• Home
  • Services
  • Pages
    • About 1
    • About 2
    • About 3
    • About 4
    • Our Team
    • Contact 1
    • Contact 2
    • Service 1
    • Service 2
    • Service 3
  • Portfolio
    • Column One
      • Portfolio Classic
      • Portfolio Grid
      • Portfolio Grid Overlay
      • Portfolio 3D Overlay
      • Portfolio Contain
    • Column Two
      • Portfolio Masonry
      • Portfolio Masonry Grid
      • Portfolio Coverflow
      • Portfolio Timeline Horizon
      • Portfolio Timeline Vertical
    • Column Four
      • Single Portfolio 1
      • Single Portfolio 2
      • Single Portfolio 3
      • Single Portfolio 4
      • Single Portfolio 5
    • Column Three
      • Video Grid
      • Gallery Grid
      • Gallery Masonry
      • Gallery Justified
      • Gallery Fullscreen
  • Blog
    • Blog Grid No Space
    • Blog Grid
    • Blog Masonry
    • Blog Metro No Space
    • Blog Metro
    • Blog Classic
    • Blog List
    • Blog List Circle
  • Slider
    • Column One
      • Vertical Parallax Slider
      • Animated Frame Slider
      • 3D Room Slider
      • Velo Slider
      • Popout Slider
      • Mouse Driven Carousel
    • Column Two
      • Clip Path Slider
      • Split Slick Slider
      • Fullscreen Transition Slider
      • Flip Slider
      • Horizon Slider
      • Synchronized Carousel
    • Column Three
      • Multi Layouts Slider
      • Split Carousel Slider
      • Property Clip Slider
      • Slice Slider
      • Parallax Slider
      • Zoom Slider
    • Column Four
      • Animated Slider
      • Motion Reveal Slider
      • Fade up Slider
      • Image Carousel Slider
      • Glitch Slideshow
      • Slider with other contents
  • Shop

2022

Journalist Network 2023
Industri Hiburan Indonesia Disebut Bisa Kalahkan Korsel, Ini Kuncinya!

Pakar Hubungan Internasional Universitas Korea, Jae Hyeok Shin (Dok. FPCI)

Jakarta, IDN Times – Pakar Hubungan Internasional Universitas Korea, Jae Hyeok Shin, yakin bahwa industri hiburan Indonesia bisa mengalahkan industri hiburan Korea Selatan (Korsel) 10 tahun mendatang. Menurut dia, kunci utamanya adalah pemerintah harus berinvestasi pada tempat yang tepat.

“Puluhan tahun lalu, orang Korea juga tidak percaya bahwa industri hiburan kami bisa mencapai titik ini, apalagi ketika J-Wave (Japanese Wave atau ketika budaya Jepang menyebar secara global) menguasai industri hiburan ini,” kata Jae Hyeok dalam workshop yang digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation di Bengkel Diplomasi FPCI, Jakarta, Rabu (2/8/2023).

“Dan mungkin saja  I-Wave (Indonesia Wave) bisa mengalahkan K-Wave (Korea Wave) 10 tahun ke depan, jika pemerintah berinvestasi dengan benar. Tidak ada yang mustahil,” tambah dia.

1. Korsel belajar dari Jepang

Jae Hyok mengakui bahwa pencapaian K-Wave saat ini bukanlah sesuatu instan. Dia mengungkap bahwa Korsel pada awalnya menjadikan Jepang sebagai kiblat bisnis model entertainment.

“Seingat saya, J-Wave yaitu J-Pop (musik Jepang), J-Drama (drama Jepang), dan J-Movie (film Jepang) itu berjaya sampai akhir 1990. Saat itu Jepang adalah juara dari soft power ini. Dan sejak 1980-an, industri hiburan Korsel belajar banyak dari Jepang, mulai dari membuat lagu yang mirip, membuat drama, film, bahkan bisnis modelnya,” papar dia.

“Jadi butuh proses panjang untuk sampai di titik ini. Sehingga bertahun-tahun kemudian (setelah belajar dari Jepang), akhirnya K-Wave bisa mengalahkan J-Wave,” sambung Jea Hyok.


  1. 03 Aug 23 | 21:58

Industri Hiburan Indonesia Disebut Bisa Kalahkan Korsel, Ini Kuncinya!

Korsel belajar dari kesuksesan industri hiburan Jepang

Industri Hiburan Indonesia Disebut Bisa Kalahkan Korsel, Ini Kuncinya!Pakar Hubungan Internasional Universitas Korea, Jae Hyeok Shin (Dok. FPCI)

Vanny El Rahman

Verified

Vanny El Rahman 

 Share to Facebook  Share to Twitter

Jakarta, IDN Times – Pakar Hubungan Internasional Universitas Korea, Jae Hyeok Shin, yakin bahwa industri hiburan Indonesia bisa mengalahkan industri hiburan Korea Selatan (Korsel) 10 tahun mendatang. Menurut dia, kunci utamanya adalah pemerintah harus berinvestasi pada tempat yang tepat.

“Puluhan tahun lalu, orang Korea juga tidak percaya bahwa industri hiburan kami bisa mencapai titik ini, apalagi ketika J-Wave (Japanese Wave atau ketika budaya Jepang menyebar secara global) menguasai industri hiburan ini,” kata Jae Hyeok dalam workshop yang digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation di Bengkel Diplomasi FPCI, Jakarta, Rabu (2/8/2023).

“Dan mungkin saja  I-Wave (Indonesia Wave) bisa mengalahkan K-Wave (Korea Wave) 10 tahun ke depan, jika pemerintah berinvestasi dengan benar. Tidak ada yang mustahil,” tambah dia.

Baca Juga: Investor Korsel Lebih Tertarik Investasi di Vietnam daripada Indonesia

1. Korsel belajar dari Jepang

Industri Hiburan Indonesia Disebut Bisa Kalahkan Korsel, Ini Kuncinya!Salah satu vokal grup asal Korea Selatan, Bangtan Boys (BTS). (Instagram.com/bts.bighitofficial)

Jae Hyok mengakui bahwa pencapaian K-Wave saat ini bukanlah sesuatu instan. Dia mengungkap bahwa Korsel pada awalnya menjadikan Jepang sebagai kiblat bisnis model entertainment.

