski begitu, Jae yakin hubungan Korsel akan menjadi lebih dekat daripada hubungan Korsel dengan Vietnam.

“Terutama, karena Indonesia dan Korsel berbagi nilai-nilai demokrasi yang sama. Dan membangun kerja sama yang sudah ada,” tandas Jae.

Selain itu, Indonesia dan Korsel memiliki banyak peluang untuk kerja sama dan pertumbuhan lebih lanjut. Seperti investasi di industri energi terbarukan, layanan kesehatan, dan kota digital.

“Fokus Indonesia pada pembangunan infrastruktur, juga mendatangkan peluang yang sangat baik bagi perusahaan Korsel untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek besar, terutama IKN sebagai kota masa depan. Ini sepertinya memerlukan keahlian Korsel dalam konstruksi, teknik, dan transportasi,” beber Jae.

Sumber : https://rm.id/baca-berita/internasional/182736/indonesiakorsel-makin-joss-transaksi-ekonomi-tinggi-hubungan-diplomatik-mesra

Journalist Network 2023
Profesor Korea University Puji Kepemimpinan Presiden Jokowi

Reporter : BAMBANG TRISMAWAN
Editor : FIRSTY HESTYARINI

RM.id  Rakyat Merdeka – Dosen Ilmu Politik dan Hubungan Internasional dari Korea University, Prof. Jae Hyeok Shin mengapresiasi kepemimpinan Presiden Jokowi, yang dinilainya mampu mengokohkan hubungan bilateral Indonesia-Korea Selatan (Korsel).

Tak hanya makin solid secara diplomatik, hubungan Indonesia-Korsel juga makin kinclong di bidang ekonomi.

Di bawah kepemimpinan Jokowi, Indonesia dan Korsel berhasil menandatangani kerja sama Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Korea (IK CEPA) pada 2021.

Perjanjian yang menghapuskan tarif perdagangan pada mayoritas komoditas barang ini, diharapkan mampu mendongkrak ekspor non migas Indonesia ke Korsel, hingga tujuh persen.

“Saya pikir, kepemimpinan Jokowi sangat luar biasa. Perjanjian IK-CEPA ditandatangani di bawah kepemimpinannya, juga berjalan dengan sangat baik,” puji Prof Jae, dalam acara workshop Indonesian-Korea Journalist Network on Korea Batch 3 bertema Membangun Jembatan: Mengevaluasi Masa Lalu dan Membentuk Masa Depan Hubungan Indonesia-Korsel di Bengkel Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Mayapada Tower Jakarta, Rabu (2/8).

Workshop yang digelar FPCI dan Korea Foundation ini diikuti 15 jurnalis terpilih. Salah satunya, dari Rakyat Merdeka. 

Semakin Meningkat

Seiring menguatnya hubungan Indonesia-Korea, Prof. Jae meyakini, kerja sama perdagangan kedua negara akan semakin meningkat.

Sebab, Indonesia dan Korsel berbagi nilai demokrasi yang sama, serta memiliki pandangan geopolitik yang sama di kawasan Indo-Pasifik di tengah persaingan China-Amerika Serikat.

Indonesia dan Korsel juga sudah membangun kerja sama dan investasi di beberapa sektor seperti pabrik petrokimia, pabrik kaca, dan pabrik otomotif.

“Hubungan Indonesia-Korsel akan semakin meningkat, karena Indonesia memiliki banyak peluang untuk kerja sama dan pertumbuhan lebih lanjut. Seperti investasi di industri energi terbarukan, layanan kesehatan, dan kota digital. Termasuk investasi di Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Samarinda, Kalimantan Timur,” paparnya.

Dalam pembangunan IKN, Korsel berinvestasi antara lain dalam pembangunan infrastruktur pengelolaan air bersih.

Prof. Jae bilang, pembangunan infrastruktur di IKN dapat mendatangkan peluang yang sangat baik, bagi perusahaan Korsel untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek besar.

“Karena sepertinya akan memerlukan keahlian Korsel dalam konstruksi, teknik, dan transportasi,” jelasnya.