“Seingat saya, J-Wave yaitu J-Pop (musik Jepang), J-Drama (drama Jepang), dan J-Movie (film Jepang) itu berjaya sampai akhir 1990. Saat itu Jepang adalah juara dari soft power ini. Dan sejak 1980-an, industri hiburan Korsel belajar banyak dari Jepang, mulai dari membuat lagu yang mirip, membuat drama, film, bahkan bisnis modelnya,” papar dia.

“Jadi butuh proses panjang untuk sampai di titik ini. Sehingga bertahun-tahun kemudian (setelah belajar dari Jepang), akhirnya K-Wave bisa mengalahkan J-Wave,” sambung Jea Hyok.

2. Pemerintah Korsel berinvestasi besar untuk industri hiburan

Anggota BLACKPINK dalam BLACKPINK The Movie (dok. YG/ BLACKPINK The Movie)

Kemudian, Jae Hyok mengatakan bahwa pencapaian K-Wave saat ini tidak lepas dari pemerintah Negeri Ginseng, yang berinvestasi besar-besaran pada industri hiburan. Secara spesifik, dia menyebut peran penting Presiden Kim Dae Jung yang sangat mendukung tumbuh kembangnya industri hiburan.

“Pemerintah Korea mulai berinvestasi besar mungkin sekitar 1998-an, sehingga banyak talenta-talenta berbakar yang muncul. Kemudian mereka menciptakan musik, drama, film, dan hiburan lain yang berkualitas,” kata dia.

“Pemerintah kemudian berinvestasi besar-besaran untuk mempromosikannya, termasuk ke Indonesia. Sehingga K-Pop, K-Drama, K-Movie menjadi sangat populer di sini dan itu telah menajdi soft power diplomacy Korea,” sambungnya.

3. Korsel bisa menjadi mentor untuk Indonesia

Presiden Jokowi bertemu Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol di Kantor Kepresidenan Yongsan, Seoul (dok. Sekretariat Presiden)

erakhir, dia meyakinkan bahwa dunia hiburan Indonesia pun bisa sesukses industri hiburan Korsel. Bahkan, melihat kedekatan kedua negara, tidak menutup kemungkinan Korsel menjadi mentor bagi Indonesia untuk mengembangkan industri hiburannya.

“Saat pemerintah Indonesia berinvestasi pada tempat yang tepat, akan banyak talenta-talenta hebat yang bermunculan. Ada banyak hal yang bisa pemerintah Korea bagikan kepada Indonesia,” katanya.

Sumber : https://www.idntimes.com/news/world/vanny-rahman/industri-hiburan-indonesia-disebut-bisa-kalahkan-korsel-ini-kuncinya?page=all

Journalist Network 2023
Tak Hanya Bali, 2 Hal Ini Bikin Turis Korea Pengin ke Indonesia

Wisatawan menikmati suasana matahari terbit di kawasan Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (15/12/2018). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww.

jpnn.com, JAKARTA – Pariwisata menjadi salah satu sektor yang berpotensi untuk dikembangkan dalam hubungan bilateral Indonesia-Korea.

Profesor Ilmu Politik dan Hubungan Internasional di Universitas Korea Shin Jae Hyeok mengatakan promosi pariwisata memang menjadi salah satu potensi kerja sama yang mesti dikembangkan kedua negara. 

Hal ini diungkapkannya dalam workshop pertama Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea Batch 3 dengan tema “Building Bridges: Assesing the Past and Shaping the Future of Indonesia Korea Relations”, yang merupakan program kerja sama FPCI dan Korean Foundation.

Menurut dia, selama ini hanya Bali yang menjadi lokasi wisata populer bagi wisatawan Korea. Padahal, ada 2 hal terkait pariwisata Indonesia yang sangat berpotensi untuk mendatangkan turis Korea. 

“Ada 2 hal lain yang sangat menarik, pertama batik sehingga makin banyak korea mengunjungi indonesia, lalu kalian harus lebih mempromosikan Yogyakarta terutama Borobudur,” ucap Jae Hyeok, Selasa (2/8) lalu.

Jae Hyeok bilang bahwa Yogyakarta memiliki banyak pantai bagus yang bakal menjadi favorit wisatawan Korea. “Kerja sama di sektor ini sangat berpotensi untuk kedua negara. Kita harus sama sama mengembangkan sektor pariwisata,” kata dia.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2022 sebanyak 122.221 wisatawan Korea berkunjung ke Indonesia. (mcr4/jpnn)

Sumber : https://www.jpnn.com/news/tak-hanya-bali-2-hal-ini-bikin-turis-korea-pengin-ke-indonesia

2022
Menanti Gebrakan Jelang HUT Ke-50 Diplomatik Indonesia-Korea Selatan

Lantas, bagaimana prospek hubungan diplomatik Indonesia-Korea Selatan jelang perayaan HUT ke-50? Akankah target neraca dagang dan investasi tercapai?

Feni Freycinetia Fitriani – Bisnis.com

Pernyataan pers bersama Presiden Jokowi dan Presiden Yoon Suk-yeol, di Kantor Kepresidenan Yongsan, Seoul, Kamis (28/7/2022) -BPMI Setpres – Laily Rachev.

Bisnis.com, JAKARTA – Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Korea Selatan diprediksi akan semakin erat usai disahkannya perjanjian Indonesia Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA).

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) dan pemerintah telah resmi menyetujui rancangan undang-undang IK-CEPA serta Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) menjadi undang-undang. Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan juga menyampaikan bahwa melalui RCEP dan IK-CEPA akan memudahkan Indonesia dalam melakukan ekspor karena akan terbebas dari bea masuk.

“Saya terima kasih tadi di paripurna [DPR] sudah menyetujui ratifikasi perjanjian RCEP dan IK CEPA, itu penting sekali karena kita akan menjadi keketuaan Asean,” kata Mendag Zulhas saat Rapat Kerja Komisi VI DPR, Selasa (30/8/2022).

Kebijakan pemerintah dan DPR RI untuk meningkatkan IK-CEPA menjadi undang-undang merupakan tonggak penting dalam hubungan ekonomi bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan. Pasalnya, pemerintah Negeri Ginseng semakin tertarik untuk menjadikan Indonesia sebagai pasar dan pusat produksi baru (new production base) di Asean.

Pengesahan IK-CEPA menjadi undang-undang merupakan kabar baik bagi kedua negara. Apalagi, Indonesia-Korea Selatan akan merayakan ulang tahun emas atau Hari Ulang Tahun ke-50 hubungan bilateral pada November 2023.

Lantas, bagaimana sejarah serta prospek hubungan bilateral antara Indonesia-Korsel di masa depan?

Hubungan Diplomatik RI-Korsel
Peneliti Center for ASEAN-Indian Studies, The Institute of Foreign Affairs and National Security (IFANS) Cho Wondeuk mengungkapkan hubungan persahabatan Indonesia dan Korea Selatan dimulai pada November 1973.

“Indonesia dan Korea Selatan akan merayakan 50 tahun hubungan bilateral. Namun, bagaimana seharusnya kedua negara sebagai mitra strategis untuk mengatasi situasi global yang berlangsung saat ini?” ujar Cho Wondeuk dalam pembukaan Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2 yang digelar oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation yang digelar Jumat (26/8/2022).

Cho Wondeuk mengungkapkan ada beberapa hal yang membuat Korea Selatan menjadikan Indonesia sebagai mitra strategis, yaitu inisiator Konferensi Asia Afrika (KAA), memiliki keputusan diplomasi tidak memihak, salah satu negara besar di ASEAN, dan mitra pada sektor pertahanan.

Dia memaparkan Indonesia dan Korea Selatan juga menjalin hubungan bilateral yang dimulai pada strategic partnership pada Desember 2006 dan dilanjutkan dengan special strategic partnership pada November 2017 atau yang dikenal dengan sebutan Indonesia Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA).

“Perlu diingat, Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asean yang menjalin special strategic partnership dengan Korea Selatan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya posisi Indonesia di mata Korsel,” imbuhnya.

Selain kerja sama bilateral, Cho mengungkapkan RI-Korsel juga tergabung dalam forum kooperasi regional dan global, antara lain PBB, APEC, ASEAN 3+, G20, hingga Mikta. Indonesia dan Korea Selatan, lanjutnya, juga menjalin kerja sama di bidang pertahanan, sumber daya manusia (capacity building), serta riset dan pengembangan (research and development).

Neraca Perdagangan RI-Korsel
Seperti diungkapkan sebelumnya, potensi terbesar hubungan bilateral Indonesia-Korea Selatan terletak pada sektor perdagangan. Pengesahan IK-CEPA menjadi undang-undang bukan hanya menciptakan tonggak sejarah baru, tetapi melahirkan potensi dagang kedua negara yang adil dan saling menguntungkan. Dikutip dari situs dataindonesia.id yang diakses pada Kamis (8/9/2022), neraca perdagangan Indonesia dan Korea Selatan mengalami defisit sebesar US$446,72 juta pada 2021.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), defisit tersebut melanjutkan tren yang terjadi selama tiga tahun terakhir. Defisit neraca perdagangan Indonesia-Korea Selatan itu juga meningkat 30,7 persen jika dibandingkan setahun sebelumnya. Pada 2020, defisit neraca perdagangan Indonesia-Korea Selatan hanya sebesar US$341,81 juta. Adapun, defisit neraca perdagangan tersebut lantaran ekspor Indonesia ke Korea Selatan hanya sebesar US$8,95 miliar pada 2021. Jumlah itu tumbuh 38 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar US$6,5 miliar. Sedangkan, impor Indonesia dari Negeri Ginseng mencapai US$9,42 miliar pada 2021. Nilainya naik 37,63 persen dibandingkan pada 2020 yang sebesar US$6,85 miliar. Secara rinci, defisit terbesar perdagangan Indonesia dengan Korea Selatan berasal dari komoditas mesin dan peralatan listrik, televisi, serta suara lainnya sebanyak US$971,02 juta. Kemudian, defisit yang berasal dari komoditas mesin dan peralatan nuklir sebesar US$931,1 juta. Sementara itu, surplus perdagangan Indonesia dengan Korea Selatan terbesar untuk komoditas bahan bakar minyak sebesar US$1,88 miliar. Lalu, komoditas yang surplus berikutnya adalah bijih, terak dan abu mencapai US$725,4 juta.

Direktur Pusat Strategi Kebijakan Asia Pasifikk dan Afrika Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri (BSKLN) Kementerian Luar Negeri RI Muhammad Takdir mengatakan Indonesia mencatatkan defisit perdagangan dengan Korea Selatan dalam beberapa tahun terakhir. Meski demikian, dia mengatakan Indonesia-Korea Selatan kini memiliki target ambisius demi mencapai surplus neraca dagang.

“Kedua negara telah menetapkan target yang ambisius, yakni US$30 miliar hingga akhir tahun ini,” ujarnya dalam acara Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2 yang digelar oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation yang digelar Jumat (26/8/2022).

Muhammad Takdir mengungkapkan penyebab utama neraca dagang RI-Korea Selatan defisit tak lain karena hambatan non-tarif (NTMs). Menurutnya, NTMs yang diterapkan oleh Korea Selatan lebih banyak dan menjadi salah satu penghambat ekspor Indonesia.

Seiring dengan disahkannya IK-CEPA dan naiknya target nilai perdagangan kedua negara, dia mengungkapkan beberapa komoditas Indonesia yang berpotensi masuk ke pasar Korea Selatan.

“Potensi di sektor non-migas, antara lain produk CPO [crude palm oil] dan turunannya, kayu dan produk kayuk [kayu lapis], karet alam, dan kopi,” imbuhnya.

Prospek Investasi RI-Korsel
Selain perdagangan, kemitraan strategis di bidang ekonomi antara Indonesia dan Korea Selatan makin erat ditandai komitmen investasi senilai US$6,72 miliar atau setara dengan Rp100,69 triliun serta dukungan terhadap pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

“Buah tangan” berupa komitmen investasi tersebut dibawa langsung oleh Presiden Joko Widodo setelah bertatap muka dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol di Kantor Kepresidenan Yongsan, Seoul pada akhir Juli silam.

Jokowi mengatakan tren perdagangan kedua negara terus meningkat dan kedua negara berkomitmen untuk mempermudah hambatan perdagangan.