Indonesia dan Korsel, saat ini sudah meneken 102 Nota Kesepahaman (MoU) terkait pembangunan IKN.

Kepercayaan Terjaga

Prof. Jae menegaskan, pemilu yang akan digelar Indonesia pada tahun depan, tidak akan menurunkan tingkat kepercayaan investor Korsel. Realisasi investor Korsel, tidak akan terganggu.

“Partai manapun yang memenangkan Pemilu, pandangan terhadap Indonesia tak akan berubah,” ucap Prof. Jae.

Sumber : https://rm.id/baca-berita/internasional/182730/profesor-korea-university-puji-kepemimpinan-presiden-jokowi

Journalist Network 2023
FPCI-KF Luncurkan Indonesian Next Generation Journalist Network On Korea Batch 3

Rakyat Merdeka – Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation (KF) resmi membuka Program Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 3 di Bengkel Diplomasi, Mayapada Tower, Jakarta, Rabu (2/8).

Kick off-nya dilakukan oleh Founder dan Ketua FPCI Dino Patti Djalal dan Direktur KF Jakarta Choi Hyun-Soo.

“Selamat kepada 15 peserta terpilih dalam program Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 3,” kata Dino via Zoom dari Singapura, Rabu (2/8).

Mantan Duta Besar RI untuk Amerika Serikat (AS) itu berharap, para jurnalis yang ikut lokakarya dapat menimba pengalaman, dan menambah wawasan mengenai hubungan Indonesia-Korea Selatan (Korsel).

“Korea saat ini menjadi salah satu negara yang sangat penting dan strategis bagi Indonesia,” tegas Dino.

Pada kesempatan yang sama, Direktur KF Jakarta Choi Hyun-Soo berharap, program Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 3 ini dapat lebih bermakna dan istimewa, karena berbarengan dengan momen 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Korea.

“Semoga, para peserta yang mengikuti program ini, dapat membangun pemahaman yang mendalam dan tulus antara Korea dan Indonesia. Tercipta saling pengertian antara kedua negara,” kata Choi.

Kick off ini bersamaan dengan workshop pertama (totalnya ada 6) yang diikuti 15 jurnalis terpilih. Salah satunya, wartawan Rakyat Merdeka Bambang Trismawan.

Workshop ini memberikan kesempatan kepada para peserta untuk terlibat dalam diskusi dengan para pakar, praktisi, akademisi, pembuat kebijakan, dan cendekiawan.

Temanya beragam. Tak cuma soal gelombang budaya Korea (K-wave), tetapi juga hal-hal lain yang terkait hubungan dua negara.

Workshop ini menjadi semacam pembekalan, sebelum 15 peserta diberangkatkan ke Korsel selama sepekan.

Mitra Strategis

Workshop pertama Indonesian Next Generation Jourmalist Network on Korea menghadirkan Deputi Direktur Asia Timur Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Vahd Nabyl A Mulachela, dan Dosen Ilmu Politik dan Hubungan Internasional dari Korea University, Profesor Jae Hyeok Shin.

Kedua narasumber itu antara lain menceritakan perjalanan hubungan Indonesia dan Korea, yang kini semakin kuat, erat, dan dekat.

Kedua negara yang tahun ini merayakan 50 tahun hubungan diplomatik, memandang satu sama lain sebagai mitra strategis.

Menguatnya hubungan kedua negara, bukan hanya karena alasan ekonomi semata. Namun, dilandasi hal yang lebih mendasar seperti kesamaan pandangan terhadap nilai-nilai demokrasi, HAM, ekonomi terbuka, stabilitas, dan kemakmuran.

Kedua negara juga memiliki pandangan geopolitik yang sama, yaitu mempromosikan Indo-Pasifik yang bebas, aman, dan sejahtera di tengah persaingan China-AS.

Kemesraan kedua negara ini juga tampak dari para pucuk pimpinan negara. Presiden Jokowi dan Presiden Korea Yoon Suk Yeol intens bertemu membahas berbagai kerja sama.