“Indonesia dan Korea Selatan sepakat untuk terus membuka akses pasar, mengatasi hambatan-hambatan perdagangan, dan mempromosikan produk-produk unggulan kedua negara,” kata Jokowi dalam keterangan resmi.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menandatangani Protokol Perubahan Memorandum Saling Pengertian antara Kementerian PUPR dengan Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Republik Korea tentang Kerja Sama Teknis Pemindahan dan Pembangunan Ibu Kota Negara, Kamis (28/07/2022), di Korsel. (Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev)


Dalam pertemuan dengan Presiden Yoon, Jokowi secara khusus mendorong kerja sama investasi dari Korea terutama di bidang percepatan pembangunan ekosistem mobil listrik di Indonesia termasuk proyek industri baterai terintegrasi dengan pertambangan dan industri baja otomotif untuk kendaraan listrik. Presiden Yoon Suk-yeol menyampaikan bahwa Korea Selatan berkomitmen untuk terus memperkuat kemitraan strategis dengan Indonesia sesuai dengan perkembangan dunia yang dinamis.

Pada hari yang sama, Jokowi bertemu dengan 10 pemimpin perusahaan besar Korea Selatan antara lain Kim Hag-dong CEO dari POSCO, Kim Gyo-hyun Vice Chairman/CEO dari Lotte Chemical, Brian Kwon Vice Chairman/CEO dari LG Corp, Sohn Kyung-Sik Chairman dari CJ Group, Mong-ik Chung, Chairman dari KCC Glass, Koo Ja-Eun Chairman dari LS Group, Roh Jin-seo CEO dari LX Holdings, Park Joo-hwan Chairman dari Taekwang, Lim Byeong-yong Vice Chairman/CEO dari GS E&C, Roh Tae-moon CEO dari Samsung Electronics. Jokowi dan delegasi RI juga menerima Executive Chairman Hyundai Motor Group, Chung Eui-sun.

“Selain mempererat sektor perdagangan, kedua negara berkomitmen dalam meningkatkan kerja sama investasi,” ucap Jokowi.

Investasi Korea Selatan di Indonesia tumbuh pesat dan memiliki prospek baik di bidang industri baja, petrokimia, baterai kendaraan listrik industri kabel listrik dan telekomunikasi, garmen, dan energi terbarukan.

Sementara itu, komitmen investasi strategis yang terjalin dalam kunjungan kerja di Korea Selatan adalah Posco akan menanamkan investasi US$3,5 miliar setara Rp52,5 triliun untuk pengembangan PT Krakatau Posco. Komitmen itu ditandai dengan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) kerja sama investasi antara PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS), Kementerian Investasi, dan Posco.

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa proyek IKN diminati banyak investor, termasuk dari Korea Selatan. Tiga perusahaan asal Korea Selatan menyatakan minatnya untuk berinvestasi di megaproyek IKN Nusantara, antara lain Posco, LG, dan Hyundai.

“Jadi enggak benar itu kalau ada persepsi yang orang selalu meragukan apakah ada investasi untuk masuk ke IKN,” kata Bahlil.

Lantas, bagaimana prospek hubungan bilateral RI-Korea Selatan jelang perayaan ulang tahun emas? Akankah target perdagangan dan investasi akan terwujud?

Source: https://ekonomi.bisnis.com/read/20220908/9/1575621/menanti-gebrakan-jelang-hut-ke-50-diplomatik-indonesia-korea-selatan

2022
Jelang 50 Tahun Hubungan Bilateral RI – Korsel: Sejarah hingga Momen Penting

Feni Freycinetia Fitriani – Bisnis.com

Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana Joko Widodo tiba di Seoul Air Base Seongnam, sekitar pukul 20.17 waktu setempat – Foto: BPMI Setpres

Bisnis.com, JAKARTA – Tahun depan akan menjadi tahun bersejarah bagi Republik Indonesia dan Republik Korea atau Korea Selatan. Pasalnya, Indonesia dan Korea Selatan akan merayakan 50 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara. Hubungan persahabatan antara RI dan Korea Selatan terbentuk pertama kali pada 1973 silam. Sejak saat itu, hubungan bilateral tersebut menjadi semakin erat dan merambah ke berbagai sektor, termasuk ekonomi, militer, hingga sosial budaya. Lantas, bagaimana sejarah hingga momen penting hubungan diplomatik Indonesia dan Korea Selatan yang akan mencapai usia emas atau 50 tahun pada 2023?

Kerja Sama Bilateral
Peneliti Center for ASEAN-Indian Studies, The Institute of Foreign Affairs and National Security (IFANS) Cho Wondeuk mengungkapkan hubungan persahabatan Indonesia dan Korea Selatan dimulai pada November 1973.

“Indonesia dan Korea Selatan akan merayakan 50 tahun hubungan bilateral. Namun, bagaimana seharusnya kedua negara sebagai mitra strategis untuk mengatasi situasi global yang berlangsung saat ini?” ujar Cho Wondeuk dalam pembukaan Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2 yang digelar oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation yang digelar Jumat (26/8/2022).

Cho Wondeuk mengungkapkan ada beberapa hal yang membuat Korea Selatan menjadikan Indonesia sebagai mitra strategis, yaitu inisiator Konferensi Asia Afrika (KAA), memiliki keputusan diplomasi tidak memihak, salah satu negara besar di ASEAN, dan mitra pada sektor pertahanan.

Dia memaparkan Indonesia dan Korea Selatan juga menjalin hubungan bilateral yang dimulai pada strategic partnership pada Desember 2006 dan dilanjutkan dengan special strategic partnership pada November 2017 atau yang dikenal dengan sebutan Indonesia Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA).

“Perlu diingat, Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asean yang menjalin special strategic partnership dengan Korea Selatan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya posisi Indonesia di mata Korsel,” imbuhnya. Selain kerja sama bilateral, Cho mengungkapkan RI-Korsel juga tergabung dalam forum kooperasi regional dan global, antara lain PBB, APEC, ASEAN 3+, G20, hingga Mikta. Indonesia dan Korea Selatan, lanjutnya, juga menjalin kerja sama di bidang pertahanan, sumber daya manusia (capacity building), serta riset dan pengembangan (research and development).

Kunjungan Presiden
Bukan itu saja, Cho juga memaparkan persahabatan kedua negara juga dapat dilihat dari seringnya kunjungan kenegaraan masing-masing kepala negara.

Kunjungan kenegaraan Indonesia ke Korsel dilakukan pertama kali oleh Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri. Putri Proklamator Ir. Soekarno tersebut mengunjungi Seoul pada Maret 2022.

Setelah Megawati, Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono tercatat sudah berkunjung ke Korsel sebanyak 5 kali. Sementara itu, Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi) juga sudah 5 kali mengunjungi Korsel, dimana yang terakhir berlangsung pada Juli 2022. Dari sisi Korea Selatan, Cho mengungkapkan sebanyak 4 Presiden Korsel yang sudah melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia. Presiden Roh Moo-hyun (2006), Presiden Lee Myeong-bak (2009, 2010, 2011, 2012), Presiden Park Geun-hae (2013, dan Presiden Moon Jae-in (2017).

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah mengajak langsung Presiden Yoon Suk-yeol untuk mengikuti Presiden G20 Indonesia yang akan berlangsung pada November 2022. Cho Wondeuk menilai peringatan 50 tahun hubungan persahabatan antara Indonesia dan Korea Selatan akan berdampak besar. Buka hanya bagi kedua negara, tetapi kawasan regional di tengah situasi geopolitik yang penuh ketidakpastian. “Indonesia dan Korsel bisa membangun perspektif strategis jangka panjang tentang perdamaian di kawasan Asia Pasifik. Termasuk dalam bidang ekonomi, pertahanan, maupun sektor strategis lainnya,” ucap Cho.

Source: https://ekonomi.bisnis.com/read/20220830/9/1572409/jelang-50-tahun-hubungan-bilateral-ri-korsel-sejarah-hingga-momen-penting

2022
Pengamat Korsel: Indonesia Punya Kapasitas Besar Damaikan Korea Selatan dan Korea Utara

Teddy Tri Setio Berty, Liputan6.com

Dr Cho Wondeuk menyebut Indonesia dan Korea Selatan memainkan sejumlah peran penting dalam dunia internasional. Terbukti dalam keterlibatan kedua negara di forum dan keanggotaan luar negeri (Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty)

Liputan6.com, Jakarta – Pengamat Korea Selatan Dr Cho Wondeuk yang juga merupakan Research Professor, Center for ASEAN-Indian Studies dari The Institute of Foreign Affairs and National Security (IFANS) menyebut Indonesia punya kapasitas besar untuk mendamaikan dua Korea.

“Saya pikir Indonesia adalah salah satu mitra terpercaya dan terbaik untuk menengahi antara Korea Utara dan Selatan,” ujar Dr Cho Wondeuk dalam workshop pertama Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2 yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation, Jumat (26/8/2022).

“Presiden Jokowi sempat mengusulkan agar ASEAN dan Korea akan mengundang pemimpin Korea Utara Kim Jong-un hadir di puncak pertemuan. Sehingga Indonesia sebenarnya berperan aktif dalam mengatasi masalah-masalah yang rumit yang telah terjadi.”

Menurut Dr Cho, hal ini juga didukung oleh Indonesia yang memiliki kedutaan Korea Utara di Jakarta dan juga sebaliknya.

“Indonesia juga memiliki sejarah kerjasama yang panjang dengan Korea Utara.”

Dalam workshop bertema ‘Assessing Indonesia-Korea Special Strategic Partnership Toward It’s 50 Years Diplomatic Relationship’, Dr Cho juga berbicara soal tantangan dan peluang Indonesia-Korea Selatan jelang perayaan hubungan diplomatik ke-50 tahun?

“Di masa yang penuh tantangan ini, kawasan Indo Pasifik tak luput dari sejumlah isu dan konflik, terutama dengan meningkatnya persaingan strategis China dan Amerika Serikat dari segi ekonomi,” kata Dr Cho Wondeuk.

Source: https://www.liputan6.com/global/read/5055129/pengamat-korsel-indonesia-punya-kapasitas-besar-damaikan-korea-selatan-dan-korea-utara

2022
Target Ambisius RI-Korea Selatan, Nilai Dagang Tembus 30 Miliar Dolar AS di Tahun 2022

Teddy Tri Setio Berty, Liputan6.com

Won, mata uang Korea Selatan. (Sumber Foto: Jung Yeon-Je/AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta – Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan memasang target ambisius di nilai perdagangan kedua negara hingga akhir tahun 2022.

Nilai dagang yang ditargetkan yaitu mencapai USD 30 miliar. Hal ini diungkapan oleh Muhammad Takdir, Kepala Pusat Strategi Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika.

“Kedua negara punya ambisi besar untuk mencapai target nilai perdagangan di bidang ekonomi mencapai USD 30 miliar tahun ini,” ujar Muhammad Takdir dalam workshop pertama Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2, Jumat (26/8/2022).

Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2 merupakan program kerja sama antara Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation dalam memperdalam wawasan para jurnalis Indonesia soal hubungan Indonesia-Korea.

Meski demikian, Muhammad Takdir menyebut bahwa ambisi ini sangat baik lantaran bisa mendorong kerja sama di bidang ekonomi lebih baik lagi, serta menjadi peluang bagi Indonesia dan Korea untuk mempererat hubungan menjelang peringatan ke-50 tahun hubungan diplomatik kedua negara di tahun 2023.

Dalam pemaparannya, Muhammad Takdir menyebut Korea Selatan adalah negara keenam yang memiliki nilai dagang terbesar bagi Indonesia.

“Dimana tahun lalu, total perdagangan kedua negara tahun 2021, mencapai USD 18,41 miliar. Namun ada defisit USD 446 juta tahun lalu,” kata Muhammad Takdir dalam workshop pertama bertajuk ‘Assessing Indonesia-Korea Special Strategic Partnership Toward It’s 50 Years Diplomatic Relationship’.

Keyakinan ini disampaikan oleh Muhammad Takdir lantaran Indonesia dan Korea Selatan tergabung dalam sejumlah kesepakatan, antara lain; G20, MIKTA, APEC, ARF, FEALAC, RCEP, IK-CEPA, ASEAM-KOREA FTA.

Sejauh ini, ada sekitar 50 produk dan komoditas unggulan Indonesia untuk pasar Korea Selatan. Selain itu, peluang kerja sama ini dianggap bisa meningkat lantaran adanya peningkatan jumlah tenaga kerja terampil (Skilled Labor) Indonesia dalam dua dekade terakhir — meningkat hampir 2 kali lipat.