Sumber : https://rm.id/baca-berita/internasional/182835/spesial-hut-ke50-rikorsel-fpcikf-luncurkan-indonesian-next-generation-journalist-network-on-korea-batch-3

2022
Menanti Gebrakan Jelang HUT Ke-50 Diplomatik Indonesia-Korea Selatan

Lantas, bagaimana prospek hubungan diplomatik Indonesia-Korea Selatan jelang perayaan HUT ke-50? Akankah target neraca dagang dan investasi tercapai?

Feni Freycinetia Fitriani – Bisnis.com

Pernyataan pers bersama Presiden Jokowi dan Presiden Yoon Suk-yeol, di Kantor Kepresidenan Yongsan, Seoul, Kamis (28/7/2022) -BPMI Setpres – Laily Rachev.

Bisnis.com, JAKARTA – Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Korea Selatan diprediksi akan semakin erat usai disahkannya perjanjian Indonesia Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA).

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) dan pemerintah telah resmi menyetujui rancangan undang-undang IK-CEPA serta Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) menjadi undang-undang. Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan juga menyampaikan bahwa melalui RCEP dan IK-CEPA akan memudahkan Indonesia dalam melakukan ekspor karena akan terbebas dari bea masuk.

“Saya terima kasih tadi di paripurna [DPR] sudah menyetujui ratifikasi perjanjian RCEP dan IK CEPA, itu penting sekali karena kita akan menjadi keketuaan Asean,” kata Mendag Zulhas saat Rapat Kerja Komisi VI DPR, Selasa (30/8/2022).

Kebijakan pemerintah dan DPR RI untuk meningkatkan IK-CEPA menjadi undang-undang merupakan tonggak penting dalam hubungan ekonomi bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan. Pasalnya, pemerintah Negeri Ginseng semakin tertarik untuk menjadikan Indonesia sebagai pasar dan pusat produksi baru (new production base) di Asean.

Pengesahan IK-CEPA menjadi undang-undang merupakan kabar baik bagi kedua negara. Apalagi, Indonesia-Korea Selatan akan merayakan ulang tahun emas atau Hari Ulang Tahun ke-50 hubungan bilateral pada November 2023.

Lantas, bagaimana sejarah serta prospek hubungan bilateral antara Indonesia-Korsel di masa depan?

Hubungan Diplomatik RI-Korsel
Peneliti Center for ASEAN-Indian Studies, The Institute of Foreign Affairs and National Security (IFANS) Cho Wondeuk mengungkapkan hubungan persahabatan Indonesia dan Korea Selatan dimulai pada November 1973.

“Indonesia dan Korea Selatan akan merayakan 50 tahun hubungan bilateral. Namun, bagaimana seharusnya kedua negara sebagai mitra strategis untuk mengatasi situasi global yang berlangsung saat ini?” ujar Cho Wondeuk dalam pembukaan Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2 yang digelar oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation yang digelar Jumat (26/8/2022).

Cho Wondeuk mengungkapkan ada beberapa hal yang membuat Korea Selatan menjadikan Indonesia sebagai mitra strategis, yaitu inisiator Konferensi Asia Afrika (KAA), memiliki keputusan diplomasi tidak memihak, salah satu negara besar di ASEAN, dan mitra pada sektor pertahanan.

Dia memaparkan Indonesia dan Korea Selatan juga menjalin hubungan bilateral yang dimulai pada strategic partnership pada Desember 2006 dan dilanjutkan dengan special strategic partnership pada November 2017 atau yang dikenal dengan sebutan Indonesia Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA).

“Perlu diingat, Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asean yang menjalin special strategic partnership dengan Korea Selatan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya posisi Indonesia di mata Korsel,” imbuhnya.

Selain kerja sama bilateral, Cho mengungkapkan RI-Korsel juga tergabung dalam forum kooperasi regional dan global, antara lain PBB, APEC, ASEAN 3+, G20, hingga Mikta. Indonesia dan Korea Selatan, lanjutnya, juga menjalin kerja sama di bidang pertahanan, sumber daya manusia (capacity building), serta riset dan pengembangan (research and development).

Neraca Perdagangan RI-Korsel
Seperti diungkapkan sebelumnya, potensi terbesar hubungan bilateral Indonesia-Korea Selatan terletak pada sektor perdagangan. Pengesahan IK-CEPA menjadi undang-undang bukan hanya menciptakan tonggak sejarah baru, tetapi melahirkan potensi dagang kedua negara yang adil dan saling menguntungkan. Dikutip dari situs dataindonesia.id yang diakses pada Kamis (8/9/2022), neraca perdagangan Indonesia dan Korea Selatan mengalami defisit sebesar US$446,72 juta pada 2021.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), defisit tersebut melanjutkan tren yang terjadi selama tiga tahun terakhir. Defisit neraca perdagangan Indonesia-Korea Selatan itu juga meningkat 30,7 persen jika dibandingkan setahun sebelumnya. Pada 2020, defisit neraca perdagangan Indonesia-Korea Selatan hanya sebesar US$341,81 juta. Adapun, defisit neraca perdagangan tersebut lantaran ekspor Indonesia ke Korea Selatan hanya sebesar US$8,95 miliar pada 2021. Jumlah itu tumbuh 38 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar US$6,5 miliar. Sedangkan, impor Indonesia dari Negeri Ginseng mencapai US$9,42 miliar pada 2021. Nilainya naik 37,63 persen dibandingkan pada 2020 yang sebesar US$6,85 miliar. Secara rinci, defisit terbesar perdagangan Indonesia dengan Korea Selatan berasal dari komoditas mesin dan peralatan listrik, televisi, serta suara lainnya sebanyak US$971,02 juta. Kemudian, defisit yang berasal dari komoditas mesin dan peralatan nuklir sebesar US$931,1 juta. Sementara itu, surplus perdagangan Indonesia dengan Korea Selatan terbesar untuk komoditas bahan bakar minyak sebesar US$1,88 miliar. Lalu, komoditas yang surplus berikutnya adalah bijih, terak dan abu mencapai US$725,4 juta.

Direktur Pusat Strategi Kebijakan Asia Pasifikk dan Afrika Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri (BSKLN) Kementerian Luar Negeri RI Muhammad Takdir mengatakan Indonesia mencatatkan defisit perdagangan dengan Korea Selatan dalam beberapa tahun terakhir. Meski demikian, dia mengatakan Indonesia-Korea Selatan kini memiliki target ambisius demi mencapai surplus neraca dagang.

“Kedua negara telah menetapkan target yang ambisius, yakni US$30 miliar hingga akhir tahun ini,” ujarnya dalam acara Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2 yang digelar oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation yang digelar Jumat (26/8/2022).

Muhammad Takdir mengungkapkan penyebab utama neraca dagang RI-Korea Selatan defisit tak lain karena hambatan non-tarif (NTMs). Menurutnya, NTMs yang diterapkan oleh Korea Selatan lebih banyak dan menjadi salah satu penghambat ekspor Indonesia.

Seiring dengan disahkannya IK-CEPA dan naiknya target nilai perdagangan kedua negara, dia mengungkapkan beberapa komoditas Indonesia yang berpotensi masuk ke pasar Korea Selatan.

“Potensi di sektor non-migas, antara lain produk CPO [crude palm oil] dan turunannya, kayu dan produk kayuk [kayu lapis], karet alam, dan kopi,” imbuhnya.

Prospek Investasi RI-Korsel
Selain perdagangan, kemitraan strategis di bidang ekonomi antara Indonesia dan Korea Selatan makin erat ditandai komitmen investasi senilai US$6,72 miliar atau setara dengan Rp100,69 triliun serta dukungan terhadap pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

“Buah tangan” berupa komitmen investasi tersebut dibawa langsung oleh Presiden Joko Widodo setelah bertatap muka dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol di Kantor Kepresidenan Yongsan, Seoul pada akhir Juli silam.

Jokowi mengatakan tren perdagangan kedua negara terus meningkat dan kedua negara berkomitmen untuk mempermudah hambatan perdagangan.