Source: https://www.liputan6.com/global/read/5055031/target-ambisius-ri-korea-selatan-nilai-dagang-tembus-30-miliar-dolar-as-di-tahun-2022

2022
Tantangan hingga Peluang Indonesia-Korea Selatan Jelang Peringatan Hubungan Diplomatik ke-50

Teddy Tri Setio Berty, Liputan6.com

Presiden Jokowi bertemu Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol di Kantor Kepresidenan Yongsan, Seoul, Kamis (28/7/2022). (Biro Pers/Setpres)

Liputan6.com, Jakarta – 2023 akan menjadi tahun perayaan hubungan diplomatik Indonesia dan Korea Selatan. Nyaris setengah abad, hubungan kedua negara terjadi dalam berbagai sektor.

Lantas bagaimana tantangan dan peluang Indonesia-Korea Selatan jelang perayaan hubungan diplomatik ke-50 tahun?

Di masa yang penuh tantangan ini, kawasan Indo Pasifik tak luput dari sejumlah isu dan konflik, terutama dengan meningkatnya persaingan strategis China dan Amerika Serikat dari segi ekonomi, kata Dr Cho Wondeuk, Research Professor, Center for ASEAN-Indian Studies dari The Institute of Foreign Affairs and National Security (IFANS) dalam pemaparannya di pembukaan Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2.

Pada workshop pertama Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2 yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation, tema yang diangkat bertajuk ‘Assessing Indonesia-Korea Special Strategic Partnership Toward It’s 50 Years Diplomatic Relationship’.

Selain persaingan antara AS-China dalam bidang ekonomi, Dr Cho Wondeuk turun menyebut pandemi COVID-19 juga menjadi tantangan bersama selama 2,5 tahun terakhir.

“Dalam hubungan intenasional, kita sekarang mengalami ‘perang’ sekaligus perubahan yang sangat dramatis, sehingga menimbulkan tantangan yang belum pernah terjadi dalam segala bentuk,” kata Dr Cho, Jumat (26/8/2022).

“Dunia menjadi lebih rumit dan terpolarisasi, dan seperti yang saya katakan sebelumnya, kita telah menghadapi tantangan yang sangat sulit dan rumit dalam urusan rantai pasokan.”

Menurut Dr Cho, ketegangan dan persaingan di kawasan Laut China Selatan turut menambah tantangan yang dihadapi oleh Indonesia-Korea Selatan.

“China membangun fasilitas militer di pulau-pulau di kawasan Laut China Selatan dan Tiongkok turut ‘merampas’ kedaulatan sejumlah pihak atas beberapa area di wilayah tersebut.”

“Pada saat yang sama, kita telah melihat pengaruh China yang berkembang di Asia Tenggara termasuk Samudra Hindia.”

Dr Cho mengatakan, berdasarkan konteks penelitiannya, pihaknya telah mengasumsikan terjadi penurunan relatif pada peran multilateralisme dan sebagai gantinya terjadi kebangkitan permasalahan yang berujung pada pelemahan identitas di Pasifik.

Source: https://www.liputan6.com/global/read/5054901/tantangan-hingga-peluang-indonesia-korea-selatan-jelang-peringatan-hubungan-diplomatik-ke-50

2022
Menakar Mesranya Hubungan Indonesia dan Korsel

Sonya Michaella, IDN Times

Presiden Jokowi bertemu Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol di Kantor Kepresidenan Yongsan, Seoul (dok. Sekretariat Presiden)

Jakarta, IDN Times – Korea Selatan (Korsel) merupakan mitra penting bagi Indonesia. Hal ini ditandai salah satunya dengan kunjungan Presiden RI, Joko “Jokowi” Widodo, ke Seoul dan bertemu Presiden baru Korsel Yoon Suk Yeol pada akhir Juli lalu.

Tahun depan, hubungan bilateral Indonesia dan Korsel akan memasuki usia 50 tahun. Kedua negara ini merupakan pemeran penting di kawasan dan global, seperti ASEAN, PBB, IORA, APEC dan masih banyak lagi.

Cho Wondeuk dari Center for ASEAN-Indian Studies, The Institute of Foreign Affairs and National Security (IFANS) memaparkan sejumlah peran Indonesia dan Korsel dalam hubungan bilateralnya, pun dalam konteks kawasan dan global.

Cho juga merupakan salah satu pembicara dalam pembukaan Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2 yang diusung FPCI dan Korea Foundation, Jumat (26/8/2022).

1. Indonesia memilih netral dalam konflik internasional

Cho Wondeuk, Research Professor, Center for ASEAN-Indian Studies, The Institute of Foreign Affairs and National Security (IFANS). (IDN Times/Sonya Michaella)

Cho menyebut, sebagai pemeran penting di kancah global, Indonesia tetap memilih netral. Terlebih dalam isu China, Amerika Serikat, dan Taiwan, misalnya.

“Posisi Indonesia yang tidak memihak antara AS dan China serta memimpin ASEAN Outlook on the Indo-Pacific, ini patut kita apresiasi,” kata Cho, dalam paparannya secara daring di Bengkel Diplomasi FPCI, Jakarta.

Maka dari itu, Cho menilai bahwa Indonesia merupakan mitra penting bagi Korea Selatan sehingga menjelang 50 tahun hubungan bilateral kedua negara, sejumlah kerja sama pun harus ditingkatkan.

“Indonesia dan Korsel telah memiliki kerja sama yang cukup menguntungkan keduanya dan tentu komprehensif, seperti ekonomi. Kami juga punya kerja sama pertahanan yang kuat dan Indonesia adalah salah satu importir terbesar senjata, kapal angkatan laut dan kapal selam Korsel,” ucap dia.

2. Indo Pasifik yang menjadi kompetisi

Menteri Luar Negeri Korea Selatan Jin Park dan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di G20 FMM. (dok. Kemlu RI)

Di tengah ketidakpastian dinamika pertarungan antar negara di kancah global, salah satu yang menjadi kompetisi saat ini adalah kawasan Indo Pasifik.

Cho mengungkapkan, Indonesia adalah salah satu negara yang gencar mempromosikan perdamaian dan keharmonisan di wilayah Indo Pasifik tersebut.