“Indonesia dan Korea Selatan sepakat untuk terus membuka akses pasar, mengatasi hambatan-hambatan perdagangan, dan mempromosikan produk-produk unggulan kedua negara,” kata Jokowi dalam keterangan resmi.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menandatangani Protokol Perubahan Memorandum Saling Pengertian antara Kementerian PUPR dengan Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Republik Korea tentang Kerja Sama Teknis Pemindahan dan Pembangunan Ibu Kota Negara, Kamis (28/07/2022), di Korsel. (Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev)


Dalam pertemuan dengan Presiden Yoon, Jokowi secara khusus mendorong kerja sama investasi dari Korea terutama di bidang percepatan pembangunan ekosistem mobil listrik di Indonesia termasuk proyek industri baterai terintegrasi dengan pertambangan dan industri baja otomotif untuk kendaraan listrik. Presiden Yoon Suk-yeol menyampaikan bahwa Korea Selatan berkomitmen untuk terus memperkuat kemitraan strategis dengan Indonesia sesuai dengan perkembangan dunia yang dinamis.

Pada hari yang sama, Jokowi bertemu dengan 10 pemimpin perusahaan besar Korea Selatan antara lain Kim Hag-dong CEO dari POSCO, Kim Gyo-hyun Vice Chairman/CEO dari Lotte Chemical, Brian Kwon Vice Chairman/CEO dari LG Corp, Sohn Kyung-Sik Chairman dari CJ Group, Mong-ik Chung, Chairman dari KCC Glass, Koo Ja-Eun Chairman dari LS Group, Roh Jin-seo CEO dari LX Holdings, Park Joo-hwan Chairman dari Taekwang, Lim Byeong-yong Vice Chairman/CEO dari GS E&C, Roh Tae-moon CEO dari Samsung Electronics. Jokowi dan delegasi RI juga menerima Executive Chairman Hyundai Motor Group, Chung Eui-sun.

“Selain mempererat sektor perdagangan, kedua negara berkomitmen dalam meningkatkan kerja sama investasi,” ucap Jokowi.

Investasi Korea Selatan di Indonesia tumbuh pesat dan memiliki prospek baik di bidang industri baja, petrokimia, baterai kendaraan listrik industri kabel listrik dan telekomunikasi, garmen, dan energi terbarukan.

Sementara itu, komitmen investasi strategis yang terjalin dalam kunjungan kerja di Korea Selatan adalah Posco akan menanamkan investasi US$3,5 miliar setara Rp52,5 triliun untuk pengembangan PT Krakatau Posco. Komitmen itu ditandai dengan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) kerja sama investasi antara PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS), Kementerian Investasi, dan Posco.

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa proyek IKN diminati banyak investor, termasuk dari Korea Selatan. Tiga perusahaan asal Korea Selatan menyatakan minatnya untuk berinvestasi di megaproyek IKN Nusantara, antara lain Posco, LG, dan Hyundai.

“Jadi enggak benar itu kalau ada persepsi yang orang selalu meragukan apakah ada investasi untuk masuk ke IKN,” kata Bahlil.

Lantas, bagaimana prospek hubungan bilateral RI-Korea Selatan jelang perayaan ulang tahun emas? Akankah target perdagangan dan investasi akan terwujud?

Source: https://ekonomi.bisnis.com/read/20220908/9/1575621/menanti-gebrakan-jelang-hut-ke-50-diplomatik-indonesia-korea-selatan

2022
Jelang 50 Tahun Hubungan Bilateral RI – Korsel: Sejarah hingga Momen Penting

Feni Freycinetia Fitriani – Bisnis.com

Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana Joko Widodo tiba di Seoul Air Base Seongnam, sekitar pukul 20.17 waktu setempat – Foto: BPMI Setpres

Bisnis.com, JAKARTA – Tahun depan akan menjadi tahun bersejarah bagi Republik Indonesia dan Republik Korea atau Korea Selatan. Pasalnya, Indonesia dan Korea Selatan akan merayakan 50 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara. Hubungan persahabatan antara RI dan Korea Selatan terbentuk pertama kali pada 1973 silam. Sejak saat itu, hubungan bilateral tersebut menjadi semakin erat dan merambah ke berbagai sektor, termasuk ekonomi, militer, hingga sosial budaya. Lantas, bagaimana sejarah hingga momen penting hubungan diplomatik Indonesia dan Korea Selatan yang akan mencapai usia emas atau 50 tahun pada 2023?

Kerja Sama Bilateral
Peneliti Center for ASEAN-Indian Studies, The Institute of Foreign Affairs and National Security (IFANS) Cho Wondeuk mengungkapkan hubungan persahabatan Indonesia dan Korea Selatan dimulai pada November 1973.

“Indonesia dan Korea Selatan akan merayakan 50 tahun hubungan bilateral. Namun, bagaimana seharusnya kedua negara sebagai mitra strategis untuk mengatasi situasi global yang berlangsung saat ini?” ujar Cho Wondeuk dalam pembukaan Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2 yang digelar oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation yang digelar Jumat (26/8/2022).

Cho Wondeuk mengungkapkan ada beberapa hal yang membuat Korea Selatan menjadikan Indonesia sebagai mitra strategis, yaitu inisiator Konferensi Asia Afrika (KAA), memiliki keputusan diplomasi tidak memihak, salah satu negara besar di ASEAN, dan mitra pada sektor pertahanan.

Dia memaparkan Indonesia dan Korea Selatan juga menjalin hubungan bilateral yang dimulai pada strategic partnership pada Desember 2006 dan dilanjutkan dengan special strategic partnership pada November 2017 atau yang dikenal dengan sebutan Indonesia Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA).

“Perlu diingat, Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asean yang menjalin special strategic partnership dengan Korea Selatan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya posisi Indonesia di mata Korsel,” imbuhnya. Selain kerja sama bilateral, Cho mengungkapkan RI-Korsel juga tergabung dalam forum kooperasi regional dan global, antara lain PBB, APEC, ASEAN 3+, G20, hingga Mikta. Indonesia dan Korea Selatan, lanjutnya, juga menjalin kerja sama di bidang pertahanan, sumber daya manusia (capacity building), serta riset dan pengembangan (research and development).

Kunjungan Presiden
Bukan itu saja, Cho juga memaparkan persahabatan kedua negara juga dapat dilihat dari seringnya kunjungan kenegaraan masing-masing kepala negara.

Kunjungan kenegaraan Indonesia ke Korsel dilakukan pertama kali oleh Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri. Putri Proklamator Ir. Soekarno tersebut mengunjungi Seoul pada Maret 2022.

Setelah Megawati, Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono tercatat sudah berkunjung ke Korsel sebanyak 5 kali. Sementara itu, Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi) juga sudah 5 kali mengunjungi Korsel, dimana yang terakhir berlangsung pada Juli 2022. Dari sisi Korea Selatan, Cho mengungkapkan sebanyak 4 Presiden Korsel yang sudah melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia. Presiden Roh Moo-hyun (2006), Presiden Lee Myeong-bak (2009, 2010, 2011, 2012), Presiden Park Geun-hae (2013, dan Presiden Moon Jae-in (2017).

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah mengajak langsung Presiden Yoon Suk-yeol untuk mengikuti Presiden G20 Indonesia yang akan berlangsung pada November 2022. Cho Wondeuk menilai peringatan 50 tahun hubungan persahabatan antara Indonesia dan Korea Selatan akan berdampak besar. Buka hanya bagi kedua negara, tetapi kawasan regional di tengah situasi geopolitik yang penuh ketidakpastian. “Indonesia dan Korsel bisa membangun perspektif strategis jangka panjang tentang perdamaian di kawasan Asia Pasifik. Termasuk dalam bidang ekonomi, pertahanan, maupun sektor strategis lainnya,” ucap Cho.