“Middle power country sangat penting perannya di kawasan ini, seperti Indonesia,” tutur Cho.

Cho juga menambahkan bahwa diplomasi Indonesia sangatlah aktif, di mana hal ini cukup penting bagi Korsel untuk bekerja sama secara bilateral dengan Indonesia, di isu-isu kawasan dan juga global.

3. Sejumlah kerja sama disepakati kedua negara

Presiden Jokowi bertemu Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol di Kantor Kepresidenan Yongsan, Seoul (dok. Sekretariat Presiden)

Presiden Jokowi bertemu Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol di Kantor Kepresidenan Yongsan, Seoul (dok. Sekretariat Presiden)
Dalam kunjungan Jokowi ke Seoul dan bertemu dengan Yoon Suk Yeol, sejumlah nota kesepahaman pun ditandatangani, antara lain terkait investasi hijau, pembangunan IKN, dan kerja sama maritim.

Saat bertemu Jokowi, Yoon juga mengatakan bahwa menjelang 50 tahun hubungan bilateral kedua negara, banyak kemajuan kerja sama yang telah dilakukan seperti di bidang ekonomi, perdagangan, budaya, people to people contact, diplomasi dan pertahanan.

“Indonesia merupakan negara satu-satunya di Asia Tenggara yang punya kemitraan khusus dengan Korea Selatan,” ujar Yoon, kala itu.

Korsel sendiri merupakan negara keenam yang memiliki nilai dagang terbesar bagi Indonesia. Tercatat pada 2021, total perdagangan kedua negara mencapai 18,41 miliar dolar Amerika.

4. Pembukaan Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2022

15 jurnalis terpilih di Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2022. (dok. FPCI)

Foreign Policy Community of Indonesia bersama Korea Foundation kembali menggelar Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea. Tahun ini adalah tahun kedua program ini diselenggarakan.

Program ini merupakan platform bagi jurnalis profesional di seluruh Indonesia untuk mendalami hubungan Indonesia dan Korea Selatan di berbagai aspek.

Tahun ini, ada 15 jurnalis profesional yang terpilih dari 15 media di Indonesia. Ke-15 jurnalis ini akan mengikuti serangkaian workshop untuk mendalami dan berdiskusi sejumlah isu terkait kedua negara.

2022
Dua Dekade Terakhir, Jumlah TKI di Korsel Melonjak Tinggi

Sonya Michaella, IDN Times

Jakarta, IDN Times – Korea Selatan (Korsel) menjadi salah satu negara tujuan Tenaga Kerja Indonesia (TKI), khususnya para tenaga kerja terampil.

Tercatat, dalam dua dekade terakhir, jumlah tenaga kerja terampil asal Indonesia yang berada di Korsel meningkat hampir dua kali lipat.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Pusat Strategi Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri RI, Muhammad Takdir, dalam pembukaan Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea Batch 2 yang diusung FPCI dan Korea Foundation, Jumat (26/8/2022).

1. Korsel butuh banyak tenaga kerja asing

KepalaPusat Strategi Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri RI, Muhammad Takdir. (IDN Times/Sonya Michaella)

Takdir mengatakan, pada 2019, Malaysia, Taiwan, dan Hong Kong merupakan tiga negara destinasi utama bagi para pekerja migran Indonesia mencari nafkah.

“Namun, beberapa tahun terakhir ternyata di Korsel juga banyak pekerja migran kita yang merupakan skilled labour,” kata Takdir dalam paparannya secara daring di Bengkel Diplomasi FPCI, Jakarta.

Menurut dia, meningkatnya kerja sama perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Korsel merupakan salah satu faktor mengapa Negeri Ginseng ini menjadi favorit dari para pekerja migran Indonesia.

“Pada 2019, 42 persen tenaga kerja Indonesia merupakan skilled labour,” kata dia.

Takdir menambahkan, efek aging population shifting di Korsel juga telah mempengaruhi perekonomian dan keamanan nasional. Dengan demikian, dalam konteks ekonomi, Korsel membutuhkan lebih banyak tenaga kerja.

“Sektor pertambangan dan manufaktur di Korsel menyerap banyak tenaga kerja asing dan mayoritas mereka mengoperasikan mesin dan assembling,” ujarnya.

2. Ada 28 ribu TKI yang berada di Korsel

Ilustrasi tempat wisata di Seoul, Korea Selatan (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Pada kunjungannya mendampingi Presiden RI, Joko “Jokowi” Widodo ke Seoul, Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, juga menyinggung tentang penempatan TKI di Korsel.

“Salah satu isu yang dibahas adalah Indonesia mengusulkan peninjauan kembali MoU mengenai penempatan tenaga kerja yang dimiliki kedua negara sejak 2012,” kata Menlu Retno, saat itu.

Hingga Maret 2022, tercatat ada 28 ribu pekerja migran Indonesia yang ada di Korea Selatan. Sebagian besar dari mereka bekerja pada sektor manufaktur dan perikanan.

3. Pembukaan Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2022

Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea. (dok. FPCI)

Foreign Policy Community of Indonesia bersama Korea Foundation kembali menggelar Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea. Tahun ini adalah tahun kedua program tersebut diselenggarakan.

Program ini merupakan platform bagi jurnalis profesional di seluruh Indonesia untuk mendalami hubungan Indonesia dan Korea Selatan di berbagai aspek.

Tahun 2022, ada 15 jurnalis profesional yang terpilih dari 15 media di Indonesia. Ke-15 jurnalis ini akan mengikuti serangkaian workshop untuk mendalami dan berdiskusi sejumlah isu terkait kedua negara.

https://www.idntimes.com/news/world/sonya-michaella/dua-dekade-terakhir-jumlah-tki-di-korsel-melonjak-tinggi
2022
Korea Selatan bukan sekadar K-Pop

Natisha Andarningtyas, LKBN Antara

Ilustrasi kerjasama. (Pixabay)

Jakarta (ANTARA) – Indonesia memiliki penanda selain pandemi untuk tahun 2020, tahun itu juga seorang perempuan Indonesia berhasil menembus industri musik Korea Selatan.

Ialah Dita Karang, perempuan asal Yogyakarta yang terpilih menjadi anggota grup idola SECRET NUMBER. Debut grup berisi lima perempuan itu dimulai bertepatan dengan pandemi.