Source: https://ekonomi.bisnis.com/read/20220830/9/1572409/jelang-50-tahun-hubungan-bilateral-ri-korsel-sejarah-hingga-momen-penting

2022
Pengamat Korsel: Indonesia Punya Kapasitas Besar Damaikan Korea Selatan dan Korea Utara

Teddy Tri Setio Berty, Liputan6.com

Dr Cho Wondeuk menyebut Indonesia dan Korea Selatan memainkan sejumlah peran penting dalam dunia internasional. Terbukti dalam keterlibatan kedua negara di forum dan keanggotaan luar negeri (Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty)

Liputan6.com, Jakarta – Pengamat Korea Selatan Dr Cho Wondeuk yang juga merupakan Research Professor, Center for ASEAN-Indian Studies dari The Institute of Foreign Affairs and National Security (IFANS) menyebut Indonesia punya kapasitas besar untuk mendamaikan dua Korea.

“Saya pikir Indonesia adalah salah satu mitra terpercaya dan terbaik untuk menengahi antara Korea Utara dan Selatan,” ujar Dr Cho Wondeuk dalam workshop pertama Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2 yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation, Jumat (26/8/2022).

“Presiden Jokowi sempat mengusulkan agar ASEAN dan Korea akan mengundang pemimpin Korea Utara Kim Jong-un hadir di puncak pertemuan. Sehingga Indonesia sebenarnya berperan aktif dalam mengatasi masalah-masalah yang rumit yang telah terjadi.”

Menurut Dr Cho, hal ini juga didukung oleh Indonesia yang memiliki kedutaan Korea Utara di Jakarta dan juga sebaliknya.

“Indonesia juga memiliki sejarah kerjasama yang panjang dengan Korea Utara.”

Dalam workshop bertema ‘Assessing Indonesia-Korea Special Strategic Partnership Toward It’s 50 Years Diplomatic Relationship’, Dr Cho juga berbicara soal tantangan dan peluang Indonesia-Korea Selatan jelang perayaan hubungan diplomatik ke-50 tahun?

“Di masa yang penuh tantangan ini, kawasan Indo Pasifik tak luput dari sejumlah isu dan konflik, terutama dengan meningkatnya persaingan strategis China dan Amerika Serikat dari segi ekonomi,” kata Dr Cho Wondeuk.

Source: https://www.liputan6.com/global/read/5055129/pengamat-korsel-indonesia-punya-kapasitas-besar-damaikan-korea-selatan-dan-korea-utara

2022
Target Ambisius RI-Korea Selatan, Nilai Dagang Tembus 30 Miliar Dolar AS di Tahun 2022

Teddy Tri Setio Berty, Liputan6.com

Won, mata uang Korea Selatan. (Sumber Foto: Jung Yeon-Je/AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta – Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan memasang target ambisius di nilai perdagangan kedua negara hingga akhir tahun 2022.

Nilai dagang yang ditargetkan yaitu mencapai USD 30 miliar. Hal ini diungkapan oleh Muhammad Takdir, Kepala Pusat Strategi Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika.

“Kedua negara punya ambisi besar untuk mencapai target nilai perdagangan di bidang ekonomi mencapai USD 30 miliar tahun ini,” ujar Muhammad Takdir dalam workshop pertama Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2, Jumat (26/8/2022).

Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2 merupakan program kerja sama antara Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation dalam memperdalam wawasan para jurnalis Indonesia soal hubungan Indonesia-Korea.

Meski demikian, Muhammad Takdir menyebut bahwa ambisi ini sangat baik lantaran bisa mendorong kerja sama di bidang ekonomi lebih baik lagi, serta menjadi peluang bagi Indonesia dan Korea untuk mempererat hubungan menjelang peringatan ke-50 tahun hubungan diplomatik kedua negara di tahun 2023.

Dalam pemaparannya, Muhammad Takdir menyebut Korea Selatan adalah negara keenam yang memiliki nilai dagang terbesar bagi Indonesia.

“Dimana tahun lalu, total perdagangan kedua negara tahun 2021, mencapai USD 18,41 miliar. Namun ada defisit USD 446 juta tahun lalu,” kata Muhammad Takdir dalam workshop pertama bertajuk ‘Assessing Indonesia-Korea Special Strategic Partnership Toward It’s 50 Years Diplomatic Relationship’.

Keyakinan ini disampaikan oleh Muhammad Takdir lantaran Indonesia dan Korea Selatan tergabung dalam sejumlah kesepakatan, antara lain; G20, MIKTA, APEC, ARF, FEALAC, RCEP, IK-CEPA, ASEAM-KOREA FTA.

Sejauh ini, ada sekitar 50 produk dan komoditas unggulan Indonesia untuk pasar Korea Selatan. Selain itu, peluang kerja sama ini dianggap bisa meningkat lantaran adanya peningkatan jumlah tenaga kerja terampil (Skilled Labor) Indonesia dalam dua dekade terakhir — meningkat hampir 2 kali lipat.

Source: https://www.liputan6.com/global/read/5055031/target-ambisius-ri-korea-selatan-nilai-dagang-tembus-30-miliar-dolar-as-di-tahun-2022

2022
Tantangan hingga Peluang Indonesia-Korea Selatan Jelang Peringatan Hubungan Diplomatik ke-50

Teddy Tri Setio Berty, Liputan6.com

Presiden Jokowi bertemu Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol di Kantor Kepresidenan Yongsan, Seoul, Kamis (28/7/2022). (Biro Pers/Setpres)

Liputan6.com, Jakarta – 2023 akan menjadi tahun perayaan hubungan diplomatik Indonesia dan Korea Selatan. Nyaris setengah abad, hubungan kedua negara terjadi dalam berbagai sektor.

Lantas bagaimana tantangan dan peluang Indonesia-Korea Selatan jelang perayaan hubungan diplomatik ke-50 tahun?

Di masa yang penuh tantangan ini, kawasan Indo Pasifik tak luput dari sejumlah isu dan konflik, terutama dengan meningkatnya persaingan strategis China dan Amerika Serikat dari segi ekonomi, kata Dr Cho Wondeuk, Research Professor, Center for ASEAN-Indian Studies dari The Institute of Foreign Affairs and National Security (IFANS) dalam pemaparannya di pembukaan Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2.

Pada workshop pertama Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2 yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation, tema yang diangkat bertajuk ‘Assessing Indonesia-Korea Special Strategic Partnership Toward It’s 50 Years Diplomatic Relationship’.

Selain persaingan antara AS-China dalam bidang ekonomi, Dr Cho Wondeuk turun menyebut pandemi COVID-19 juga menjadi tantangan bersama selama 2,5 tahun terakhir.

“Dalam hubungan intenasional, kita sekarang mengalami ‘perang’ sekaligus perubahan yang sangat dramatis, sehingga menimbulkan tantangan yang belum pernah terjadi dalam segala bentuk,” kata Dr Cho, Jumat (26/8/2022).

“Dunia menjadi lebih rumit dan terpolarisasi, dan seperti yang saya katakan sebelumnya, kita telah menghadapi tantangan yang sangat sulit dan rumit dalam urusan rantai pasokan.”

Menurut Dr Cho, ketegangan dan persaingan di kawasan Laut China Selatan turut menambah tantangan yang dihadapi oleh Indonesia-Korea Selatan.

“China membangun fasilitas militer di pulau-pulau di kawasan Laut China Selatan dan Tiongkok turut ‘merampas’ kedaulatan sejumlah pihak atas beberapa area di wilayah tersebut.”

“Pada saat yang sama, kita telah melihat pengaruh China yang berkembang di Asia Tenggara termasuk Samudra Hindia.”

Dr Cho mengatakan, berdasarkan konteks penelitiannya, pihaknya telah mengasumsikan terjadi penurunan relatif pada peran multilateralisme dan sebagai gantinya terjadi kebangkitan permasalahan yang berujung pada pelemahan identitas di Pasifik.

Source: https://www.liputan6.com/global/read/5054901/tantangan-hingga-peluang-indonesia-korea-selatan-jelang-peringatan-hubungan-diplomatik-ke-50

« First‹ Previous45678910Next ›
Page 8 of 10

Youtube
Twitter
Facebook
Instagram
Copyright 2021 - www.indonesia-koreajournalist.net