“Rasanya memalukan untuk mengatakan ini sendiri, tapi, saya mendengar dari kenalan saya bahwa debut saya menjadi perbincangan di Indonesia,” kata Dita pada 2020, menanggapi kemunculannya bersama SECRET NUMBER.

Jauh sebelum Dita Karang bergabung dengan grup idola, sekitar pertengahan tahun 2000an, telinga masyarakat Indonesia sudah akrab dengan musik pop asal Korea Selatan.

Jika pada tahun 1990an Indonesia dilanda “demam boyband” dari Eropa dan Amerika Serikat, tahun ini menjadi eranya grup idola dari Korea Selatan.

Tidak terhitung juga grup yang sudah pernah menggelar konser di Indonesia sejak beberapa tahun belakangan, seperti Super Junior, Big Bang, Red Velvet dan Blackpink.

Popularitas Korea Selatan dan K-Pop di Indonesia masih akan terus menanjak, seiring dengan kemunculan grup idola baru dan produk kecantikan. Sejumlah idola diketahui menjadi duta merk kecantikan, menambah daya tarik bagi produk, idola dan Korea Selatan.

Hubungan Indonesia dengan Korea Selatan tidak hanya bisa dilihat dari popularitas K-Pop di sini. Kedua negara sudah merintis hubungan diplomatik sejak 1973.

Dr. Wondeuk Cho dari Center for ASEAN-Indian Studies, The Institute of Foreign Affairs and National Security, menjelaskan hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Korea dimulai pada 1973.

Hubungan kedua negara juga terjadi secara bilateral. Mulai tahun 2006, kerja sama bilateral Indonesia dengan Korea menjadi kemitraan strategis, lalu meningkat menjadi kemitraan strategis khusus (special strategic partnership) pada 2017.

Indonesia menjadi satu-satunya negara yang memiliki status kemitraan strategis khusus dengan Korea di kawasan ASEAN.

“Indonesia adalah negara terdepan di kawasan ASEAN,” kata Cho, dalam diskusi “Assessing Indonesia-Korea Special Strategic Partnership Towards its 50 Years Diplomatic Relations,” bagian dari program “Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea” yang diadakan Foreign Policy Community of Indonesia.

Di mata Korea saat ini Indonesia bukan hanya negara yang terdepan di ASEAN, tapi, juga salah satu negara yang aktif terlibat dalam berbagai hubungan multilateral, salah satunya terlihat dari kepemimpinan Indonesia untuk G20 tahun ini.

Berkat kemitraan strategis khusus ini, Indonesia masuk daftar prioritas Korea dalam berbagi pengalaman dan pengetahuan. Misalnya, pada awal pandemi 2020 kedua negara bekerja sama untuk persediaan alat pelindung diri dan alat tes PCR.

Kepala Pusat Strategi Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri, Muhammad Takdir, menjelaskan setidaknya ada tiga fokus utama dalam kemitraan strategis khusus Indonesia dengan Korea, yaitu politik dan keamanan, ekonomi dan kontak orang perorangan (people to people contact).

Dalam isu ekonomi, nilai perdagangan antara Indonesia dengan Korea Selatan ditargetkan mencapai 30 miliar dolar Amerika Serikat pada tahun ini.

“Ini bagus dalam artian akan mendorong kita untuk memaksimalkan perdagangan dan investasi,” kata Takdir.

Di Indonesia, sudah terjalin banyak kerja sama sejak kemitraan strategis khusus ini, salah satunya untuk pembuatan baterai kendaraan listrik. Tahun lalu, telah dilakukan peletakan batu pertama untuk pabrik baterai mobil listrik di Karawang, Jawa Barat.

Pabrik HKML Battery Indonesia di Karawang merupakan proyek investasi konsorsium baterai Korea Selatan (LG dan Hyundai) dengan PT Industri Baterai Indonesia.

Saat pertemuan dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol di Seoul pada Juli tahun ini, Presiden Joko Widodo mendorong negara tersebut berinvestasi untuk pembangunan ekosistem mobil listrik di Indonesia.

Dalam bidang teknologi, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate pada pertengahan tahun ini bertemu dengan Menteri Dalam Negeri dan Keamanan Korea Selatan Lee Sang Min untuk membahas peluang kerja sama dalam pengembangan pusat data.

Pada bidang pertahanan, jejak kerja sama Indonesia dengan Korea terlihat jelas dalam pesawat tempur Korean Fighter Experimental/Indonesian Fighter Experimental (KFX/IFX) bernama KF-21 Boramae, yang diluncurkan tahun lalu.

50 tahun Indonesia-Korea
Tahun depan akan menjadi momen yang bersejarah bagi Indonesia dan Korea karena hubungan diplomatik kedua negara genap berusia setengah abad.

Menurut Takdir, ada dua cara untuk merayakan 50 tahun hubungan diplomasi Indonesia dengan Korea Selatan tahun depan. Pertama, mengenang kerja sama yang sudah berlangsung selama 50 tahun belakangan atau yang kedua, mengantisipasi tahun-tahun yang menjanjikan di masa depan.

“Misalnya fokus pada kerja sama di masa depan untuk isu energi terbarukan dan pekerja migran,” kata Takdir.

Sementara menurut Cho, menyambut 50 tahun hubungan diplomatik, Indonesia dan Korea Selatan bisa memperkuat kolaborasi mereka untuk mengatasi tantangan global.

“Kita bisa menjadikan tahun depan (perayaan 50 tahun hubungan diplomatik) sebagai titik balik untuk kerja sama generasi berikutnya,” kata Cho.

Perayaan setengah abad hubungan diplomatik ini juga tidak lepas dari unsur budaya pop.

Beberapa hari lalu, dalam siaran di salah satu televisi swasta Indonesia, Duta Besar Republik Indonesia untuk Korea Selatan, Gandi Sulistiyanto, mengumumkan Dita Karang sebagai Duta Hubungan Bilateral Indonesia dengan Korea untuk perayaan 50 tahun nanti.

Source: https://www.antaranews.com/berita/3083409/korea-selatan-bukan-sekadar-k-pop

12
Page 1 of 2

Youtube
Twitter
Facebook
Instagram
Copyright 2021 - www.indonesia-koreajournalist.net